Blogroll

Jumat, 17 Juni 2016

Menguak Kisah diBalik Lemahnya Indepedensi Bank Sentral



Menguak Kisah diBalik Lemahnya Indepedensi Bank Sentral
Oleh
Moch Fitroh Kardiansyah
Univ Jember, Fak Ekonomi

Keberhasilan sebuah negara dalam membangun perekonomian pasti tidak terlepas dari sistem yang kuat. Singkronisasi antara kebijakan moneter maupun fiskal tak dapat dipisahkan dalam kehidupan perekonomian. Jika dalam pelaksanaannya terdapat salah satu yang pincang ataupun tidak sejalan dengan program kerja yang digalang maka bukan tidak mungkin hambatan-hambatan keberasilan ekonomi akan ditemui. Pentingnya harmonisasi antara keduanya dalam menjalankan arah perekonomian manjadi sebuah keharusan yang mau tidak mau harus dilakoni keduanya agar target yang diinginkan dalam perekonomian negeri ini dapat tercapai.
Sistem pemerintahan indonesia yang menganut demokrasi merupakan sebuah harapan sekaligus tantangan yang harus dijalani. Mengapa demikian, adanya kebebasan dalam menentukan pemimpin bangsa ini membuat siapa saja yang mencalonkan diri sebagai wakil rakyat berhak berkuasa dikursi pemerintahan. Mungkin hal ini menjadi suatu hal yang positif mengingat setiap individu berhak menjadi seorang pemimpin atau wakil rakyat. Namun dibalik itu semua adanya kebebasan dalam menentukan pemimpin yang baru akan berakibat pada perubahan sistem kebijakan yang ada. Program yang diusung semula kemudian sirna berganti program kerja yang baru akibat pergantian pemimpin dan wakil rakyat yang baru. Jika tidak disikapi dengan matang maka kebijakan yang dinilai hampir berhasil dilaksanakan sebelumnya dengan pergantian pemangku kebijakan yang baru maka semua itu akan berubah.
Hal inilah yang menjadi sebuah tantangan bagi indonesia untuk menatap kehidupan hari esok yang lebih baik. Salah satu indikator kegagalan pemerintah dalam menghidupkan ekonomi rakyat ialah dengan sistem kebijakan yang sesuai dengan kebutuhan rakyat saat ini. Yang menjadi pertanyaan adalah apakah semua orang yang mencalonkan diri sebagai wakil rakyat benar-benar ingin mengabdikan dirinya terhadap bangsa dan negara? Ataukah hanya sebatas mencari tantah dikursi pemerintahan yang sedang kosong. Hal ini patut digaris bawahi mengingat kebanyakan para pemamgku kebijakan terkadang belum mampu mengemban tugas dengan baik dikarenakan bukanlah bidangnya. Melihat kondisi yang ada sungguh miris setiap orang berebut mencari kedudukan namun secara profesionalitas kebanyakan dari mereka belumlah mampu mengemban tugasnya sebagai wakil rakyat.
Lantas bagaimana dengan bank sentral sendiri dalam menjalankan otoritas moneter dengan konsep yang matang sedangkan kondisi pemerintahan tidaklah medukung. Tentu akan sangat sulit untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi apabila dalam kinerjanya tidak berjalan secara maksimal akibat lemahnya intetektualitas para pemangku kebijakan. Padahal dalam menjalankan roda perekonomian semua kebijakan yang dikeluarkan oleh bank sentral harus melalui persetujuan dari Dewan Perwakilan Rakyat. Sistem politik inilah yang menyebabkan kebijakan yang telah matang diusung menjadi batu sandungan yang dapat menghambat terjadinya pertumbuan perekononomian negeri ini.
Jika meninjau dengan konsep yang diterapkan oleh negara maju seperti halnya Amerika, Inggris dan Canada tentu kebijakan bank sentral mempunyai indepedensi yang kuat untuk menjalankan kebijakan moneter yang mereka ciptakan. Apalagi kalau melihat kinerja yang dilakukan oleh Amerika Serikat yang dengan merdeka menunujukkan bahwa kinerja The Fed tidaklah serta merta menjadi tanggung jawab pemerintah seluruhnya dengan leluasa mereka menjalankan otoritas moneter dengan kebijakan yang dikeluarkannya sendiri.
Padahal sistem pemerintahan Amerika Serikat menganut Demokrasi. Tidak ada bedanya bukan dengan sistem pemerintahan yang dianut Indonesia. Namun dalam kinerjanya jauh dari harapan seolah-olah otoritas moneter tidak mampu menjalankan peranannya dengan baik akibat terganjal sistem politik yang ada. Lantas apabila timbul pertanyaan, Siapakah yang seharusnya menentukan target kebijakan ekonomi  untuk negera, pemerintahan yang dipilih oleh public secara demokratis atau bank sentral yang menjadi direktur (atau gubernur) yang tidak dipilih dan tidak membuat tanggung jawab secara langsung kepada publik?.
Jika dikaitkan dengan kebijakannnya maka yang berhak menentukan target kebijakan ekonomi untuk ialah Bank Sentral. Mengapa demikian, kita bisa melihat profil latar belakang para pemimpin bangsa ini tidak semua dari mereka berasal dari ilmuan ekonom yang mempunyai kapabilitas dalam menargetkan ekonomi kedepannya. Beberapa orang mungkin berasal dari ranah ilmu sosial, hukum, agama, maupun politik sebagai latar belakang pendidikannya. Lantas, apakah mampu mengantisipasi masalah gejolak ekonomi yang sewaktu-waktu dapat terjadi. Inilah yang menyebabkan demokarasi langsung menjadi sebuah tantangan tersendiri bagi kualitas perekononomian indonesia dalam kedepannya.
Oleh karenanya, dalam pelaksanaannya Otoritas moneter yang dijalankan oleh Bank Sentral haruslah berjalan secara independen dalam menjalankan kebijakannya. Bukan berarti pemerintah tidak berperan didalamnya namun pemberian porsi yang lebih akan sangat dibutuhkan untuk menciptakan inovasi pembaharuan kebijakan ekonomi yang mengarah kepada kesejahteraan masyarakat. Kebijakan moneter dan fiskal harus tetap berjalan searah mencapai tujuan pertumbuhan ekonomi yang diinginkan agar julukan Macan Asia yang telah lama disematkan bagi bangsa ini dapat direalisasikan kembali sepeti pada masa orde baru.

0 komentar:

Posting Komentar