Blogroll

Jumat, 10 Juni 2016

Fenomena Inflasi Melanda

Fenomena Inflasi Melanda

Inflasi merupakan salah satu topik yang menarik untuk diperbincangkan baik inflasi secara nasional maupun regional. Kondisi inflasi di Kabupaten Jember sejauh ini stabil, bermula sejak bulan Januari sampai April tahun ini. Wakil Tim Pengendali Inflasi Daerah (TPID) Kabupaten Jember, Achmad Bunyamin menyatakan bahwa inflasi Kabupaten Jember berada pada kisaran 0,07 persen (mtm). Yang berarti relatif rendah jika dibandingkan dengan rata-rata historisnya selama lima tahun terakhir (2011-2015) yaitu sebesar 0,16 persen (mtm).
Banyak faktor yang mendorong inflasi di Kabupaten Jember. Inflasi yang terjadi didorong oleh kelompok core inflation dan administered price. Salah satu kelompok core inflation ini disebabkan karena naiknya harga emas perhiasan dunia. Namun, ini tidak mempengaruhi permintaan akan emas perhiasan oleh masyarakat sehingga inflasi masih dalam kisaran rendah.
Sedangkan dari kelompok administered price disebabkan oleh naiknya harga rokok kretek filter dan rokok kretek. Kenaikan ini dilakukan oleh perusahaan rokok karena adanya kenaikan tarif cukai yang terjadi pada awal tahun ini. Berakibat naiknya inflasi dari kelompok ini.
Selain itu, inflasi ini dipengaruhi oleh naiknya harga bahan-bahan kebutuhan pokok atau sembako seperti beras, cabe, telur ayam dan bawang merah. Yang paling dominan adalah naiknya harga bawang merah yang hampir menyentuh angka Rp 40.000,- per kilogram nya. Kenaikan ini diikuti oleh kenaikan harga barang-barang lainnya.
Dampaknya pun begitu dirasakan oleh masyarakat. Terutama dalam hal konsumsi. Yang dulunya bisa memenuhi kebutuhan satu minggu mungkin sekarang hanya cukup untuk memenuhi kebutuhan lima hari saja. Konsumsi masyarakat akan mengalami penurunan kualitas namun uang yang harus dikeluarkannya pun semakin bertambah banyak.
Belum lagi menjelang bulan Ramadhan sampai Hari Raya Idul Fitri, bisa dipastikan inflasi akan mengalami kenaikan. Dan ini masih disebabkan karena harga bahan-bahan kebutuhan pokok atau sembako yang semakin meningkat. Untuk mengatasi harga barang yang semakin meningkat, masyarakat memilih alternatif yang bisa dilakukan untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari. Misalnya seperti yang sebelumya konsumsi daging sapi maka beralih ke telur ayam. Ini akan menghemat anggaran yang ada dan bisa dialokasikan pada kebutuhan yang lainnya.
Tabungan masyarakat pun tidak luput untuk konsumsi. Karena harga barang-barang yang semakin meningkat dan harus tetap memenuhi kebutuhan sehari-hari, otomatis akan terjadi pembengkakan terhadap pengeluaran rumah tangga. Kalau sudah begitu tabungan pun menjadi sasaran dalam pemenuhan kebutuhan. Banyak masyarakat akan menarik uang yang mereka depositokan di bank untuk dialokasikan pada konsumsi bahan-bahan kebutuhan pokok. Berarti jumlah uang yang ada di masyarakat semakin banyak dan bila dibiarkan saja tentu berdampak buruk pada perekonomian.
Oleh karena itu, perlu adanya peran dari Tim Pengendali Inflasi Daerah (TPID) Kabupaten Jember untuk mengendalikan inflasi agar berada dalam kisaran stabil. Salah satu instrumen yang digunakan oleh Bank Indonesia adalah tingkat suku bunga. Dengan memainkan tingkat suku bunga akan memberikan dampak terhadap suatu perekonomian.
Jika tingkat suku bunga dinaikkan maka akan memicu masyarakat untuk mendepositokan uangnya. Karena ia akan memperoleh pengembalian yang lebih di masa yang akan datang. Sedangkan yang akan menarik depositonya terutama untuk dialokasikan pada konsumsi, ia akan berfikir ulang untuk melakukannya. Masyarakat akan lebih menghemat atau menekan pengeluarannya daripaa harus menarik depositonya. Karena jika dilakukan ia akan kehilangan pengembalian di masa yang akan datang. Dengan begitu jumlah uang yang ada dimasyarakat akan terserap dan nantinya berujung pada besaran tingkat inflasi.
Tidak hanya dari sektor moneter saja, namun dari sektor riil pun perlu adanya pembenahan-pembenahan yang harus dilakukan. Penyediaan terhadap bahan-bahan kebutuhan pokok yang cukup untuk masyarakat atau swasembada akan membuat harga berada pada kisaran yang stabil. Dalam artian ketersediaan barang dapat memenuhi semua permintaan dari masyarakat.
Pembenahan dalam bidang pertanian sangat diperlukan baik dalam segi kuantitas maupun kualitas. Dari segi kuantitas yang berarti jumlah yang dihasilkan semakin banyak dan produktivitas tercapai. Dari segi kualitas yang berarti mutu yang dihasilkan akan semakin baik dan layak untuk dikonsumsi masyarakat. Sehingga peran pemerintah terutama Dinas Pertanian sangat diperlukan untuk mewujudkan swasembada pangan. Kebijakan dari pemerintah daerah pun akan sangat mendukung terwujudnya cita-cita tersebut.



0 komentar:

Posting Komentar