Portofolio
merosot, apa yang harus dilakukan?
Turunnya nilai investasi asing
dipasar uang lebh disebabkan karena adanya pengaruh perekonomian global yang
mengalami ketidakstabilan di tahun 2015. Kebijakan kenaikan suku bunga di
Amerika telah membuat kondisi nilai tukar rupiah terhadap dollar pada pertengahan
2015 merosot ketitik terendahnya yang hampir mencapai level Rp15.000/ dollar
Amerika. Dampak dari penahanan modal investor tersebut berimbas pada cadangan
devisa negara yang ikut turun ke level 103 milyar dollar. efek inilah kemudian
yang menjadi penyebab para investor untuk lebih baik memegang uangnya dan tidak
melakukan investasi. Orientasi imbal hasil yang tinggi sejalan dengan bagaimana
seorang investor melakukan diversifikasi investasi porofolio kedalam berbagai
bentuk investasi ataupun ke berbagai tujuan negara investasi. Kestabilan
ekonomi terutama ketahan sektor keuangan daam menghadapi berbagai guncangan/ shock akan juga berpengaruh terhadap
bagaimana investor untuk menentukan pilihan investasinya. Indonesia, sebagai
negara emerging ketahanan untuk
menghadapi guncangan yang berasal dari berbagai kemungkinan kebijakan
negara-negara yang memiliki kekuatan ekonomi kuat seperti Tiongkok dan Amerika,
menjadi salah satu yang turut menyumbang sentimen atau pandangan dari investor.
Ketahanan terhadap guncangan inilah yang
kadang secara lebih dini harus bisa dideteksi. Deteksi dini dari penurunan
kinerja ekonomi melalui pasar uang terutama bursa saham atau dari sektor
keuangan sebagai sektor yang paling mudah goyah terhadap sentimen negatif pasar
global sangat diperlukan. Kedalaman finansial juga harusnya menjadi wacana baru
sebagai target penguatan ekonomi dari sektor ini. Ketergantungan pembangunan
terhadap investor asing juga harusnya menjadi alasan bahwa kita perlu dan harus
mampu memperbaiki, menstabilkan dan juga memperkuat sektor ini sebagai bagian
dari pentingnya mempertahankan kepercayaan investor melalui kkinerja sektor
keuangan yang optimal. Optimalisasi kinerja sektor keuangan bukan hanya menjadi
tugas dan wewenang otoritas moneter semata, BI dan OJK, dan sektor fiskal
pemerintah juga harus hadir sebagai pihak yang mendukung upaya ini yang bisa
berupa transparansi kebijakan fiskal terutama yang berrkaitan dengan pembiayaan
yang dilakkukan pemerintah (pembangunan, transfer payment, Treasury bill, dll).
Melalui transparansi tersebut berarti pemerintah mendukung upaya Bank Indonesia
untuk memperbaiki sektor keuangan kita yang lebih tahan terhadap krisis ataupun
guncangan-guncangan yang datang dari sektor internal maupun eksternal.
0 komentar:
Posting Komentar