Blogroll

Jumat, 17 Juni 2016

INFLASI VS PENGANGGURAN



INFLASI VS PENGANGGURAN
Oleh: Kenit Ambar Ayu

Inflasi merupakan momok yang menakutkan bagi perekonomian suatu negara. Pasalnya di setiap  negara pasti memiliki masalah dengan yang namanya inflasi ini. Jika inflasi di suatu negara mengalami kenaikan dari yang ditargetkan Bank Sentral maka ini akan berakibat pada kondisi perekonomian negara tersebut.
Inflasi adalah naiknya harga-harga bahan pangan secara terus menerus dari waktu ke waktu. Penyebab inflasi ini sangat beragam. Terdapat dua tarikan yaitu tarikan permintaan yang berakibat lancarnya likuiditas akan uang sehingga jumlah uang yang beredar di masyarakat meningkat. Selanjutnya tarikan produksi yang menyebabkan naiknya biaya produksi sehingga harga bahan pangan mengalami peningkatan.
Indonesia pernah mengalami krisis ekonomi pada tahun 1998. Fenomena ini disebabkan oleh stok hutang luar negeri Indonesia yang sangat besar dan bersifat jangka pendek yang dilakukan oleh pihak swasta melalui pinjaman sehingga tercipta ketidakstabilan akan posisi keuangan negara. Serta adanya krisis kepercayaan masyarakat terhadap pemerintahan Presiden Soeharto.
Pada tahun 1997 nilai rupiah menyentuh level 4.850/dollar AS dan mengalami pelemahan yang signifikan pada 22 Januari 1998 yaitu menyentuh level 17.000/dollar AS. Nilai rupiah sangat terdepresiasi. Inflasi pun tak terelakkan.
Dampak yang ditimbulkan dengan kejadian krisis ini adalah banyak sekali perusahaan-perusahaan yang melakukan Pemutusan Hubungan Kerja (PHK) karena harga-harga mengalami kenaikan yang cukup drastis. Dengan krisis ini terdapat sektor yang paling merasakan dampaknya yaitu sektor konstruksi, sektor manufaktur dan sektor perbankan. Akibatnya terjadi peningkatan angka kemiskinan. Yang menyengsarakan rakyat kecil. Krisis kepercayaan di dunia Internasional karena pihak swasta Indonesia tidak bisa membayar hutang luar negerinya yang sudah jatuh tempo. Indonesia mengalami defisit neraca pembayaran, biaya sekolah di luar negeri mengalami pelonjakan, peredaran persediaan bahan pokok semakin menipis sehingga memicu naiknya harga barang-barang tersebut.
Dalam mengatasi permasalahan ini, pemerintah Indonesia melakukan perjanjian atau kesepakatan dengan IMF yang ditandatangani bersama dan terdiri atas 50 butir kebijakan mencakup bidang ekonomi makro (sektor moneter dan sektor fiskal), adanya rekstrukturisasi sektor keuangan, dan reformasi struktural.  
Itulah kondisi krisis yang pernah dialami Indonesia dengan peningkatan inflasi yang sangat signifikan.
Pada saat ini nilai inflasi Indonesia adalah 4,42%. Ini masih dalam batas wajar yang ditetapkan oleh Bank Indonesia (BI) sebagai Bank Sentral Indonesia. Penyumbang terbesar inflasi ini adalah naiknya harga-harga bahan pokok seperti cabe merah, cabe kriting dan bawang merah. Ini bisa disebabkan karena persediaan di pasar tidak mencukupi kebutuhan masyarakat. Jumlah permintaan akan barang tersebut lebih banyak dari pada jumlah barang yang ditawarkan. Bisa saja karena kegagalan panen yang dialami oleh para petani cabe dan petani bawang merah yang disebabkan oleh misalnya bencana alam banjir, gunung meletus ataupun hama yang menyerang tanaman tersebut.
Bank Indonesia (BI) melakukan Survei Pemantauan Harga (SPH) untuk memprediksi nilai inflasi yang akan datang. Peningkatan inflasi ini bisa disebabkan karena akan menjelang bulan Ramadhan dan Hari Raya Idul Fitri. Pada momen ini kebanyakan harga bahan pokok akan mengalami kenaikan secara signifikan jika dibandingkan dengan bulan-bulan lainnya. Ini karena permintaan atau konsumsi masyarakat meningkat. Untuk itu Bank Indonesia (BI), pemerintah pusat dan pemerintah daerah harus melakukan koordinasi dan kerjasama untuk mengawasi dan mengendalikan tingkat inflasi agar tidak melebihi target yang ditentukan dan tidak menyengsarakan rakyat.
Berdasarkan Kurva Phillip, inflasi ini memiliki hubungan negatif dengan tingkat pengangguran. Jika tingkat pengangguran turun maka inflasi akan naik, dan jika tingkat pengangguran naik maka tingkat inflasi akan turun. Sehingga Bank Sentral harus berhati-hati dalam menentukan tingkat suku bunganya, akankah berdampak pada tingkat inflasi ataukah tingkat pengangguran.
Dianalogikan bahwa saat terjadi inflasi yaitu kenaikan harga barang secara terus menerus akan mengurangi konsumsi masyarakat dan menurunnya tingkat produksi perusahaan. Akibatnya akan terjadi Pemutusan Hubungan Kerja (PHK) agar perusahaan tidak mengalami kerugian. Dampaknya akan meningkatkan jumlah kemiskinan.
Pengangguran ini terjadi karena jumlah angkatan kerja atau orang yang mencari kerja tidak sebanding dengan jumlah lapangan kerja. Jumlah lapangan yang sedikit dan tidak bisa menampung seluruh angkatan kerja mengakibatkan timbulnya pengangguran. Juga karena pertumbuhan penduduk yang sangat pesat.
Jika suatu negara memiliki tingkat pengangguran yang rendah maka bisa dikatakan negara tersebut berada dalam kondisi kesejahteraan dan negara tersebut adalah negara maju. Mengapa? Karena dengan rendahnya tingkat pengangguran suatu negara berarti penduduk negara tersebut memiliki pekerjaan sehingga tidak ada yang menganggur dan menghasilkan pendapatan. Pendapatan ini lah yang menjadi tolok ukur dari kesejahteraan masyarakat suatu negara.

0 komentar:

Posting Komentar