Bisnis
dan Investasi Penunjang Pendapatan Nasional di Indonesia
Oleh Qori Dhika Andria
Melihat
kondisi Indonesia saat ini dimana jika kita berbicara tentang pendapatan
nasionalnya, banyak sekali yang menjadi penunjang pendapatan nasional itu
sendiri. Namun jika kita menelaah apa saja yang menjadi faktor penting dalam
meningkatkan pendapatan nasional tentu kita akan menemukan investasi dan bisnis
di dalam nya, dimana investasi dan bisnis juga berpengaruh terhadap naik nya
pendapatan nasional itu sendiri. Sejatinya pendapatan nasional itu sendiri
adalah jumlah seluruh pendapatan yang diterima oleh masyarakat dalam suatu
negara dalam suatu periode tertentu. Tujuan adanya pendapatan nasional itu
sendiri adalah untuk mengetahui tingkat kemakmuran suatu negara, untuk
memperoleh taksiran yang akurat nilai barang dan jasa yang di hasilkan
masyarakat dalam satu periode waktu tertentu, untuk membantu membuat rencana
pelaksana program pembangunan yang berjangka. Dari tujuan tersebut sudah dapat
di simpulkan bahwa manfaat ada nya pendapatan nasional adalah mengetahui
tentang bagaimana struktur perekonomian suatu negara, dapat membandingkan
keadaan perekonomian dari waktu ke waktu antar daerah atau antar provinsi,
dapat membandingkan keadaan perekeonomian antar negara pula, dapat membantu
merumuskan kebijakan pemerintah. Dari penjabaran tersebut dapat di simpulkan
bahwa suatu negara dapat di ukur tingkat kemakmuran nya dari pendapatan
nasional itu sendiri. Untuk mengukur tingkat kemakmuran suatu negara ttersebut
banyak indikator di dalam nya.
Berbicara
tentang indikator penunjang pendapatan nasional salah satu nya adalah investasi
dan bisnis. Di indonesia banyak sekali yang menjadi ladang untuk berinvestasi
dan berbisnis. Namun di Indonesia dunia bisnis masih mengalami keterpurukan.
Investor di pasar modal sebagaian di antaranya boleh jadi mengalami kerugian. Sementara
kalangan dunia usaha yang bahan baku nya bergantung pada impor hampir sepanjang
tahun mengalami tekanan karena pelemahan nilai tukar rupiah terhadap dollar AS.
Pada umu nya di tahun 2015 mengalami perlambatan pertumbuhan dibandingkan
dengan tahun sebelumnya. Keadaan perlambatan itu bukan berarti krisis atau
kiamat karena ekonomi, nanti nya akan tetap bertumbuh. Secara sederhana,
pertumbuhan ekonomi merupakan fungsi dari pengeluaran pemerintah, konsumsi,
investasi, ekspor dikurangi impor. Untuk mengetahui bagaimana postur ekonomi
pada tahu ini terutama pada investasi tentu kita mesti melihat bagaimana
faktor-faktor lingkungan memberikan pengaruh terhadap perekonomian tersebut.
Faktor global, regional, maupun kondisi dometik Indonesia itu sendiri. Dalam
dunia perbisnisan Indonesia masih mengalami ketertinggalan dari negara-begara
di ASEAN. Di bandingkan dengan Singapura yang konsisten menduduki peringkat
pertama dan malaysia yang menduduki peringkat 6 atau naik dari tahun sebelumnya
yang berada pada peringkat 8. Belum lama ini Bank Dunia merilis peringat ease of doing bussines index yang bertujuan untuk mengukur kemudahan orang
memulai dan menjalankan bisnis di suatu negara. Apabila suatu negara mempunyai
peringkat yang tinggi dala laporan ini, berarti negara tersebut dapat di
katakan mempunyai iklim regulasi yang kondusif untuk memulai bisnis dan
menjalankan nya. Sesungguh nya index ini tidak hanya mengukur kemudahan
seseoran dalam memluai bisnis saja, namu juga melacak perubahan segulasi yang
berpengaruh dan menunjang terhadap sikluus bisnis dalam negara tersebut. Ada
beberapa indikator yang dapat di gunakan untuk mengukur kemudahan memulai
bisnis dari suatu negara, yaitu dengan memulai bisnis, izin kontruksi,
kemudahan mendapatkan listrik, pendaftaran properi, kemudahan mendapatkan
kredit, perlindungan terhadap investor, kemudahan membayar pajak, perdagangan
lintas batas, penegakkan kontrak, penyelesaian kepailitan dan sistem
ketenagakerjaan.
