Blogroll

Rabu, 15 Juni 2016

FENOMENA PENURUNAN BBM TERHADAP INFLASI BULANAN (Februari 2016)



FENOMENA PENURUNAN BBM TERHADAP INFLASI BULANAN (Februari 2016)
Oleh: Fatchur Rozi

Fenomena penurunan harga BBM di pasaran pada beberap periode di bulan Januari dan Februari tentu berdampak terhadap kondisi perekonomian dalam hal inflasi bulanan. Harga BBM merupakan salah satu penyumbang terbesar dari terjadinya tingkat inflasi yang terjadi. Karena kenaikan BBM tentu akan berdampak terhadap kenaikan harga komoditas barang dan jasa di sektor lain secara kontunyu baik secara langsung seperti komoditas pangan, ataupun secara tidak langsung seperti sektor jasa keuangan atau pelayanan fasilitas publik.
Pada minggu pertama Februari terjadi deflasi sebesar 0,15 persen, minggu kedua 0,14 persen, dan minggu ketiga 0,13 persen. Dengan ekspektasi tersebut menujukkan bahwa kemungkinan bulan februari akan terjadi deflasi dengan asumsi tingkat inflasi tidak mungkin melampaui 0,14 % pada minggu keempat. Seperti yang saya singgung sebelumnya penurunan harga BBM mungkin menjadi salah satu faktor yang berpengaruh besar terhadap terjadinya deflasi di bulan Februari.
Deflasi boleh saja terjadi asalkan dapat terkontrol dan masih dalam tahap batas ambang yang aman. Tetapi tidak serta merta kita abai terhadap deflasi ini, bias saja deflasi yang terjadi ini juga merupakan dampak dari efek domino perlambatan ekonomi global. Jika deflasi ini terjadi secara kontinyu tentu akan berdampak buruk terhadap perekonomian negara kita. Tetapi saya juga menilai bahwa kebijakan moneter yang dicangkan oleh otorits moneter ditunjang dari keaktifan pemerintah melalui pengendalian harga cukup efektif dalam meredam gejolak harga dan mapu meredam nilai inflasi pada tingkatan yang terkendali. Dengan berangkat dari Inflation Targeting Framwework yang menjadi basis arah kebijakan moneter yang dijalankan oleh Bank Indonesia saat ini bukan tidak mungkin target inflasi tahunan diperkirakan berada pada tingkatan 4% dapat tercapai apalagi diperkirakan bulan Februari ini terjadi deflasi, sedangkan bulan Januari sendiri melambat.
Fenomena perlambatan ekonomi global yang terjadi di beberapa negara Eropa yang terjadi saat ini juga perlu mendapatkan perhatian yang serius terutama  oleh otoritas moneter dan fiskal. Fenomena ini bisa saja berdampak terhadap kondisi neraca perdagangan kita dan penurunan ekspor. Sehingga penerimaan dari devisa negara tentu akan menurun. Kontrol harga komoditas pokok juga penting dilakukan control harga dapat dilakukan melalui mekanisme penyesuaian harga BBM. Penurunan harga pada BBM beberpa ratus rupiah pada periode bulan Januari sampai Februari tentu diharapkan terjadi juga penurunan harga pada komoditas pangan atau pokok.
Dampak perlambatan ekonomi global tersebut jangan sampai berdanpak terhadap sektor perekonomian di Indonesia. Target pertumbuhan ekonomi yang tidak tercapai di tahun 2015 seharusnya menjadi pelajaran dan pemahaman dari para pemikir ekonomi, dan para pengambil kebajikan negeri ini untuk menganalisis kenapa proyeksi pertumbuhan ekonomi yang ditergetkan tidak data tercapai.
Tentu banyak factor-faktor yang melandasi bagaimana perlambatan ekonomi itu bisa terjadi, bisa jadi karena factor eksternal dan internal itu sendiri. Kondisi penguatan ekonomi dan resiliensi ekonomi dalam negeri sangat perlu dilakukan. Sebagai negara berkembang tentu penguatan untuk menjaga kestabilan ekonomi membutuhkan biaya atau modal yang tidak sedikit. Karakteristik negara berkembang dimana biasanya pengaruh eksternal perekonomian sangat besar, karena kebanyakan arus modal pembungunan biasanya dari luar negeri dalam bentuk FDI (Foreign Direct Investment).
