Fenomena Inflasi Melanda
Inflasi merupakan salah
satu topik yang menarik untuk diperbincangkan baik inflasi secara nasional
maupun regional. Kondisi inflasi di Kabupaten Jember sejauh ini stabil, bermula
sejak bulan Januari sampai April tahun ini. Wakil Tim Pengendali Inflasi Daerah
(TPID) Kabupaten Jember, Achmad Bunyamin menyatakan bahwa inflasi Kabupaten
Jember berada pada kisaran 0,07 persen (mtm). Yang berarti relatif rendah jika
dibandingkan dengan rata-rata historisnya selama lima tahun terakhir
(2011-2015) yaitu sebesar 0,16 persen (mtm).
Banyak faktor yang
mendorong inflasi di Kabupaten Jember. Inflasi yang terjadi didorong oleh
kelompok core inflation dan administered price. Salah satu kelompok core inflation ini disebabkan karena
naiknya harga emas perhiasan dunia. Namun, ini tidak mempengaruhi permintaan
akan emas perhiasan oleh masyarakat sehingga inflasi masih dalam kisaran
rendah.
Sedangkan dari kelompok administered price disebabkan oleh
naiknya harga rokok kretek filter dan rokok kretek. Kenaikan ini dilakukan oleh
perusahaan rokok karena adanya kenaikan tarif cukai yang terjadi pada awal
tahun ini. Berakibat naiknya inflasi dari kelompok ini.
Selain itu, inflasi ini
dipengaruhi oleh naiknya harga bahan-bahan kebutuhan pokok atau sembako seperti
beras, cabe, telur ayam dan bawang merah. Yang paling dominan adalah naiknya
harga bawang merah yang hampir menyentuh angka Rp 40.000,- per kilogram nya.
Kenaikan ini diikuti oleh kenaikan harga barang-barang lainnya.
Dampaknya pun begitu
dirasakan oleh masyarakat. Terutama dalam hal konsumsi. Yang dulunya bisa
memenuhi kebutuhan satu minggu mungkin sekarang hanya cukup untuk memenuhi
kebutuhan lima hari saja. Konsumsi masyarakat akan mengalami penurunan kualitas
namun uang yang harus dikeluarkannya pun semakin bertambah banyak.
Belum lagi menjelang
bulan Ramadhan sampai Hari Raya Idul Fitri, bisa dipastikan inflasi akan
mengalami kenaikan. Dan ini masih disebabkan karena harga bahan-bahan kebutuhan
pokok atau sembako yang semakin meningkat. Untuk mengatasi harga barang yang
semakin meningkat, masyarakat memilih alternatif yang bisa dilakukan untuk
memenuhi kebutuhan sehari-hari. Misalnya seperti yang sebelumya konsumsi daging
sapi maka beralih ke telur ayam. Ini akan menghemat anggaran yang ada dan bisa
dialokasikan pada kebutuhan yang lainnya.
Tabungan masyarakat pun
tidak luput untuk konsumsi. Karena harga barang-barang yang semakin meningkat
dan harus tetap memenuhi kebutuhan sehari-hari, otomatis akan terjadi
pembengkakan terhadap pengeluaran rumah tangga. Kalau sudah begitu tabungan pun
menjadi sasaran dalam pemenuhan kebutuhan. Banyak masyarakat akan menarik uang
yang mereka depositokan di bank untuk dialokasikan pada konsumsi bahan-bahan
kebutuhan pokok. Berarti jumlah uang yang ada di masyarakat semakin banyak dan
bila dibiarkan saja tentu berdampak buruk pada perekonomian.
Oleh karena itu, perlu
adanya peran dari Tim Pengendali Inflasi Daerah (TPID) Kabupaten Jember untuk mengendalikan
inflasi agar berada dalam kisaran stabil. Salah satu instrumen yang digunakan
oleh Bank Indonesia adalah tingkat suku bunga. Dengan memainkan tingkat suku
bunga akan memberikan dampak terhadap suatu perekonomian.
Jika tingkat suku bunga
dinaikkan maka akan memicu masyarakat untuk mendepositokan uangnya. Karena ia
akan memperoleh pengembalian yang lebih di masa yang akan datang. Sedangkan
yang akan menarik depositonya terutama untuk dialokasikan pada konsumsi, ia
akan berfikir ulang untuk melakukannya. Masyarakat akan lebih menghemat atau
menekan pengeluarannya daripaa harus menarik depositonya. Karena jika dilakukan
ia akan kehilangan pengembalian di masa yang akan datang. Dengan begitu jumlah
uang yang ada dimasyarakat akan terserap dan nantinya berujung pada besaran
tingkat inflasi.
Tidak hanya dari sektor
moneter saja, namun dari sektor riil pun perlu adanya pembenahan-pembenahan
yang harus dilakukan. Penyediaan terhadap bahan-bahan kebutuhan pokok yang
cukup untuk masyarakat atau swasembada akan membuat harga berada pada kisaran
yang stabil. Dalam artian ketersediaan barang dapat memenuhi semua permintaan
dari masyarakat.
Pembenahan dalam bidang
pertanian sangat diperlukan baik dalam segi kuantitas maupun kualitas. Dari
segi kuantitas yang berarti jumlah yang dihasilkan semakin banyak dan
produktivitas tercapai. Dari segi kualitas yang berarti mutu yang dihasilkan
akan semakin baik dan layak untuk dikonsumsi masyarakat. Sehingga peran
pemerintah terutama Dinas Pertanian sangat diperlukan untuk mewujudkan
swasembada pangan. Kebijakan dari pemerintah daerah pun akan sangat mendukung
terwujudnya cita-cita tersebut.
0 komentar:
Posting Komentar