INSTRUMEN
YANG MEMPENGARUHI PEREKONOMIAN NEGARA
Bunga merupakan imbalan dalam
peminjaman uang. Imbalan tersebut merupakan suatu pembayaran kepada pemberi
pinjaman untuk manfaat ke depan dari uang pinjaman jika diinvestasikan. Total
pinjaman disebut sebagai utang. Persentase utang tersebut yang nantinya
dibayarkan sebagai imbalan dalam suatu periode tertentu yang disebut sebagai
“suku bunga”. Dana yang dipinjamkan kepada masyarakat nantinya menjdi beban
sendiri bagi bank tersebut atas peminjaman di masa yang akan datang dan akan
menjadi kewajiban bagi masyarakat berupa bunga.
Tingkat bunga selalu
mengalami perubahan sesuai setiap periode tertentu. Hal ini justru mempengaruhi
niat masyarakat untuk melakukan peminjaman uang di bank. Semakin tinggi tingkat
suku bunga yang di tentukan maka masyarakat akan lebih memilih untuk melakukan
saving dibandingkan meminjam uang di bank guna memenuhi keinginan konsumsi.
Sebaliknya, semakin rendah suku bunga yang ditentukan maka masyarakat lebih
memilih untuk melakukan peminjaman uang di bank untuk memenuhi kebutuhan
konsumsinya.
Suku
bunga menjadi tolak indikator dimana akan memungkinkan masyarakat yang masih
kekurangan uang untuk meminjam uang dari bank. Sebaliknya, bagi masyarakat
kalangan menengah ke atas akan lebih memilih menyimpan uangnya ke bank atau
lembaga keuangan lainnya. Jadi, tingkat bunga merupakan imbalan bayaran berupa
harga dari pinjaman.
Suku
bunga merupakan variabel yang sangat diamati dalam suatu perekonomian karena
memiliki efek yang sangat luas. Suku bunga mempengaruhi secara otomatis dalam
kehidupan keseharian masyarakat dan dampaknya sangat penting bagi kehidupan
perekonomian. Suku bunga juga merupakan tolak indikator dalam kegiatan
perekonomian dari suatu negara yang akan berujung terhadap perputaran arus
keuangan perbankan, inflasi, investasi dan pergerakan currency.
Penawaran uang merupakan jumlah
uang beredar yang ditawarkan. Dengan demikian, pada harga tertentu dapat
menentukan besarnya output, tingkat bunga serta permintaan uang. Peningkatan
jumlah uang beredar di masyarakat merupakan suatu dampak dari peningkatan
permintaan uang oleh masyarakat. Peningkatan permintaan uang di masyarakat di
karenakan tingkat penawaran uang di masyarakat yang menurun.
Jumlah
uang yang beredar di masyarakat merupakan suatu target operasi Bank Indonesia
melalui kebijakan moneter. Bank Indonesia mengubah kebijakan moneter sesuai
mengikuti perubahan perekonomian yang ada di Indonesia. Perubahan kebijakan
moneter yang dilakukan oleh Bank Indonesia bermaksud untuk mencapai tujuan yang
utama yaitu menjaga kestabilan jumlah uang beredar yang ada di masyarakat. Kebijakan
moneter yang dilakukan oleh pemerintah terutama di sektor keuangan yang
berkenaan dengan jumlah uang yang beredar dalam masyarakat agar pemerintah
berupaya agar ada kestabilan yang dinamis antara jumlah uang yang beredar
dengan barang dan jasa dalam masyarakat. Hal ini dilakukan agar kemakmuran
rakyat meningkat. Agar mencapai suatu tujuan tersebut, maka cara yang dapat
dilakukan sebagai berikut :
1.
Menentukan cash ratio, yaitu menentukan
perbandingan persentase uang yang ada di bank dimana tentukan mana yang
dijadikan cadangan dan mana yang bisa di operasikan.
2.
Kebijaksanaan pasar terbuka, dimana dengan
adanya kebijakan tersebut yang berkaitan dengan penjualan surat berharga dari
bank sentral. Hal ini berfungsi jika jumlah uang beredar yang di masyarakat
dirasa berlebih, maka pemerintahan akan bertindak dengan menaikkan kembali
penjualan surat berharga yang dilakukan bank sentral. Sebaliknya jika jumlah
beredar dirasa kurang maka bank sentral akan membeli kembali surat berharga
tersebut dengan harga yang relatif tinggi dari masyarakat.
3.
