Inflasi merupakan salah
satu indicator makro ekonomi yang cukup penting, karena tingkat inflasi akan
menunjukkan suatu tingkatan kestabilan harga umum yang berlaku dalam
perekonomian. Melalui kerangka kebijakan moneter ITF yang dijalankan oleh Bank
Indonesia sejak tahun 2005, menunjukkan jika kondis inflasi di tanah air
menunjukkan suatu tren yang lebih terkontrol dan terkendali. Dari artikel
diatas menunjukkan bahwa Bank Sentral cukup optimis dalam mencapai target
inflasi yang diharapkan pada kisaran tingkat empat plus minus satu persen.
Menurut saya ekspektasi Bank Indonesia tersebut cukup rasional menngingat
realisasi inflasi di tahun 2015 juga menunjukkan tingkatan pada kisaran empat
plus minus satu persen atau sesuai dengan target dan ekspektasi Bank Sentral.
Apalagi dengan melihat
kondisi makro ekonomi antara tahun 2015 dan tahun 2016 tidak banyak mengalami
perubahan baik dari struktur maupun kondisi ekonomi yang sedang terjadi.
Apalagi hal ini juga didukung dengan
terjadinya penurunan harga BBM beberapa kali sejak Bulan Januari hingga
pertengahan Bulan April. Tentu ini akan berdampaak terhadap harga komoditas
yang bisa dikontrol sehingga inflasi juga dapat dikendalikan. Permasalah
inflasi yang patut diwaspadai adalah saat menjelang hari-hari besar dimana
karena permintaan yang tinggi yang tidak diiambangi dengan stok yang memadai
mengakibatkn harga komoditas akan mengalami kenaikan.
Dari artikel diatas juga
nampak bahwa ternyata Bank Indonesia sudah memperkirakan ekpektasi terhadap
kenaikan inflasi menjelang perayaan hari-hari besar seperti lebaran dan natal.
Dimana diperkirakan ekspektasi itu tidak akan meleset jauh dari tingkat inflasi
yang sudah diperkirakan. Oleh karenanya agar perekonomian dapat terkendali dan
terarah pemerintah dan otoritas moneter perlu merumuskan suatu kebijakan yang mampu meredam gejala inflasi tersebut.
Pemerintah sebagai otoritas fiskal dan Bank Indonesia sebagai otoritas moneter
adalah lembaga yang sangat diperlukan dalam menentukan arah kebijakan ekonomi
yang terkendali dan tepat sasaran. Kebijakan yang dihasilkan dari kolaborasi
yang harmonis dari kedua lembaga tersebut tentu akan memberikan banyak manfaat
dalam mengatasi gejolak perekonomian yang terjadi saat ini.
Seperti telah kita ketahui
bahwa antara sektor fiskal dan sektor moneter terdapat keterkaitan yang sangat
erat dimana sektor moneter akan membentuk tingkat keseimbangan di pasar uang
sedangkan sektor riil atau fiskal akan membentuk keseimbangan di pasar barang
dimana perpotongan keduanya akan menghasilkan suatu tingkatan keseimbangan
umum. Tingkat keseimbangan umum ini diharapkan akan berdampak terhadap
peningkatan output, pendapatan, dan kesempatan kerja di dalam masyarakat. Jika
memang ini dapat dicapai bukan tidak mungkin pertumbuhan akan mampu tumbuh
secara memuaskan baik secara kuantitatif ataupun kualitatif.
Selain kebijakan secara
makro perlu juga adanya suatu kebijakan yang bersifat mikro. Dimana kebijakan
makro ini bersifat mengkover kebijakan yang bersifat mikro, dimana juga yang
perlu dicatat adalah bahwa kebijakan yang bersifat makro tidak akan berjalan
sukses, efektif dan terarah serta tepat sasaran jika tanpa adanya suatu
subordinasi dengan kebijakan yang bersifat mikro. Kebijakan mikro dapat
dilakukan jika terdapat suatu kecenderungan anomali dari perekonomian. Dimana
anomali ini mengarah kearah dampak negatif atau lebih condong kedampak buruknya
dibandingkan dampak positifnya.
Inflasi yang terjadi pada bulan April
sampai minggu ketiga yang mencapai tingkat 0,33 persen menunjukkan suatu angak
yang cukup rendah. Bukan tidak mungkin jika ekspektasi ataupun proyeksi inflasi
yang dijalankan oleh Bank Indonesia tepat sasaran maka inflasi bulan depan juga
tidak terlalu jauh dari kisaran angka tersebut. Dengan begitu target tingkat
inflasi yang diharapkan dapat tercapai.
Pernyataan terkait dengan
factor penekan deflasi yang terjadi pada bulan April yang diakibatkan oleh
penurunan harga BBM cukup rasional mengingant harga BBM berpengaruh besar
tehadap kondisi inflasi yang terjadi. Jadi ekspektasi inflasi secara akumulatif
dari inflasi tahunan yang diperkirakan berada pada kisaran empat plus minus
satu persen sangat terbantu dari adanya penurunan harga BBM ini.
0 komentar:
Posting Komentar