Blogroll

Jumat, 10 Juni 2016

Bisnis dan Investasi Penunjang Pendapatan Nasional di Indonesia

Bisnis dan Investasi Penunjang Pendapatan Nasional di Indonesia
Oleh Qori Dhika Andria
Melihat kondisi Indonesia saat ini dimana jika kita berbicara tentang pendapatan nasionalnya, banyak sekali yang menjadi penunjang pendapatan nasional itu sendiri. Namun jika kita menelaah apa saja yang menjadi faktor penting dalam meningkatkan pendapatan nasional tentu kita akan menemukan investasi dan bisnis di dalam nya, dimana investasi dan bisnis juga berpengaruh terhadap naik nya pendapatan nasional itu sendiri. Sejatinya pendapatan nasional itu sendiri adalah jumlah seluruh pendapatan yang diterima oleh masyarakat dalam suatu negara dalam suatu periode tertentu. Tujuan adanya pendapatan nasional itu sendiri adalah untuk mengetahui tingkat kemakmuran suatu negara, untuk memperoleh taksiran yang akurat nilai barang dan jasa yang di hasilkan masyarakat dalam satu periode waktu tertentu, untuk membantu membuat rencana pelaksana program pembangunan yang berjangka. Dari tujuan tersebut sudah dapat di simpulkan bahwa manfaat ada nya pendapatan nasional adalah mengetahui tentang bagaimana struktur perekonomian suatu negara, dapat membandingkan keadaan perekonomian dari waktu ke waktu antar daerah atau antar provinsi, dapat membandingkan keadaan perekeonomian antar negara pula, dapat membantu merumuskan kebijakan pemerintah. Dari penjabaran tersebut dapat di simpulkan bahwa suatu negara dapat di ukur tingkat kemakmuran nya dari pendapatan nasional itu sendiri. Untuk mengukur tingkat kemakmuran suatu negara ttersebut banyak indikator di dalam nya.
Berbicara tentang indikator penunjang pendapatan nasional salah satu nya adalah investasi dan bisnis. Di indonesia banyak sekali yang menjadi ladang untuk berinvestasi dan berbisnis. Namun di Indonesia dunia bisnis masih mengalami keterpurukan. Investor di pasar modal sebagaian di antaranya boleh jadi mengalami kerugian. Sementara kalangan dunia usaha yang bahan baku nya bergantung pada impor hampir sepanjang tahun mengalami tekanan karena pelemahan nilai tukar rupiah terhadap dollar AS. Pada umu nya di tahun 2015 mengalami perlambatan pertumbuhan dibandingkan dengan tahun sebelumnya. Keadaan perlambatan itu bukan berarti krisis atau kiamat karena ekonomi, nanti nya akan tetap bertumbuh. Secara sederhana, pertumbuhan ekonomi merupakan fungsi dari pengeluaran pemerintah, konsumsi, investasi, ekspor dikurangi impor. Untuk mengetahui bagaimana postur ekonomi pada tahu ini terutama pada investasi tentu kita mesti melihat bagaimana faktor-faktor lingkungan memberikan pengaruh terhadap perekonomian tersebut. Faktor global, regional, maupun kondisi dometik Indonesia itu sendiri. Dalam dunia perbisnisan Indonesia masih mengalami ketertinggalan dari negara-begara di ASEAN. Di bandingkan dengan Singapura yang konsisten menduduki peringkat pertama dan malaysia yang menduduki peringkat 6 atau naik dari tahun sebelumnya yang berada pada peringkat 8. Belum lama ini Bank Dunia merilis peringat ease of doing bussines index  yang bertujuan untuk mengukur kemudahan orang memulai dan menjalankan bisnis di suatu negara. Apabila suatu negara mempunyai peringkat yang tinggi dala laporan ini, berarti negara tersebut dapat di katakan mempunyai iklim regulasi yang kondusif untuk memulai bisnis dan menjalankan nya. Sesungguh nya index ini tidak hanya mengukur kemudahan seseoran dalam memluai bisnis saja, namu juga melacak perubahan segulasi yang berpengaruh dan menunjang terhadap sikluus bisnis dalam negara tersebut. Ada beberapa indikator yang dapat di gunakan untuk mengukur kemudahan memulai bisnis dari suatu negara, yaitu dengan memulai bisnis, izin kontruksi, kemudahan mendapatkan listrik, pendaftaran properi, kemudahan mendapatkan kredit, perlindungan terhadap investor, kemudahan membayar pajak, perdagangan lintas batas, penegakkan kontrak, penyelesaian kepailitan dan sistem ketenagakerjaan.
