Rentenir vs Bank Umum

Rentenir  vs Bank Umum

Kredit merupakan sarana menyalurkan dana yang dibutuhkan masyarakat untuk memenuhi kebutuhannya (konsumsi) atau sebagai modal untuk memproduksi suatu barang dan untuk mengembangkan usahanya. Kredit sebagai alat untuk meminjam dana baik dari perorangan atau badan usaha yang mewajibkan melunasi hutangnya pada tempo tertentu sekaligus dengan pemberian bunganya.

Sebelumnya , kita sudah mengenal kredit tetapi pada saat itu bukan dinamakan kredit melainkan orang menyebutnya lintah darat / rentenir, mereka meminjamkan uang kepada masyarakat yang membutuhkan dana dengan bunga yang sangat tinggi untuk meraup keuntungan yang besar, meskipun masyarakat yang membutuhkan dana tersebut sadar bahwa mereka meminjam dana dengan bunga yang tidak wajar mereka masih tetap lebih memilih meminjam dana dari lintah darat / rentenir untuk memenuhi konsumsinya atau sebagai modal usaha daripada melakukan pinjaman terhadap bank meskipun bank menawarkan bunga yang lebih rendah dibandingkan rentenir, dikarenakan pada waktu itu proses meminjam kepada rentenir lebih mudah hanya berpegang pada sistem kepercayaan terhadap krediturnya, rentenir sudah dapat mencairkan dana yang dibutuhkan dengan cepat bahkan kurang dari 24 jam. Hal ini sangat berbeda dengan kebijakan bank, pihak yang membutuhkan dana harus memenuhi syarat-syarat untuk dapat memperoleh pinjaman kredit dan dana tersebut tidak langsung cair dalam waktu singkat.

Dengan seiringnya waktu perkembangan kredit lebih mengalami kemajuan. Pada saat ini kredit banyak di terapkan pada  bank - bank umum dengan kebijakan yang luwes dan dengan syarat-syarat jaminan yang tidak terlalu sulit. Sehingga memudahkan kreditur untuk meminjam dana sebagai modal usaha. Di sisi lain bank juga perlu untuk mempertimbangkan tingkat resiko yang akan terjadi ketika meminjamkan dananya ke pihak kreditur, bank harus mengetahui dahulu karakter dari nasabahnya tersebut. Tetapi siapa sangka di jaman era modern saat ini meskipun sudah banyak berdiri perbankan baik di kota maupun kecamatan dengan syarat jaminan yang tak sesulit dulu masih tetap saja keberadaan bank titil (rentenir) exis di kalangan masyarakat terutama di kalangan pasar – pasar tradisional seperti pasar tanjung di kabupaten jember. Masyarakat yang enggan untuk memberikan jaminan dan memenuhi syarat-syarat kredit yang di tetapkan oleh bank umum maka bank titil (rentenir) adalah solusinya. Dikarenakan bank titil tersebut memberikan kemudahan dalam melakukan peminjaman kredit yaitu dengan ketemuan saling sepakat dan langsung cair dengan sistem kepercayaan terhadap kreditur hal ini sangat berbeda ketika masyarakat melakukan peminjaman kredit di bank yang belum tentu cair setelah kita melengkapi syarat-syarat peminjaman kredit tersebut karena bank masih perlu untuk melihat apakah nasabah tersebut layak untuk mendapatkan peminjaman kredit dengan pertimbangan resiko yang berasal dari pihak kreditur yang akan di hadapi bank ke depannya.

Sasaran utama dari pemilik bank titil (rentenir) adalah kreditur yang miskin dan para pedagang menengah kebawah karena meraka selalu terbelit oleh hutang dan selalu bermasalah dengan sistem keuangan mereka. Terlebih lagi orang miskin karena mereka lemah dari segi pendidikan maka mereka mudah untuk percaya meskipun mereka di suguhi dengan bunga yang sangat tinggi bisa dibilang juga dengan bunga yang mencekik mereka tetap saja meminjam dikarenakan kebutuhan uang yang terlalu mendesak sedangkan bagi para pedagang menengah ke bawah dalam proses perdagangan tidak selamanya untung ada kalanya rugi, ketika mereka mengalami kerugian maka untuk menutupi kerugian tersebut mereka membutuhkan dana yang cepat untuk proses perdagangannya agar tetap dapat berjalan dengan baik. Nah disini merupakan celah- celah dari pihak bank titil untuk masuk ke dalam keadaan tersebut hal ini yang menyebabkan bank titil masih tetap exis di kalangan masyarakat.

Bank titil dapat berdampak baik dan buruk. Dampak baiknya yaitu dapat membantu dalam peminjaman kredit dengan proses pencairan uang yang mudah tidak berbelit-belit sehingga cocok untuk masyarakat yang sedang memerlukan dana dalam waktu yang mendesak. Tetapi bank titil juga dapat berdampak buruk karena bunga yang di tawarkan sangat tinggi dapat mencekik dan menambah beban dari kreditur pada saat mereka telat membayarnya, hal ini disebabkan perhitungan bunga yang terus berjalan setiap harinya dan semakin menggerogoti sistem keuangan mereka. Jika proses kredit ini macet atau mereka tidak bisa membayarnya maka mereka akan di blacklist sehingga mereka tidak dapat melakukan peminjaman kredit lagi.

Dalam kasus bank titil ini di perlukan peran dari pemerintah serta kesadaran dari masyarakat itu sendiri. Pemerintah harus menjadikan kasus seperti ini sebagai bahan koreksi dan perlu penanganan yang cepat dengan cara lebih menerapkan sistem pemberian kredit yang lebih mudah dengan bunga yang rendah serta proses pencairan yang cepat terhadap kalangan menengah kebawah sehingga mereka tidak takut lagi mendekati lembaga bank dan tidak takut untuk melakukan peminjaman kredit terhadap bank konvensional. Dari segi masyarakat perlu adanya kesadaran terhadsap bahayanya meminjam dana di bank titil karena jika mereka tidak dapat membayar kredit tersebut maka solusi unttuk meminjam di bank titil bukan cara yang tepat karena bukannya dapat mengatasi permasalahan tetapi malah dapat semakin membelit sistem keuangan mereka.

Categories: Tri Ulandari