Momentum Pertumbuhan Ekonomi Terus Didorong
Seperti yang telah
diketahui, sejak bulan Juli tahun 2005, bank sentral atau Bank Indonesia selaku
otoritas moneter mulai menerapkan kerangka kebijakan Inflation targetting framework ((ITF). Kebijakan ini dibuat dengan
tujuan untuk menjaga agar inflasi selalu bisa lebih terkendali. Sebagai
otoritas moneter, BI mempunyai tugas utama yang berkaitan dengan penciptaan dan
pemeliharaan nilai uang, baik nilai uang terhadap barang dan jasa yang diproksi
melalui inflasi, maupun nilai uang terhadap mata uang lain atau yang biasa kita
sebut dengan istilah kurs. Sumber penyebab inflasi bisa berasal dari factor
internal dan factor eksternal. Inflasi yang disebabkan karena factor internal
adalah rusaknya struktur harga dalam suattu perekonomian yang berasal dari
perekonomian domestic.
Sebagai
negara kepulauan, Indonesia mempunyai masalah yang berkaitan dengan distribusi.
Bagaimana sebuah komoditas mampu didistribusikan ke setiap pulau dan dapat
menyentuh ke setiap pelosok negeri merupakan pekerjaan rumah (PR) yang harus diselesaikan
oleh pemerintah. Karena di Indonesia, inflasi yang terjadi kebanyakan
disebabkan karena masalah distribusi logistik. Terganggunya suatu distribusi ke
setiap pulau akan menyebakan terjadinya disparitas harga. Dalam menangani
inflasi yang disebabkan karena musim dan cuaca yang terjadi di Indonesia,
pemerintah dituntut untuk menjaga stok agar ketika suatu komoditas terutama
pada sektor pertanian terganggu dengan adanya gagal panen yang disebabkan
karena faktor cuaca. Manajemen stok komoditas merupakan salah satu upaya untuk
menjaga agar pasokan pangan yang terjadi akibat gagal panen sedini mungkin
dapat diatasi dengan menjaga stok pangan sebelum faktor cuaca menjadi
penghambat kelangkaan komoditas di sektor pertanian.
Volatile food merupakan salah satu penyumbang inflasi yang paling
besar, untuk
itu baik pemerintah pusat maupun pemda, BI, dan TPID harus memperkuat
koordinasi dalam rangka mengatasi inflasi yang timbul akibat masalah pasokan
dari sektor pertanian. Dalam menangani
inflasi yang disebabkan dari sektor volatile
food akibat musim dan cuaca yang terjadi di Indonesia, pemerintah dituntut
untuk menjaga stok agar ketika suatu komoditas terutama pada sektor pertanian
terganggu dengan adanya gagal panen yang disebabkan karena faktor cuaca.
Manajemen stok komoditas merupakan salah satu upaya untuk menjaga agar pasokan
pangan yang terjadi akibat gagal panen, sedini mungkin dapat diatasi dengan
menjaga stok pangan sebelum faktor cuaca menjadi penghambat kelangkaan
komoditas di sektor pertanian. Seperti diketahui bahwa komoditas yang ada pada sektor
pertanian seperti sayuran, cabe, dan komoditas lain merupakan barang yang
panennya tergantung pada faktor cuaca.
Berdasarkan
berita harian yang diperoleh dari situs resmi infobanknews.com, inflasi bulan April
dan Mei lalu berada di level 3,60 dan 3,33%. Kestabilan makroekonomi dan
inflasi yang rendah membuat Bank Indonesia menurunkan BI rate sebesar 0,25 bps
menjadi 6,5% yang mulai berlaku 17 Juni 2016 kemarin, penurunan ini merupakan
penurunan ke-4 BI rate secara berangsur-angsur sejak awal tahun 2016, keputusan
RDG merupakan langkah yang tepat, pasalnya kondisi inflasi yang terjadi pada
bulan Mei lalu menunjukkan penurunan dari inflasi di Bulan April. Tak hanya
itu, BI-7 day reverse repo rate pun ikut diturunkan dari semula sebesar 5,5%
turun menjadi 5,25%. Hal lain diharapkan nantinya akan semakin mempercepat
aktivitas transaksi di pasar uang antar bank sehingga nantinya akan mendongkrak
sektor riil dan perekonomian domestik. Perubahan yang akan mulai diberlakukan
pada tanggal 19 Agustus 2016 mendatang ini diharapkan nantinya akan dapat
membuat mekanisme transmisi kebijakan moneter akan lebih efektif. Dengan terus dilonggarkannya kebijakan moneter, menjadi harapan untuk mampu mencapai momentum pertumbuhan ekonomi nasional.
0 komentar:
Posting Komentar