Kebijakan suku bunga, untuk menambah
ataupun mengurangi jumlah uang yang beredar dalam masyarakat, maka suku bunga dalam
dunia pengkreditan dapat meminkan sebuah peran. Jika suku bunga kredit
ditetapkan tinggi maka hal ini akan mengurangi permintaan kredit. Sebaliknya
apabila suku bunga ditetapkan turun maka akan menambah permintaan kredit.
4.
Kebijakan suku bunga deposito, Apabila
jumlah uang yang beredar yang ada pada masyarakat mengalami overlude, untuk
mencegah hal itu terjadi agar jumlah uang yang beredar tidak berlebih, maka
pihak perbankan akan menaikkan persentase suku bunga depositonya. Hal ini maka
masyarakat akan berboyong-boyong untuk mendeposit uang mereka di bank.
Untuk menjaga kestabilan jumlah uang yang
beredar, pemerintah melalui kebijakan bank sentral melakukan kebijakan uang
ketat dan kebijakan uang longgar. Berkaitan dalam hal ini kebijakan pemerintah
dalam mengatur jumlah uang yang beredar ada beberapa keadaan yang perlu
diperhatikan yaitu inflasi dan deflasi.
IMF
sangat mengapesiasikan kebijakan perkonomian Indonesia yang dilakukan oleh
otoritas. IMF berpendapat bahwa prospek ekonomi Indonesia 2016 tetap stabil. Berbagai
langkah-langkah yang telah dilakukan secara signifikan dalam priode terakhir
ini guna memperkuat berbagai kerangka kebijakan yang ada, diantaranya mengenai
kebijakan moneter sekaligus kebijakan fiskal “be careful”. Pada tahun 2015 lalu,
dimana terlihat jelas reformasi subsidi bahan bakar minyak (BBM) sudah mampu
memberikan kontribusi ke arah stabilitas makroekonomi dan secara langsung
mendukung pertumbuhan. Hal ini pun mampu membawa Indonesia melewati berbagai
rintangan pada tahun 2015 lalu.
IMF
mengatakan bahwa prospek perekonomian Indonesia pada jangka waktu menengah
dinilai masih positif, dengan didukung agenda kebijakan dimana sangat mendukung
pertumbuhan yang melibatkan masyarakat mayoritas (inklusif), meski tetap
menitik fokuskan terhadap stabilitas. Kebijakan moneter yang dilakukan oleh
bank sentral (Bank Indonesia) dinilai tepat dan mendukung penyesuaian perekonomian
terhadap berbagai tekanan dari luar (eksternal). Dengan menggunakan fleksibilitas
nilai tukar dan imbal hasil obligasi pemerintah sekaligus usaha pendalaman
pasar keuangan, kebijakan moneter yang ditempuh bank sentral (Bank Indonesia)
juga dinilai telah tepat sasaran sehingga pengambil kebijakan juga memberi
respons yang tepat saat terjadi gejolak di pasar keuangan.
IMF
juga memandang bahwa bahwa pemerintahan Indonesia akan menerapkan suatu
strategi yang tepat pada sasarannya, dengan mengadakan peningkatan belanja
infrastruktur serta berbagai program yang tepat pada sasarannya khususnya
program sosial. Berbagai otoritas yang terkait telah sukses meringankan subsidi BBM serta
adanya bantuan tunai yang diberikan dan investasi publik.
Indikator
sektor keuangan menunjukkan sektor perbankan di Indonesia masih tetap stabil.
Hal ini bisa dilihat dari tingkat permodalan serta pofitabilitas yang baik,
meskipun Non Performing Loan (NPL) mengalami kenaikan meski sedikit.
Langkah-langkah yang telah dilakukan dalam memperkuat stabilitas sistem
keuanga, antara lain dengan teknik pengamatan (surveillance) sektor keuangan
yang perlu untuk ditingkatkan serta untuk mengatur adanya risiko nilai tukar
utang korporasi diperlukan pengenalan dalam kebijakan lindung nilai (hedging).
Komitmen yang kuat telah diperlihatkan oleh lembaga ataupun otoritas untuk
melanjutkan reformasi yang struktural, meninjau kembali investasi yang nantinya
akan dilakukan baik dari dalam maupun luar negeri sekaligus keuntungan yang
diperoleh dari adanya perdagangan daerah. Sekaligus dengan menitikberatkan
praktek ketenagakerjaan yang lebih fleksibel mampu menciptakan lapangan kerja
dan menarik investasi swasta baru.
Bank
sentral telah menetapkan untuk mempertahankan BI rate 7,50 % dengan suku bunga
Deposit Facility 5,50% dan Lending Facility pada level 8,00%, sudah mulai
terlihat signal arah kebijakan BI yang lebih terfokus pada akomodatif.
0 komentar:
Posting Komentar