Blogroll

Minggu, 26 Juni 2016

Melihat Sisi Lain Inflasi



 Melihat Sisi Lain Inflasi
Sudah bukan rahasia umum lagi bahwa inflasi merupakan suatu hal yang harus menjadi fokus perhatian utama dalam segala aktivitas ekonomi yang ada di setiap Negara-negara di dunia. Tidak memandang entah itu negara maju, negara sedang berkembang, maupun negara-negara terbelakang. Inflasi seperti yang kita kenal adalah naiknya harga-harga barang secara kontinyu atau terus menerus. Setiap negara tentunya mempunyai peran dan strategi dalam menangani hal-hal yang berkaitan dengan masalah inflasi. Begitu pula dengan Indonesia, sebagai negara emerging market, Indonesia memiliki Bank Indonesia selaku otoritas moneter yang mempunyai tujuan untuk menciptakan dan memelihara kestabilan nilai rupiah, salah satunya adalah kestabilan nilai rupiah terhadap barang atau jasa yang di proksi atau dikenal dengan inflasi. Dalam menjaga agar inflasi tetap stabil, Bank Indonesia membuat kerangka kerja kebijakan yang dikenal dengan istilah inflation targeting framework yang disingkat ITF, dimana periode penetapan kerangka kerja ITF ini dibuat pada bulan Juli 2005. ITF ini merupakan kerangka kerja untuk mencapai tingkat inflasi sesuai yang ditargetkan
            Inflasi dapat diartikan sebagai dua sisi mata pisau, karena di satu sisi inflasi dapat menjadi masalah jika tidak dijaga, di sisi lain inflasi dapat dijadikan prasyarat dalam mendorong pertumbuhan ekonomi suatu negara. Inflasi dapat menjadi sebuah masalah ketika inflasi mempunyai presentase angka yang tinggi, dengan tingkat inflasi yang tinggi, maka mencerminkan rendahnya atau menurunkan daya beli masyarakat. Sedangkan inflasi dibutuhkan sebagai suatu indikator pertumbuhan ekonomi adalah ketika dalam suatu negara mempunyai tingkat inflasi yang stabil, karena pada dasarnya inflasi dapat mejadi sebuah indikator atau cerminan bahwa suatu negara sedang mengalami pertumbuhan ekonomi. Hal ini juga berarti bahwa inflasi yang disebabkan oleh meningkatnya permintaan atau daya beli bisa dikatakan sebagai indikator membaiknya ekonomi. Tetapi dengan catatan inflasi yang terjadi adalah stabil, tidak terlaalu tinggi, dan juga tidak terlalu rendah.
            Banyak faktor yang mempengaruhi naik turunnya inflasi, seperti inflasi yang disebabkan karena meningkatnya permintaan dimana penawaran tidak bisa mengimbanginya (Permintaan lebih banyak dari penawaran barang) merupakan penyebab inflasi yang dinamakan demand pull inflation. Lalu penyebab inflasi yang kedua adalah meningkatnya harga bahan baku atau meningkatnya pendapatan merupakan inflasi yang dinamakan sebagai cost push inflation. Dari kedua sumber penyebab inflasi ini, kita dapat membandingkan mana inflasi yang bagus untuk sebuah negara agar jalannya aktivitas perekonomian tidak teganggu dengan adanya inflasi, karena Inflasi merupakan konsekuensi yang terjadi akibat adanya suatu aktivitas ekonomi yang terjadi pada suatu negara. Demand pull inflation bisa dikatakan menjadi penyebab inflasi yang lebih baik daripada cost push inflation. Dengan meningkatnya permintaan masyarakat¸ maka dapat membuat produsen untuk dapat berpikir bagaimana untuk menambah kapasitas produksi barang dan jasa untuk memenuhi naiknya permintaan masyarakat, untuk mencapai agar permintaan dan penawaran seimbang, langkah yang dilakukan produsen adalah melakukan ekspansi usahanya (menambah kapasitas produksi) dengan cara melakukan investasi baru. Dengan timbulnya ekspansi usaha atau investasi yang baru ini tentunya akan menambah faktor produksi, seperti terserapnya tenaga kerja yang dilibatkan dalam proses produksi, hal ini akan bermuara pada menurunnya tingkat pengangguran. Berbeda dengan demand pull inflation, cost push inflation yang merupakan inflasi yang disebabkan karena meningkatnya harga-harga dari bahan baku dan meningkatnya pendapatan dari pekerja bisa berbahaya yang dapat menyebabkan terganggunya aktivitas perekonomian yang ada pada suatu negara. Dengan meningkatnya harga-harga dari bahan baku, akan menyebabkan biaya produksi menjadi lebih tinggi, hal ini akan menuntut seorang produsen untuk bisa efisien dalam melakukan proses produksi. Inflasi yang disebabkan karena faktor ini dapat menimbulkan terjadinya PHK, karena dalam hal ini produsen berpikir secara rasional untuk dapat menekan biaya produksi menjadi lebih efisien.
