Melihat Sisi Lain Inflasi
Sudah bukan
rahasia umum lagi bahwa inflasi merupakan suatu hal yang harus menjadi fokus
perhatian utama dalam segala aktivitas ekonomi yang ada di setiap Negara-negara
di dunia. Tidak memandang entah itu negara maju, negara sedang berkembang,
maupun negara-negara terbelakang. Inflasi seperti yang kita kenal adalah
naiknya harga-harga barang secara kontinyu atau terus menerus. Setiap negara
tentunya mempunyai peran dan strategi dalam menangani hal-hal yang berkaitan
dengan masalah inflasi. Begitu pula dengan Indonesia, sebagai negara emerging market, Indonesia memiliki Bank
Indonesia selaku otoritas moneter yang mempunyai tujuan untuk menciptakan dan
memelihara kestabilan nilai rupiah, salah satunya adalah kestabilan nilai
rupiah terhadap barang atau jasa yang di proksi atau dikenal dengan inflasi.
Dalam menjaga agar inflasi tetap stabil, Bank Indonesia membuat kerangka kerja
kebijakan yang dikenal dengan istilah inflation
targeting framework yang disingkat ITF, dimana periode penetapan kerangka
kerja ITF ini dibuat pada bulan Juli 2005. ITF ini merupakan kerangka kerja
untuk mencapai tingkat inflasi sesuai yang ditargetkan
Inflasi dapat diartikan sebagai dua
sisi mata pisau, karena di satu sisi inflasi dapat menjadi masalah jika tidak
dijaga, di sisi lain inflasi dapat dijadikan prasyarat dalam mendorong
pertumbuhan ekonomi suatu negara. Inflasi dapat menjadi sebuah masalah ketika
inflasi mempunyai presentase angka yang tinggi, dengan tingkat inflasi yang
tinggi, maka mencerminkan rendahnya atau menurunkan daya beli masyarakat.
Sedangkan inflasi dibutuhkan sebagai suatu indikator pertumbuhan ekonomi adalah
ketika dalam suatu negara mempunyai tingkat inflasi yang stabil, karena pada
dasarnya inflasi dapat mejadi sebuah indikator atau cerminan bahwa suatu negara
sedang mengalami pertumbuhan ekonomi. Hal ini juga berarti bahwa inflasi yang
disebabkan oleh meningkatnya permintaan atau daya beli bisa dikatakan sebagai
indikator membaiknya ekonomi. Tetapi dengan catatan inflasi yang terjadi adalah
stabil, tidak terlaalu tinggi, dan juga tidak terlalu rendah.
Banyak faktor yang mempengaruhi naik
turunnya inflasi, seperti inflasi yang disebabkan karena meningkatnya
permintaan dimana penawaran tidak bisa mengimbanginya (Permintaan lebih banyak
dari penawaran barang) merupakan penyebab inflasi yang dinamakan demand pull inflation. Lalu penyebab
inflasi yang kedua adalah meningkatnya harga bahan baku atau meningkatnya
pendapatan merupakan inflasi yang dinamakan sebagai cost push inflation. Dari kedua sumber penyebab inflasi ini, kita
dapat membandingkan mana inflasi yang bagus untuk sebuah negara agar jalannya
aktivitas perekonomian tidak teganggu dengan adanya inflasi, karena Inflasi
merupakan konsekuensi yang terjadi akibat adanya suatu aktivitas ekonomi yang
terjadi pada suatu negara. Demand pull
inflation bisa dikatakan menjadi penyebab inflasi yang lebih baik daripada cost push inflation. Dengan meningkatnya
permintaan masyarakat¸ maka dapat membuat produsen untuk dapat berpikir
bagaimana untuk menambah kapasitas produksi barang dan jasa untuk memenuhi
naiknya permintaan masyarakat, untuk mencapai agar permintaan dan penawaran
seimbang, langkah yang dilakukan produsen adalah melakukan ekspansi usahanya
(menambah kapasitas produksi) dengan cara melakukan investasi baru. Dengan
timbulnya ekspansi usaha atau investasi yang baru ini tentunya akan menambah
faktor produksi, seperti terserapnya tenaga kerja yang dilibatkan dalam proses
produksi, hal ini akan bermuara pada menurunnya tingkat pengangguran. Berbeda
dengan demand pull inflation, cost push
inflation yang merupakan inflasi yang disebabkan karena meningkatnya
harga-harga dari bahan baku dan meningkatnya pendapatan dari pekerja bisa
berbahaya yang dapat menyebabkan terganggunya aktivitas perekonomian yang ada
pada suatu negara. Dengan meningkatnya harga-harga dari bahan baku, akan menyebabkan
biaya produksi menjadi lebih tinggi, hal ini akan menuntut seorang produsen
untuk bisa efisien dalam melakukan proses produksi. Inflasi yang disebabkan
karena faktor ini dapat menimbulkan terjadinya PHK, karena dalam hal ini
produsen berpikir secara rasional untuk dapat menekan biaya produksi menjadi
lebih efisien.