Sesungguh
kenaikan peringkat yang di alami Indonesia dalam indeks kali ini tidaklah
begitu menggembirakan, karena dari sepuluh yang telah di paparkan tersebut yang
telah di uji dalam survei ini, Indonesia hanya mengalam kenaikan peringkat pada
satu indikator saja, yaitu kemudahan dalam mengakses redit. Adapun indikator
lainnya cenderung mengalami penurunan atau dapat dikatakan stagnan. Melihat
peringkat indeks yang masih berada pada kisaran 100 tersebut, iklim bisnis di
Indonesia beluum mampu menstimulus berkembangnya ekonomi kreatif dan UMKM.
Terbukti dengan tidak teerpenuhi nya indikator-indikator yang dapat menunjang
berdiri nya bisnis yang mendunia. Tidak hanya pemerintah, masyarakat juga harus
bisa berfikir bahkan berkeinginan membuka usah atau memulai bisnis dengan
membuka umkm-umkm yang setidak nya dapat membantu dalam segi apa pun, karena
dengan ada nya umkm-umkm di Indonesia juga dapat menarik minat para investor
untuk menanamkan modal nya di Indonesia, ini juga dapat memabntu meningkatkan
pendapatan nasional juga dapay membantu mengurangi pengangguran di Indonesia
karena dengan ada nya umkm maka akan sedikit banyak akan membutuhkan tenaga
kerja. Jika indikator-indikator yang mendukung pendirian bisnis saja tidak
terpenuhi, maka sebenarnya Indonesia belum siap untuk menjaring investor untuk
berpartisipasi dalam ekonomi nya. Maka tidak menutup kemungkinan kita hanya
akan menjadi penonton setia di negara sendiri, melihat semakin ketat nya
persaingan perdagangan untuk saat inni, terutama dengan menghadapi MEA saat
ini, bukan kah ini saat nya bagi masyarakat di Indkesia untuk berlomba-lomba
menunjukkan kreatifitas mereka dalam hal berbisnis, tidak hanya kita menark
investor dari luar namun juga kita perlu menarik hati investor dalam negeri
juga agar mau menanamkan modal nya untuk umkm-umkm di Indonesia.
Hasil
survei tersebut tentunya sangat mencederai semangat bagi rakyat Indonesia yang
tengah bangkit membangun ekonomi alternatif yang berasas solidaritas melalui
umkm, karena rendahnya peringkat Indonesia dalam survei ini menunjukkan bahwa
umkm belum dapat perhatian yang serius dari pemerintah, ini menunjukkan bahwa
pemerintah kurang berpartisipasi dalam membantu embangun umkm-umkm tersebut.
Tidak menutup kemungkinandari umkm tersebut dapat menaikkan peringkat Indonesia
bahkan dapat membantu dalam peningkatan pendapatan nasional dalam pertumbuhan
ekonomi nya. Sangat di sayang kan jika pemerintah tidak menaruh perhatian lebih
terhadap umkm-umkm di Indonesia. Inkosisten pemerintah dalam membangun ekonomi
di Indonesia yang berakyatan terlihat ketika pemerintah lebih ramah terhadap
barang asing dengan penandatangan perjanidengan negara China dan Korea belum
lama ini ketimbang memnuhi tuntutan pelaku umkm yang tersandera pasokan energi
dan kesulitan bahan baku, inni sangat menunjukkan bahwa pemerintah hanya
bergantung pada produk luar negeri, bagaimana masyarakat tidak akan menyukai
produk dalam negeri jika para pemerintah hanya akan mennunjang produk-produk
luar negeri saja namun produk dalam negeri tidak di bantu dalam hal apa pun.
Dapat di contoh kan saja pengusaha tempe, yang semakin lama semakin berkurang
karena gulung tikar kekurangan bahan baku kedelai atau pengusaha sepatu
nasional yang mengalami kendala serius akibat kekurangan pasokan listrik,
sehingga sulit nya memnuhi permintaan pasar dari mancanegara, harus kah
pemerintah memperlakukan para pengusaha dalam negeri seperti itu tidakkah
pemerintah juga membantu dalam hal mensejahterakan masyarakat di Indonesia.
