Blogroll

Minggu, 26 Juni 2016



Inflasi merupakan salah satu indicator makro ekonomi yang cukup penting, karena tingkat inflasi akan menunjukkan suatu tingkatan kestabilan harga umum yang berlaku dalam perekonomian. Melalui kerangka kebijakan moneter ITF yang dijalankan oleh Bank Indonesia sejak tahun 2005, menunjukkan jika kondis inflasi di tanah air menunjukkan suatu tren yang lebih terkontrol dan terkendali. Dari artikel diatas menunjukkan bahwa Bank Sentral cukup optimis dalam mencapai target inflasi yang diharapkan pada kisaran tingkat empat plus minus satu persen. Menurut saya ekspektasi Bank Indonesia tersebut cukup rasional menngingat realisasi inflasi di tahun 2015 juga menunjukkan tingkatan pada kisaran empat plus minus satu persen atau sesuai dengan target dan ekspektasi Bank Sentral.
Apalagi dengan melihat kondisi makro ekonomi antara tahun 2015 dan tahun 2016 tidak banyak mengalami perubahan baik dari struktur maupun kondisi ekonomi yang sedang terjadi.
Apalagi hal ini juga didukung dengan terjadinya penurunan harga BBM beberapa kali sejak Bulan Januari hingga pertengahan Bulan April. Tentu ini akan berdampaak terhadap harga komoditas yang bisa dikontrol sehingga inflasi juga dapat dikendalikan. Permasalah inflasi yang patut diwaspadai adalah saat menjelang hari-hari besar dimana karena permintaan yang tinggi yang tidak diiambangi dengan stok yang memadai mengakibatkn harga komoditas akan mengalami kenaikan.
Dari artikel diatas juga nampak bahwa ternyata Bank Indonesia sudah memperkirakan ekpektasi terhadap kenaikan inflasi menjelang perayaan hari-hari besar seperti lebaran dan natal. Dimana diperkirakan ekspektasi itu tidak akan meleset jauh dari tingkat inflasi yang sudah diperkirakan. Oleh karenanya agar perekonomian dapat terkendali dan terarah pemerintah dan otoritas moneter perlu merumuskan suatu kebijakan  yang mampu meredam gejala inflasi tersebut. Pemerintah sebagai otoritas fiskal dan Bank Indonesia sebagai otoritas moneter adalah lembaga yang sangat diperlukan dalam menentukan arah kebijakan ekonomi yang terkendali dan tepat sasaran. Kebijakan yang dihasilkan dari kolaborasi yang harmonis dari kedua lembaga tersebut tentu akan memberikan banyak manfaat dalam mengatasi gejolak perekonomian yang terjadi saat ini.
Seperti telah kita ketahui bahwa antara sektor fiskal dan sektor moneter terdapat keterkaitan yang sangat erat dimana sektor moneter akan membentuk tingkat keseimbangan di pasar uang sedangkan sektor riil atau fiskal akan membentuk keseimbangan di pasar barang dimana perpotongan keduanya akan menghasilkan suatu tingkatan keseimbangan umum. Tingkat keseimbangan umum ini diharapkan akan berdampak terhadap peningkatan output, pendapatan, dan kesempatan kerja di dalam masyarakat. Jika memang ini dapat dicapai bukan tidak mungkin pertumbuhan akan mampu tumbuh secara memuaskan baik secara kuantitatif ataupun kualitatif.
Selain kebijakan secara makro perlu juga adanya suatu kebijakan yang bersifat mikro. Dimana kebijakan makro ini bersifat mengkover kebijakan yang bersifat mikro, dimana juga yang perlu dicatat adalah bahwa kebijakan yang bersifat makro tidak akan berjalan sukses, efektif dan terarah serta tepat sasaran jika tanpa adanya suatu subordinasi dengan kebijakan yang bersifat mikro. Kebijakan mikro dapat dilakukan jika terdapat suatu kecenderungan anomali dari perekonomian. Dimana anomali ini mengarah kearah dampak negatif atau lebih condong kedampak buruknya dibandingkan dampak positifnya.
Inflasi yang terjadi pada bulan April sampai minggu ketiga yang mencapai tingkat 0,33 persen menunjukkan suatu angak yang cukup rendah. Bukan tidak mungkin jika ekspektasi ataupun proyeksi inflasi yang dijalankan oleh Bank Indonesia tepat sasaran maka inflasi bulan depan juga tidak terlalu jauh dari kisaran angka tersebut. Dengan begitu target tingkat inflasi yang diharapkan dapat tercapai.
Pernyataan terkait dengan factor penekan deflasi yang terjadi pada bulan April yang diakibatkan oleh penurunan harga BBM cukup rasional mengingant harga BBM berpengaruh besar tehadap kondisi inflasi yang terjadi. Jadi ekspektasi inflasi secara akumulatif dari inflasi tahunan yang diperkirakan berada pada kisaran empat plus minus satu persen sangat terbantu dari adanya penurunan harga BBM ini.





0 komentar:

Posting Komentar