Pemerintah dan otoritas moneter
khususnya, terus melakukan upaya dalam menciptakan dan memelihara stabilitas
harga. Kebijakan yang dilakukan pun berupa kebijakan moneter dan kebijakan
non-moneter. Sebagai negara kepulauan, Indonesia mempunyai masalah yang
berkaitan dengan distribusi. Bagaimana sebuah komoditas mampu didistribusikan
ke setiap pulau dan dapat menyentuh ke setiap pelosok negeri merupakan
pekerjaan rumah (PR) yang harus diselesaikan oleh pemerintah. Karena di
Indonesia, inflasi yang terjadi kebanyakan disebabkan karena masalah distribusi
logistik. Terganggunya suatu distribusi ke setiap pulau akan menyebakan
terjadinya disparitas harga. Untuk mengatasi hal ini, maka pemerintah dituntut
untuk terus membangun infrastruktur dalam menghubungkan setiap pulau, sehingga
inflasi yang disebabkan karena masalah distribusi logistik dapat segera
diatasi. Dalam menjaga stabilitas harga, saat ini pemerintah dan BI telah
melahirkan Tim Pengendali Inflasi (TPI) dan Tim Pengendali Inflasi Daerah
(TPID). Upaya ini sebagai bentuk dalam menangani dan mengontrol stabilitas
harga yang ada di setiap daerah.
Dalam menangani inflasi yang
disebabkan karena musim dan cuaca yang terjadi di Indonesia, pemerintah
dituntut untuk menjaga stok agar ketika suatu komoditas terutama pada sektor
pertanian terganggu dengan adanya gagal panen yang disebabkan karena faktor
cuaca. Manajemen stok komoditas merupakan salah satu upaya untuk menjaga agar
pasokan pangan yang terjadi akibat gagal panen, sedini mungkin dapat diatasi
dengan menjaga stok pangan sebelum faktor cuaca menjadi penghambat kelangkaan
komoditas di sektor pertanian. Seperti diketahui bahwa komoditas yang ada pada sektor
pertanian seperti sayuran, cabe, dan komoditas lain merupakan barang yang
panennya tergantung pada faktor cuaca. Inflasi pada sektor ini menjadi salah
satu penyumbang inflasi yang terbilang cukup signifikan. Untuk itu baik
pemerintah pusat maupun pemda, BI, dan TPID harus memperkuat koordinasi dalam
rangka mengatasi inflasi yang timbul akibat masalah pasokan dari sektor
pertanian.
Upaya-upaya yang sudah
disebutkan seperti yang ada diatas merupakan upaya yang dilakukan pemerintah
dan otoritas moneter melalu sektor riil untuk menjaga stabilitas harga agar
inflasi tetap terjaga. Strategi pemerintah dalam menjaga inflasi dipengaruhi
oleh sumber penyebab inflasi itu sendiri. Artinya pemerintah akan membuat
kebijakan entah itu kebijakan moneter maupun kebijakan non moneter tergantung
pada sumber penyebab inflasi. Ketika inflasi yang disebabkan karena masalah
manajemen stok komoditas, maka pemerintah, BI, dan TPID akan melakukan
kebijakan melalui sektor riil secara langsung. Begitu pula jika inflasi yang
disebabkan karena faktor lain misalnya adalah terdepresiasinya rupiah yang
disebabkan karena banyaknya capital
outflow. Misalkan Capital outflow yang
disebabkan karena iklim investasi yang sedang tidak bagus di perekonomian
domestik, menyebabkan investor membawa uangnya dan menanamkan modalnya ke
negara dengan prospek perekonomiannya yang dianggap baik. Maka terdepresiasinya rupiah ini akan menyebabkan barang impor
yang terkait dengan bahan baku akan mengalami kenaikan harga. Dalam hal ini upaya yang dilakukan
pemerintah untuk membuat nilai tukar rupiah tetap stabil dan
tidak terdepresiasi adalah dengan menurunkan suku bunga untuk menarik para
investor yang nantinya berdampak pada banyaknya capital inflow sehingga bermuara pada tingkat harga yang terjaga
akibat stabilnya nilai tukar rupiah. Ini merupakan salah satu kebijakan moneter
untuk mengendalikan stabilitas harga dengan instrumen suku bunga. Masih banyak
instrumen kebijakan moneter lainnya yang dapat dijadikan tools untuk mengatasi inflasi sesuai dengan sumber penyebab inflasi
maupun kriteria inflasi, seperti operasi pasar terbuka, moral persuasion,
dan
lain-lain.
0 komentar:
Posting Komentar