Sesungguh kenaikan peringkat yang di alami Indonesia dalam indeks kali ini tidaklah begitu menggembirakan, karena dari sepuluh yang telah di paparkan tersebut yang telah di uji dalam survei ini, Indonesia hanya mengalam kenaikan peringkat pada satu indikator saja, yaitu kemudahan dalam mengakses redit. Adapun indikator lainnya cenderung mengalami penurunan atau dapat dikatakan stagnan. Melihat peringkat indeks yang masih berada pada kisaran 100 tersebut, iklim bisnis di Indonesia beluum mampu menstimulus berkembangnya ekonomi kreatif dan UMKM. Terbukti dengan tidak teerpenuhi nya indikator-indikator yang dapat menunjang berdiri nya bisnis yang mendunia. Tidak hanya pemerintah, masyarakat juga harus bisa berfikir bahkan berkeinginan membuka usah atau memulai bisnis dengan membuka umkm-umkm yang setidak nya dapat membantu dalam segi apa pun, karena dengan ada nya umkm-umkm di Indonesia juga dapat menarik minat para investor untuk menanamkan modal nya di Indonesia, ini juga dapat memabntu meningkatkan pendapatan nasional juga dapay membantu mengurangi pengangguran di Indonesia karena dengan ada nya umkm maka akan sedikit banyak akan membutuhkan tenaga kerja. Jika indikator-indikator yang mendukung pendirian bisnis saja tidak terpenuhi, maka sebenarnya Indonesia belum siap untuk menjaring investor untuk berpartisipasi dalam ekonomi nya. Maka tidak menutup kemungkinan kita hanya akan menjadi penonton setia di negara sendiri, melihat semakin ketat nya persaingan perdagangan untuk saat inni, terutama dengan menghadapi MEA saat ini, bukan kah ini saat nya bagi masyarakat di Indkesia untuk berlomba-lomba menunjukkan kreatifitas mereka dalam hal berbisnis, tidak hanya kita menark investor dari luar namun juga kita perlu menarik hati investor dalam negeri juga agar mau menanamkan modal nya untuk umkm-umkm di Indonesia.
Hasil survei tersebut tentunya sangat mencederai semangat bagi rakyat Indonesia yang tengah bangkit membangun ekonomi alternatif yang berasas solidaritas melalui umkm, karena rendahnya peringkat Indonesia dalam survei ini menunjukkan bahwa umkm belum dapat perhatian yang serius dari pemerintah, ini menunjukkan bahwa pemerintah kurang berpartisipasi dalam membantu embangun umkm-umkm tersebut. Tidak menutup kemungkinandari umkm tersebut dapat menaikkan peringkat Indonesia bahkan dapat membantu dalam peningkatan pendapatan nasional dalam pertumbuhan ekonomi nya. Sangat di sayang kan jika pemerintah tidak menaruh perhatian lebih terhadap umkm-umkm di Indonesia. Inkosisten pemerintah dalam membangun ekonomi di Indonesia yang berakyatan terlihat ketika pemerintah lebih ramah terhadap barang asing dengan penandatangan perjanidengan negara China dan Korea belum lama ini ketimbang memnuhi tuntutan pelaku umkm yang tersandera pasokan energi dan kesulitan bahan baku, inni sangat menunjukkan bahwa pemerintah hanya bergantung pada produk luar negeri, bagaimana masyarakat tidak akan menyukai produk dalam negeri jika para pemerintah hanya akan mennunjang produk-produk luar negeri saja namun produk dalam negeri tidak di bantu dalam hal apa pun. Dapat di contoh kan saja pengusaha tempe, yang semakin lama semakin berkurang karena gulung tikar kekurangan bahan baku kedelai atau pengusaha sepatu nasional yang mengalami kendala serius akibat kekurangan pasokan listrik, sehingga sulit nya memnuhi permintaan pasar dari mancanegara, harus kah pemerintah memperlakukan para pengusaha dalam negeri seperti itu tidakkah pemerintah juga membantu dalam hal mensejahterakan masyarakat di Indonesia. Jika di lihat bangsa yang hendak mengarah ke negara maju harus meningkatkan jumlah pengusaha dan mengurangi para pengangguran nya. Sebagaiamana Jepang yang telah menunjukkan kemajuan nya di ekonomi nya selalu di  kaitkan dengan besaran nya umkm yang ada di negara tersebut. Atau Amerika dimana pensiptaan lapangan kerjanya merupakan andil  besar dari sumbangan umkm yang tidak bisa di abaikan , tidak kah inni sudah membuktikan bahwa ada nya umkm juga dapat membantu mengurangi beban negara dalam hal pengangguran dan akan membantu negara dalam hal pertumbuhan ekonomi nya. Hal tersebut yang seharusnya menajdi evaluasi bagi para pemerintah, karena sebagai salah satu negara dengan perekonomian terbesar di dunia, pencapaian ini sungguh menjadi ironi, yang membuktikan bahwa negara kita ini masih belum siap secara ekonomi untuk bersaing dalam pasar bebas dan masih sangat membutuhkan banyak perbaikan di segala sektor.bagaimana pemeritah menyikapi hal ini, tidak kah pemerintah melihat hal kecil yang mungkin saja menjadi penunjang yang sangat signifikan dalam menunjang perekonomian di Indonesia. Peringkat Indonesia dalam survei tersebut apabila di bandingkan dengan ASEAN lain nya, hanya lebih baik negara Kamboja saja yang menduduki peringkat 137. Bahkan tertinggal dari peringkat Filipina yang mengalami lonjakan yang sanagat signifikan pada posisi 108.