Jika di lihat bangsa yang hendak mengarah ke negara maju harus meningkatkan
jumlah pengusaha dan mengurangi para pengangguran nya. Sebagaiamana Jepang yang
telah menunjukkan kemajuan nya di ekonomi nya selalu di kaitkan dengan besaran nya umkm yang ada di
negara tersebut. Atau Amerika dimana pensiptaan lapangan kerjanya merupakan
andil besar dari sumbangan umkm yang
tidak bisa di abaikan , tidak kah inni sudah membuktikan bahwa ada nya umkm
juga dapat membantu mengurangi beban negara dalam hal pengangguran dan akan
membantu negara dalam hal pertumbuhan ekonomi nya. Hal tersebut yang seharusnya
menajdi evaluasi bagi para pemerintah, karena sebagai salah satu negara dengan
perekonomian terbesar di dunia, pencapaian ini sungguh menjadi ironi, yang
membuktikan bahwa negara kita ini masih belum siap secara ekonomi untuk
bersaing dalam pasar bebas dan masih sangat membutuhkan banyak perbaikan di
segala sektor.bagaimana pemeritah menyikapi hal ini, tidak kah pemerintah
melihat hal kecil yang mungkin saja menjadi penunjang yang sangat signifikan
dalam menunjang perekonomian di Indonesia. Peringkat Indonesia dalam survei
tersebut apabila di bandingkan dengan ASEAN lain nya, hanya lebih baik negara
Kamboja saja yang menduduki peringkat 137. Bahkan tertinggal dari peringkat
Filipina yang mengalami lonjakan yang sanagat signifikan pada posisi 108.
Dalam
iklim usaha yang tak kunjung membaik tetntunya berdampak negatif terhadap
pertumbuhan ekonomi di Indonesia. Belum lama ini di kabarkan bahwa pekerja
kreatif Indonesia semakin banyak yang eksodus ke Singapura dan malaysia. Sangat
di sayang kan sekali apabila semua para pekerja kreatif harus eksodus ke negara
lain, kita tidak hanya akan kehilangan para pekerja kreatid di Indonesia namun
juga akan kehilangan para penunjang ekonomi di Indonesia. Yang menjadi faktor
utama eksous pekrja kreatif Indonesia di yakini karena pengaruh iklim usaha
yang tidak kondusif, selain itu juga di karenakan akses pasar yang sulit tentu
nya income. Hal ini menjadi pekerjaan
rumah bagi pemerintah Indonesia untuk memperbaiki iklim bisnis dan investasi di
Indonesia , agar umkm di Indonesia mampu tumbuh pesat dan bersaing dengan
kompetitor-kompotitor utama nya di negara ASEAN. Hal itu juga membantu dalam
membangun kesejahateraan di Indonesia. Umkm sebagai salah satu pilar ekonomi
yang telah terbukti mampu hidup dan berkembang di dalam badai krisis selama
lebih dari enam tahun, keberadaan nya telah dapat memberikan kontribusi
terhadap PDB sebesar hampir 60%, penyerapan tenaga keja sebesar 88,7% dari
seluruh angkatan kerja di Indonesia. Tidak kah itu angka yang sangat fantastis
bagi dunia perbisnisan. Selain umkm Indonesia juga di kenal dengan bisnis properti
nya, konsultan properti internasional Jones Lang LaSalle (JLL) menyatakan bahwa
siklus bisnis di Indonesia selaras dan di nilai berkaitan erat dengan siklus
pemilihan umum yang berlangsung setiap tahun sekali. Menurut Todd Lauchlan, apa
yang terjadi sektor properti di Indonesia pada tahun 2013 lalu memiliki
kemiripan dengan apa yang terjadi pada tahun 2008 atau setahun sebelum pemilu,
tentu saja kondisi ini adalah sektor properti cenderung pertumbuhannya melambat
pada setahun sebelum pemilu yang seperti di alami pada tahun 2013, dan akan
kembali menunjukkan peningkatan setelah pemilu berlangsung. Berbagia pihak juga
telah mengatahui bahwa Indonesia saat ini sedang menglami perlambatan, termasuk
pula di sektor properti. Perlambatan pasar termasuk di sektor properti
berpeluang untuk berjalan selama beberapa triwulan ke depan. Kondisi ekonomi
dan sosial politik menjelang pelaksanan pemilu diperkirakan membuat dinamika
bisnis properti akan sedikit mereda.
