KEBIJAKAN MONETER INDONESIA

KEBIJAKAN MONETER INDONESIA

Oleh : LILIS SURYANI (130810101041)

Ekonomi pembangunan universitas jember konsentrasi moneter

Kebijakan moneter merupakan suatu kebijakan yang diambil oleh otoritas moneter guna untuk mengatasi permasalah permintaan serta pemawaran uang serta merupakan kebijakan yang memiliki tujuan tertentu seperti pengendalian inflasi dan kesejahteraan seperti yang kita ketahui bersama bahwa setiap kebijakan memiliki tujuan yang sama yaitu kesejahteraan masyarakatnya. Di Indonesia sendiri Bank Indonesia merupakan otoritas moneter yang independen dalam pelaksaan kebijakannya, sehingga seluruh pengendalian kebijakan moneter dikendalikan oleh Bank indonessia. Diantaranya yaitu kebijakan ekonomi kuantitatif dan kualitatif. Kebijakan moneter juga mencakup dan meliputi kebijakan untuk mengedalikan jumlah uang yang beredar melalui saluran – saluran moneter. Kebijakan moneter pada hakikatnya memiliki tujuan untuk menciptakan keseimbangan internal yaitu meliputi keseimbangan dalam pertumbuhan, stabilitas perekonomian dan tentu saja dalam meningkatkan output yang full – employment. Dan juga untuk menciptakan keseimbanga eksternal pula yaitu keseimbangan dalam neraca pembayaran. Serta mampu mewujudkan tujuan perekonomiasn secara makro yaitu mengukur stabilitas perekonomisn nasional dan meningkatkan kesempatan kerja. Jika seluruh kebijakan fiskal telah diambil oleh pemerintah tetapi masih belum membuahkan hasil maka yang patut untuk digunakan adalah kebijakan moneter sehingga mampu menyebabkan keseimbangan dalam perekonomian. Ketika mengambil sebuah kebijakan maka sektor yang pertama kali dipengaruhi dalam hal ini adalah sektor perbangkan yang tentu saja akan mempengaruhi sektor riil pada akhirnya. Kebijaka moneter diamil pada dasarnya untuk memelihara pertumbuhan ekonomi dengan tetap mempertahan kestabilan harga. Tentu saja pada akhirnya pertumbuhan ekonomi berkelanjutan menjadi inti tujuan dari kebijakan moneter ini. Dalam mencapai tujuan – tujuan tersebut bank sentral selaku pembuat kebijakan akan melakukan banyak hal untuk membuat tujuan – tujuan tersebut dapat terrealisasi. Salah satu cara untuk membuat kebijakan tersebut tercapai adalah dengan mengendalikan kestabilan antara kebijakan penawaran uang serta permintaan uang pu menjadi cara untuk mengatasi masalah inflasi yang akan menjadi sebuah ketakutan dalam sebuah perekonomian. Seperti layaknya kebanyakan kebijakan pada umumnya, maka kebijakan moneter ini juga memiliki insstrumen dalam membuat kebijakan yaitu antara lain, kebijakan suku bunga, giro cadangan wajib dan tentu saja menjadi tempat akhir bagi seluruh bank sentral daalm melakukan pinjaman.

Jika berbicara tentang kebijakan moneter tentu sakja tidak akan luput dari topic uang. Uang merupakan salah satu komponen penting bagi perekonomian suatu negara. Permintaan dan penawaran uang sangat berpengaruh dalam pembentukan harga di suatu negara. Jumlah uang yang beredar juga dapat mempengaruhi inflasi di suatu negara. Semakin tinggi jumlah uang yang beredar semakin besar pula angka inflasi negara tersebut. Hal ini tentu akan berpengaruh pada kehidupan masyarakat mengingat peran uang sangat penting dalam kehidupan sehari-hari masyarakat baik di desa maupun di kota. Peran uang dalam kehidupan masyarakat sangat penting, mengingat hampir seluruh kegiatan masyarakat dipengaruhi oleh uang. Uang merupakan alat pembayaran yang sah untuk melakukan pertukaran barang dan jasa untuk memenuh kebutuhan sehar-hari masyarakat. Uang tidak serta-merta menjadi suatu alat pembayaran yang sah seperti yang dilakukan pada zaman sekarang ini. Dan bentuknya pun tidak seperti uang yang kita gunakan dalam keseharian kita. Sejarah menyebutkan bahwa proses tukar menukar barang pada zaman dahulu dilakukan secara barter. Barter merupakan sisitem tukar menukar barang dengan barang misalnya meukar beras dengan apel, sapi dengan pakaian, dan lain sebagainya. Sistem barter yang seperti itu menimbulkan ketidak efisienan proses pertukaran. Kelemahan lainnya adalah tidak adanya kesepakatan standart nilai barang yang ditukarkan. Keterbatasan – keterbatasan tersebut menimbulkan kebutuhan suatu benda yang dapat menjadi alat tukar dan satuan nilai yang sesuai. Maka muncullah uang yang dgunakan pertama kali dalam perekonomian yang pada awalnya hanya berfungsi sebagai alat tukar menukar atau bisa disebut dengan “alat tukar”. Bentuknya pun berbeda dengan uang yang kita gunakan pada saat ini. Pada zaman dahulu masyarakat  kuno belum menciptakan bentuk uang secara khusus, tetapi menggunakan bendda atau komoditi yang disepakati sebagai uang dan komoditi tersebut cukup berharga pada saat itu. Oleh karena itu bentuk uang setiap daerah berbeda-beda. Komoditi yang pernah dijadikan uang misalnya kerang, pisau, garam, gigi binatang, bulu binatang dan lain-lain. Sejarah juga pernah menjelaskan bahwa emas dan perak juga pernah digunakan sebagai uang. Penggunaa kedua benda tersebut sebagai alt tukar dinamakan sebaga penggunaan standart “bimetallic”. Dengan standart tersebut pemerintah menetapkan rasio perbandingan nlai antara emas dan perak. Misalnya pada negara amerika serikat pada tahun 1792 – 1834 menetapkan rasio perbandingan perak terhadap emas yaitu 15:1 artinya 15 ons perak dapat ditukar dengan 1 ons emas begtu pula sebaliknya. Dalam tahap selanjutnya seiring dengan pembentukan kekuatan pasar nilai emas dan perak mengalami perubahan. Hal ini menyebabkan terjadinya masalah pada sistem bimetalik yang diterapkan. Dengan adanya kelemahan pada sistem bimetalik akhirnya diubahlah standart pertukaran menjadi standart emas saja. Dengan standart emas satuan moneter ditentukan oleh kualitas tertentu dari emas dan orang – orang bebas menukarkan emasnya dengan uang.