Dalam iklim usaha yang tak kunjung membaik tetntunya berdampak negatif terhadap pertumbuhan ekonomi di Indonesia. Belum lama ini di kabarkan bahwa pekerja kreatif Indonesia semakin banyak yang eksodus ke Singapura dan malaysia. Sangat di sayang kan sekali apabila semua para pekerja kreatif harus eksodus ke negara lain, kita tidak hanya akan kehilangan para pekerja kreatid di Indonesia namun juga akan kehilangan para penunjang ekonomi di Indonesia. Yang menjadi faktor utama eksous pekrja kreatif Indonesia di yakini karena pengaruh iklim usaha yang tidak kondusif, selain itu juga di karenakan akses pasar yang sulit tentu nya income. Hal ini menjadi pekerjaan rumah bagi pemerintah Indonesia untuk memperbaiki iklim bisnis dan investasi di Indonesia , agar umkm di Indonesia mampu tumbuh pesat dan bersaing dengan kompetitor-kompotitor utama nya di negara ASEAN. Hal itu juga membantu dalam membangun kesejahateraan di Indonesia. Umkm sebagai salah satu pilar ekonomi yang telah terbukti mampu hidup dan berkembang di dalam badai krisis selama lebih dari enam tahun, keberadaan nya telah dapat memberikan kontribusi terhadap PDB sebesar hampir 60%, penyerapan tenaga keja sebesar 88,7% dari seluruh angkatan kerja di Indonesia. Tidak kah itu angka yang sangat fantastis bagi dunia perbisnisan. Selain umkm Indonesia juga di kenal dengan bisnis properti nya, konsultan properti internasional Jones Lang LaSalle (JLL) menyatakan bahwa siklus bisnis di Indonesia selaras dan di nilai berkaitan erat dengan siklus pemilihan umum yang berlangsung setiap tahun sekali. Menurut Todd Lauchlan, apa yang terjadi sektor properti di Indonesia pada tahun 2013 lalu memiliki kemiripan dengan apa yang terjadi pada tahun 2008 atau setahun sebelum pemilu, tentu saja kondisi ini adalah sektor properti cenderung pertumbuhannya melambat pada setahun sebelum pemilu yang seperti di alami pada tahun 2013, dan akan kembali menunjukkan peningkatan setelah pemilu berlangsung. Berbagia pihak juga telah mengatahui bahwa Indonesia saat ini sedang menglami perlambatan, termasuk pula di sektor properti. Perlambatan pasar termasuk di sektor properti berpeluang untuk berjalan selama beberapa triwulan ke depan. Kondisi ekonomi dan sosial politik menjelang pelaksanan pemilu diperkirakan membuat dinamika bisnis properti akan sedikit mereda.