Konsumsi
masyarakat mencerminkan tingkat pendapatan masyarakat dan juga banyaknya orang
yang bekerja di bandingkan tingkat pengangguran. Tahun 2015 memang ada PHK yang
terjadi di sejumlah perusahaan dari berbagai sektor, mulai dari sektor
pertambangan, manufaktur, hingga sektor lainnya yang padat karya. Namun tahun
2015 cukkup banyak pengembangan infrastruktur sudah mulai. Ini memberikan
kesempatan bekerja bagi banyak orang. Sengan program pemangunan infratsruktur
yang menjadi salah satu prioritas pemerintah, tentu di tahun 2016 nanti
kesempatan kerja juga akan meningkat. Jika saat ini tingkat pengangguran
mencapai lebih dari 7 juta orang, di harapkan tingkat pengangguran itu akan
menurun. dengan kata lain daya beli mesyarakat akan meningkat. Belum lgii
program bantuan sosial seperti kartu keluarga sejahtera yang memberikan uang
tunai kepada masyarakat tidak mampu agar mereka bisa terbantu untuk memenuhi
kebutuhan pokok. Demikian juga dengan program kredit usaha rakyat (KUR) untuk
keluarga pekerja yang penyaluran nya di harapkan bisa mencapaii Rp.30 triliun
tahun 2016. Pada gilirannya, kredit usaha rakyat (KUR) akan memberikan multiplier effect positif terhadap
pembangunan dan tentunya meningkatkan daya beli masyarakat untuk berkonsumsi.
Di tambahkan pula dengan berbagia kebijakan ekonomi yang telah di guirkan
pemerintah, khusunya sejak kuartal ketiga dan keempat pada 2015 lalu. Investasi
tentu bisa d bedakan menjadi investasi di sektor ril dan investasi di
portofolio. Terkait dengan investasi sektor riil, dapat kita lihat bahwa
pmerintah telah mengeluarkan begitu banyak paket relaksasi triwulan ketiga dan
keempat tahun 2015. Memberikan kemudahan perizinan, meghilangkan berbagai
hambatan, dan bahkan memberikan tax
holiday dan tax amnesty.
Bagaimana dengan propek saham, obligasi, reksa dana, dan juga pasar uang. kita
mulai dengan pasar uang. besar perkiraan bahwa tingkat buunga bank tahun 2016
akan lebih rendah di bandingkan tahun 2015. Itu artinya BI rate menjadi lebih
rendah, kemudian di ikuti oleh bunga deposito dan tentunya juga bunga pinjaman.
Dampaknya, immbal hasil dari penempatan dana deosito menjadi lebih rendah.
Namun, di sisi lain biaya operasional dunia usaha yangg bersumber dari unga
bank akan menjadi lebih rendah. Ini seharusnya mendorong kinerja emiten-emiten
di bursa saham menjadi lebih baik. Semua faktor tersebut akan mendorong
investasi di pasar modal dan investasi baru d sektor riil. Tidak perlu menjaddi
genius untuk bisa mengambil keputusan investasi bawa investasi portofolio
di tahun 2016 ini akan mnejadi lebih
prospektif.
Untuk
memperbaiki iklim usaha semakin kondusif, tentu nya pemerintah harus bekerja
keras memperbaiki beberapa aspek terkait. Seperti penyediaan listrik,
perindungan terhadap investor dan sistem ketenagakerjaan, ketiga aspek tersebut
butuh perbaikan segera agar dapat mendongkrak usaha di Indonesia. Selain itu
juga pemerintah juga harus membanggun startegi untuk meningkatkan jumlah umkm
di Indonesia. Pemerintah bisa meniru upaya yang di lakukan pemrintah Thailand
dalam hal mengembangkan umkm di negara tersebut. Thailand menerapkan kebijakan
satu produk perkecamatan, sehngga masing-masing wilayah mempunyai produk
unggulan yang berbeda, tidak menjutup kemungkinan di Indonesia juga dapat beitu karena di setiap
daerah memilik ciri kgas masing-masing ini juga menjadi nilai tambah bagi
Indonesia untuk lebih mengembangkan kekayaan alam nya. Dan tentu nya strategi
tersebut harus di imbangi dengan proteksi terhadap keberadaan umkm, seperti
straegi negara-negara ASEAN lainnya yang melindungi umkm nya dari serbuan
produk yang sama dari negaa lain, salah satu nya dengan membuat hambatan masuk.
Oemerintah dapat mengurangi barang-barang dari luar negeri untuk masuk ke dalam
negeri ini juga membantu agar masyarakat lebih megkonsumsi produk-produk dalam
negeri saja. Itu sangat membantu dalam melestarikan atau membudayakan pemakaian
produk dalam negeri dan mencintai hasil produk dalam negeri saja, apabila
pemerintah membiarkan produk dalam luar negeri masuk maka tidak mennutup
kemungkinan akan mengurangi minat bagi para konsumen untuk menikmati hasil
produk dalam negeri nya.
0 komentar:
Posting Komentar