Bank Indonesia memiliki beberapa peran dalam mendorong dan mewujudkan perekonomian yang lebih baik melalui mengatur sistem pembayaran, merancang dan menetapkan kebijakan moneter, serta mengawasi sistem perbankan secara makroprudensial. Perbankan sebagai lembaga keuangan merupakan objek kebijakan moneter yang diterapkan oleh bank sentral baik melalui saluran tingkat bunga maupun saluran JUB. Dengan kata lain secara makro perbankan merupakan transmisi dari kebijakan moneter dari Bank Indonesia, dan secara mikro sebagai sumber pembiayaan utama bagi para pelaku ekonomi baik masyarakat maupun pengusaha (Konch, 2000). Keuangan inklusif sebagai bentuk kebijakan yang bertujuan untuk menghilangkan segala hambatan akses atas lembaga keuangan baik bersifat harga maupun non harga, sehingga mampu mendorong peningkatan layanan akses keuangan yang pada akhirnya mampu menekan gap pendapatan masyarakat, menekan angka kemiskinan serta mampu menciptakan stabilitas sistem keuangan  di suatu negara (Bank Indonesia, 2014).

Kembali lagi pada peran penting uang dalam perekonomian baik dalam hal pertumbuhannya maupun pada perkembangannya. Perekonomian selain dipengaruhi oleh jumlah permintaan dan jumlah penawaran uang tetapi jumlah uang yang beredar pun juga mempengaruhi perekonomian. Pembentukan inflasi dan suku bunga terkait erat dengan jumlah uang yang beredar tersebut. Jumlah uang yang beredar terdiri dari uang yang dipegang oleh masyarakat, uang giral, uang kuasi dan surat berharga lainnya. Sementara itu definisi uang itu sangat beragam tergantung pada definisi uang yang digunakan. Uang dapat diartikan secara sempit (M1) dan secara luas (M2). M1 adalah uang yang sering disebut sebagai uang dekat (near money), yaitu meliputi uang kartal dan uang giral (demand deposit). Sedangkan uang dalam adri luas adalah M1 ditambah dengan uang kuasi dan deposito berjangka. Jumlah M2 (unang dalam arti luas) umbuh sebesar 7,7% (yoy) pada januari tahun 2016 hal ini menunjukkan penurunan dibandingkan pada desember 2015 yaitu sebesar 8,9% (yoy) (Bank Indonesia, 2016). Hal ini terindikasi karenan adanya penurunan dalam pertumbuhan kredit, jumlah penyaluran kredit pada januari 2016 tercatat sebesar Rp 4.009,4 triliun atau bisa dikatakan tumbuh sebesar 9,3% (yoy) terjadi perlambatan dibandingkan dengan desember 2015 yang tercatat sebesar Rp 4.083,2 triliun atau sekitar 10,1% (yoy) (Bank Indonesia, 2016).