            Pemerintah dan otoritas moneter khususnya, terus melakukan upaya dalam menciptakan dan memelihara stabilitas harga. Kebijakan yang dilakukan pun berupa kebijakan moneter dan kebijakan non-moneter. Sebagai negara kepulauan, Indonesia mempunyai masalah yang berkaitan dengan distribusi. Bagaimana sebuah komoditas mampu didistribusikan ke setiap pulau dan dapat menyentuh ke setiap pelosok negeri merupakan pekerjaan rumah (PR) yang harus diselesaikan oleh pemerintah. Karena di Indonesia, inflasi yang terjadi kebanyakan disebabkan karena masalah distribusi logistik. Terganggunya suatu distribusi ke setiap pulau akan menyebakan terjadinya disparitas harga. Untuk mengatasi hal ini, maka pemerintah dituntut untuk terus membangun infrastruktur dalam menghubungkan setiap pulau, sehingga inflasi yang disebabkan karena masalah distribusi logistik dapat segera diatasi. Dalam menjaga stabilitas harga, saat ini pemerintah dan BI telah melahirkan Tim Pengendali Inflasi (TPI) dan Tim Pengendali Inflasi Daerah (TPID). Upaya ini sebagai bentuk dalam menangani dan mengontrol stabilitas harga yang ada di setiap daerah.
            Dalam menangani inflasi yang disebabkan karena musim dan cuaca yang terjadi di Indonesia, pemerintah dituntut untuk menjaga stok agar ketika suatu komoditas terutama pada sektor pertanian terganggu dengan adanya gagal panen yang disebabkan karena faktor cuaca. Manajemen stok komoditas merupakan salah satu upaya untuk menjaga agar pasokan pangan yang terjadi akibat gagal panen, sedini mungkin dapat diatasi dengan menjaga stok pangan sebelum faktor cuaca menjadi penghambat kelangkaan komoditas di sektor pertanian. Seperti diketahui bahwa komoditas yang ada pada sektor pertanian seperti sayuran, cabe, dan komoditas lain merupakan barang yang panennya tergantung pada faktor cuaca. Inflasi pada sektor ini menjadi salah satu penyumbang inflasi yang terbilang cukup signifikan. Untuk itu baik pemerintah pusat maupun pemda, BI, dan TPID harus memperkuat koordinasi dalam rangka mengatasi inflasi yang timbul akibat masalah pasokan dari sektor pertanian.
            Upaya-upaya yang sudah disebutkan seperti yang ada diatas merupakan upaya yang dilakukan pemerintah dan otoritas moneter melalu sektor riil untuk menjaga stabilitas harga agar inflasi tetap terjaga. Strategi pemerintah dalam menjaga inflasi dipengaruhi oleh sumber penyebab inflasi itu sendiri. Artinya pemerintah akan membuat kebijakan entah itu kebijakan moneter maupun kebijakan non moneter tergantung pada sumber penyebab inflasi. Ketika inflasi yang disebabkan karena masalah manajemen stok komoditas, maka pemerintah, BI, dan TPID akan melakukan kebijakan melalui sektor riil secara langsung. Begitu pula jika inflasi yang disebabkan karena faktor lain misalnya adalah terdepresiasinya rupiah yang disebabkan karena banyaknya capital outflow. Misalkan Capital outflow yang disebabkan karena iklim investasi yang sedang tidak bagus di perekonomian domestik, menyebabkan investor membawa uangnya dan menanamkan modalnya ke negara dengan prospek perekonomiannya yang dianggap baik. Maka terdepresiasinya rupiah ini akan menyebabkan barang impor yang terkait dengan bahan baku akan mengalami kenaikan harga. Dalam hal ini upaya yang dilakukan pemerintah untuk membuat nilai tukar rupiah tetap stabil dan tidak terdepresiasi adalah dengan menurunkan suku bunga untuk menarik para investor yang nantinya berdampak pada banyaknya capital inflow sehingga bermuara pada tingkat harga yang terjaga akibat stabilnya nilai tukar rupiah. Ini merupakan salah satu kebijakan moneter untuk mengendalikan stabilitas harga dengan instrumen suku bunga. Masih banyak instrumen kebijakan moneter lainnya yang dapat dijadikan tools untuk mengatasi inflasi sesuai dengan sumber penyebab inflasi maupun kriteria inflasi, seperti operasi pasar terbuka, moral persuasion, dan lain-lain.

0 komentar:

Posting Komentar