Konsumsi masyarakat mencerminkan tingkat pendapatan masyarakat dan juga banyaknya orang yang bekerja di bandingkan tingkat pengangguran. Tahun 2015 memang ada PHK yang terjadi di sejumlah perusahaan dari berbagai sektor, mulai dari sektor pertambangan, manufaktur, hingga sektor lainnya yang padat karya. Namun tahun 2015 cukkup banyak pengembangan infrastruktur sudah mulai. Ini memberikan kesempatan bekerja bagi banyak orang. Sengan program pemangunan infratsruktur yang menjadi salah satu prioritas pemerintah, tentu di tahun 2016 nanti kesempatan kerja juga akan meningkat. Jika saat ini tingkat pengangguran mencapai lebih dari 7 juta orang, di harapkan tingkat pengangguran itu akan menurun. dengan kata lain daya beli mesyarakat akan meningkat. Belum lgii program bantuan sosial seperti kartu keluarga sejahtera yang memberikan uang tunai kepada masyarakat tidak mampu agar mereka bisa terbantu untuk memenuhi kebutuhan pokok. Demikian juga dengan program kredit usaha rakyat (KUR) untuk keluarga pekerja yang penyaluran nya di harapkan bisa mencapaii Rp.30 triliun tahun 2016. Pada gilirannya, kredit usaha rakyat (KUR) akan memberikan multiplier effect positif terhadap pembangunan dan tentunya meningkatkan daya beli masyarakat untuk berkonsumsi. Di tambahkan pula dengan berbagia kebijakan ekonomi yang telah di guirkan pemerintah, khusunya sejak kuartal ketiga dan keempat pada 2015 lalu. Investasi tentu bisa d bedakan menjadi investasi di sektor ril dan investasi di portofolio. Terkait dengan investasi sektor riil, dapat kita lihat bahwa pmerintah telah mengeluarkan begitu banyak paket relaksasi triwulan ketiga dan keempat tahun 2015. Memberikan kemudahan perizinan, meghilangkan berbagai hambatan, dan bahkan memberikan tax holiday dan tax amnesty. Bagaimana dengan propek saham, obligasi, reksa dana, dan juga pasar uang. kita mulai dengan pasar uang. besar perkiraan bahwa tingkat buunga bank tahun 2016 akan lebih rendah di bandingkan tahun 2015. Itu artinya BI rate menjadi lebih rendah, kemudian di ikuti oleh bunga deposito dan tentunya juga bunga pinjaman. Dampaknya, immbal hasil dari penempatan dana deosito menjadi lebih rendah. Namun, di sisi lain biaya operasional dunia usaha yangg bersumber dari unga bank akan menjadi lebih rendah. Ini seharusnya mendorong kinerja emiten-emiten di bursa saham menjadi lebih baik. Semua faktor tersebut akan mendorong investasi di pasar modal dan investasi baru d sektor riil. Tidak perlu menjaddi genius untuk bisa mengambil keputusan investasi bawa investasi portofolio di  tahun 2016 ini akan mnejadi lebih prospektif.

Untuk memperbaiki iklim usaha semakin kondusif, tentu nya pemerintah harus bekerja keras memperbaiki beberapa aspek terkait. Seperti penyediaan listrik, perindungan terhadap investor dan sistem ketenagakerjaan, ketiga aspek tersebut butuh perbaikan segera agar dapat mendongkrak usaha di Indonesia. Selain itu juga pemerintah juga harus membanggun startegi untuk meningkatkan jumlah umkm di Indonesia. Pemerintah bisa meniru upaya yang di lakukan pemrintah Thailand dalam hal mengembangkan umkm di negara tersebut. Thailand menerapkan kebijakan satu produk perkecamatan, sehngga masing-masing wilayah mempunyai produk unggulan yang berbeda, tidak menjutup kemungkinan di  Indonesia juga dapat beitu karena di setiap daerah memilik ciri kgas masing-masing ini juga menjadi nilai tambah bagi Indonesia untuk lebih mengembangkan kekayaan alam nya. Dan tentu nya strategi tersebut harus di imbangi dengan proteksi terhadap keberadaan umkm, seperti straegi negara-negara ASEAN lainnya yang melindungi umkm nya dari serbuan produk yang sama dari negaa lain, salah satu nya dengan membuat hambatan masuk. Oemerintah dapat mengurangi barang-barang dari luar negeri untuk masuk ke dalam negeri ini juga membantu agar masyarakat lebih megkonsumsi produk-produk dalam negeri saja. Itu sangat membantu dalam melestarikan atau membudayakan pemakaian produk dalam negeri dan mencintai hasil produk dalam negeri saja, apabila pemerintah membiarkan produk dalam luar negeri masuk maka tidak mennutup kemungkinan akan mengurangi minat bagi para konsumen untuk menikmati hasil produk dalam negeri nya. 

0 komentar:

Posting Komentar