Aktivitas kredit tentu sangat penting bagi perekonomian dan merupakan faktor yang mempengaruhi pertumbuhan ekonomi nasional. Kredit mampu mengoptimalkan rumah tangga untuk melakukan konsumsi yag layak. Kredik juga mampu menggerakkan produksi barang dan jasa bagi perusahaan karena kredit tersebut mampu meningkatkan investasi. Pertumbuhan kredit yang terus meningkat akan menyebabkan kerentanan pada kondisi keuangan suatu negara. Kredit yang tidak terkendali disebut sebagai credit boom yang mampu membuat dilemma dalam pengambilan kebijakan (Diah Utari et al, 2012). Pinjaman perbankkan dapat meningkatkan konsumsi dan impor akan meningkatkan current account deficit yang akan menyebabkan berkurangnya modal yang pada akhirnya dapat mempengaruhi kesehatan keuangan (Diah Utari et al, 2012). Kesehatan keuangan sendiri tentu memiliki peranan penting bagi pertumbuhan perekekonomian suatu negara. Kredit yang tidak diberikan secara bijak akan mengakibatkan dampak yang serius bagi sistem keuangan di suatu negara. Pemberian kredit perbankkan tentu juga sangat dibutuhkan dalam perekonomian mengigat perannya sangat penting bagi proses produksi, karena dengan kredit dapat meningkatkan menngkatkan produksi yang tidak bisa dilakukan sendiri. Hal ini tentu saja berdampak pada perekonomian karena salah satu komponen pembentukan Produk Domestik Bruto (PDB) adalah investasi, hal in tentu berkaitan dengan kredit karena dengan adnya kredit masyarakat akan cenderung melakukan investasi. Selain berdampak pada perekonomian kredit juga berdampak pada lembaga keuangan baik bank maupun non bank. Dengan adanya kredit lembaga keuangan selaku sebagai intermediasi dari masyarakat yang kelebihan dana dengan masyarakat yang kekurangan dana dapat menjalankan tugasnya sebagai penggerak sistem keuangan inklusif yang sedang gencar dibicarakan dalam foum – forum internasional. Kredit bisa menjadi suatu penggerak perekonomian suatu negara tetapi juga dapat menjadi boomerang dalam waktu yang bersamaan jka penggunaan dan penyalurannya tidak bijak. Disinilah peran perbankkan selaku lembaga penyalur kredit mampu mengatasi masalah ini, mungkin dengan memberlakukan kebijakan kredit selektif pada sektor – sektor yang dianggap berbahaya. 

Kelebihan uang juga tidak menutup kemungkinan akan terjadi inflasi yang akan mempengaruhi stabilitas harga yang menjadi focus utama dalam kebijakan moneter. Oleh karena itu Bank Indonesia telah menciptakan suatu kebijakan yaitu dengan menargetkan inflasi. Diterapkannya target inflasi di Indonesia berdasarkan pada beberapa pertimbangan. Pertama karena sistem nilai tukar anchor telah ditinggalkan maka akan sangat diperlukan sistem anchor relatif. Kedua karena independensi Bank Indonesia sehingga target inflasi menjadi konsekuensi bagi independensi Bank Indonesia dalam penetapan kebijakan moneter yang memfokuskan pada pengendalian dan penekanan inflasi. Penetapan target inflasi sendiri di Indonesia terutama jika diteraokan secara ketat masih terdapat pro dan kontra. Komitmen penetapan target inflasi ini di satu sisi memang mampu untuk mendisiplinkan bank sentral dalam konsentrasinya mengendalikan dan menekan infasi yang ada di Indonesia. Dengan adanya penetapan target inflasi yang diumumkan oleh Bank Indonesia kepada publik dengan jelas mampu memacu Bank Indonesia dalam mengendalikan inflasi secara eksplisit. Kebijakan moneter yang secara tegas menentukan konsetrasi atau prioritas kebijakannya pada pengendalian dan penekanan inflasi mampu mengangkat kredibilitas bank sental tersebut. Tentu saja hal ini mampu menurunkan ekspektasi masyarkat tentang inflasi masa depan yang hal ini dapat menimbulkan pengurangan biaya terhadap pengendalian inflasi yang diespektasikan akan aterjadi pada masa depan.

Target inflasi yang diterapkan oleh Bank Indonesia saat ini menggunakan sasaran antara yaitu target base money. Pada realita prakteknya target inflasi ini digunakan untuk menghitung base money itu sendiri. Target inflasi yang bersifat forward looking menjadikan kemampuan Bank Indonesia selaku bank yang menetapkan strategi target inflasi sebagai syarat mutlak yang harus terpenuhi. Inflasi yang telah terprediksi mampu meningkatkan sentiment pasar global baik pasar uang maupun pasar barang. Inflasi yang telah tertarget mampu membuat investor akan meningkatkan atau menurunkan investasi yang mereka lakukan. Penetapan target inflasi tentu sangat menguntungkan bagi perekonomian karena dapat membuat masyarakat mengerti akan prediksi inflasi yang akan terjadi di masa depan sehingga mampu menarik banyak masyarakat yang akan berinvestasi. Tentu saja investasi sangat diperlukan dalam penyerapan terhadap tenaga kerja yang hal ini akan mengurangi penganggutran yang terjadi di Indonesia.

Memang benar hal tersebut akan memicu inflasi karena jika penggngguran berkurang maka jumlah uang yang beredar di masyarakat akan bertambah, jika jumlah uang yang beredar bertambah maka akan memicu terjadinya inflasi. Oleh karena itu perlu dan sangat penting adanya kesinergian antara pemerintah dan otoritas moneter dalam merancang sebuah kebijakan yang akan digunakan untuk menstabilkan perekonomian.

Categories: Lilis Suryani