Aliran dana yang ditopang dari pihak luar tentu saja sangat diperlukan sehingga di satu sisi mampu memberikan dampak positif juga sangat rawan apalagi jika kondisi perekonomian global tidak stabil, bisa jadi aliran dana tersebut sewaktu-waktu dapat ditarik kembali. Akibatnya perekonomian akan mengalami kegoncangan. Dan negara akan mengalami defisit dana pembangunan. Salah satu ciri dari adanya perlambatan ekonomi bisanya terjadi proses PHK besar-besar di suatu wilayah. Sedagkan deflasi yang diperkirakan terjadi di bulan Februari tersebut menurut hemat saya belum bisa dikatakan sebagai kecenderungan secara umum bahwa perekonomian akan mengalami perlambatan yang diikuti PHK dalam skala besar.
Saya menilai target inflasi tahunan yang dicanangkan oleh Bank Indonesia pada kisaran tingkat 4% cukup rasional.Target tersebut sesuai dengan kondisi. makroekonomi yang terjadi ditengah permintaan masyarakat juga cenderung stagnan. Permintaan masyarakat akan barang dan jasa tersebut juga bias menghambat pertumbuhan ekonomi yang terjadi, karena basis ekonomi negara kita perekonomiannya sebagaian besar ditopang dari sektot konsmusi. Sektor konsumsi ini menjadi penggerak dari perputaran uang yang ada dalam masyarakat. Selain itu sektor riil juga harus mendapatkan perhatian. Dengan diperkirakan terjadinya deflasi ini, tingkat suku bunga acuan dapat dipertimbangkan untuk diturunkan. Dengan penurunan tingkat suku bunga acuan tersebut diharpkan investasi dapat menggeliat, sehingga roda perekonomian dapat berputar. Hal ini perlu dilakukan untuk mencegah dampak sistemik dan berkepanjangan dari adaanya dflasi yang menunjukkan cerminan kasar dari perlambatan ekonomi dan penurunan konsumsi akan permintaan barang atau jasa.
Untuk mendukung peningkatan invesatasi otoritas moneter dapat melakukan kebijakan moneter ekspansif dengan menambah jumlah uang uang yang berederar dan melakukan pelonggaran kredit keuangan. Kebijakan ini dinilai dapat menjadi stimulus yang cukup efektif dalam merangasang terbentuknya akumulasi modal dan terbentuknya investasi. Pengarahan investasi kea rah sektor-sektor yang produktif dan mampu mendongkrak perekonomian untuk tumbuh secara positif dan terkontrol dapat juga diterapkan.
Terkait momentum penurunan harga BBM di pasar dunia akhir-akhir ini, juga diharpkan menjadi momentum untuk dapat memanfaatkan penurununan harga tersebut utamanya terhadap pengendalian inflasi itu sendiri sehingga momentum penurunan harga BBM dunia dapat membawa angina segar bagi kondisi perekonomian di dalam negeri. Kestabilan harga yang tercapai juga menjadi basis penting dalam membentuk kestabilan perekonomian sektor rill dan moneter.
Arah kebijakan sektor riil dan moneter yang terintegrasi tersebut seperti yang disinggung sebelumnya terkait investasi dan kondisi asar uang dan tingkat suku bunga dapat dijalankan secara simultan dan beriringan. Karena baik kebijakan yang dijalan oleh otoritas moneter dan otoritas fiskal adalah untuk mempengaruhi tingkat kesemptan kerja dan tingkat pengeluaran.
Kesimpulannya dari semua itu adalah bahwa pengendalian harga yang dilakukan oleh Pemerintah di Bulan Februari dinilai cukup berhasil apalagi didukung dengan momentum penurunan harga minyak dunia yang berimbas pada harga BBM dalam negeri yang beberapa kali juga mengalami penurunan walaupun jumlah penurunan nilainya tidak terlalu besar. Penurunan harga BBM merupakan salah satu factor utama yang berpengaruh terhadap penurunan harga komoditas, sehangga dengan jeda waktu satu bulan sudah terlihat dampak tersebut dengan terjadinya deflasi di bulan februari pada minggu pertama sampai minggu ketiga dan diperkiran secara akumulatif pada bulan Februari 2016 akan terjadi deflasi.
            Momentum deflasi tersebut masih dalam tahap wajar, sehingga kita harus mengapresiasi dengan positif, mengingat daya beli masyarakat saat ini kecendurungannya turun. Dengan terjadi penurunan harga tersebut diharapkan pertumuhan ekonomi dari sektor konsumsi dapat mmberikan efek positif dalam perekonomian.

0 komentar:

Posting Komentar