INFLASI VS PENGANGGURAN
Oleh: Kenit Ambar Ayu
Inflasi merupakan momok
yang menakutkan bagi perekonomian suatu negara. Pasalnya di setiap negara pasti memiliki masalah dengan yang
namanya inflasi ini. Jika inflasi di suatu negara mengalami kenaikan dari yang
ditargetkan Bank Sentral maka ini akan berakibat pada kondisi perekonomian
negara tersebut.
Inflasi adalah naiknya
harga-harga bahan pangan secara terus menerus dari waktu ke waktu. Penyebab inflasi
ini sangat beragam. Terdapat dua tarikan yaitu tarikan permintaan yang
berakibat lancarnya likuiditas akan uang sehingga jumlah uang yang beredar di
masyarakat meningkat. Selanjutnya tarikan produksi yang menyebabkan naiknya
biaya produksi sehingga harga bahan pangan mengalami peningkatan.
Indonesia pernah
mengalami krisis ekonomi pada tahun 1998. Fenomena ini disebabkan oleh stok
hutang luar negeri Indonesia yang sangat besar dan bersifat jangka pendek yang
dilakukan oleh pihak swasta melalui pinjaman sehingga tercipta ketidakstabilan
akan posisi keuangan negara. Serta adanya krisis kepercayaan masyarakat
terhadap pemerintahan Presiden Soeharto.
Pada tahun 1997 nilai
rupiah menyentuh level 4.850/dollar AS dan mengalami pelemahan yang signifikan
pada 22 Januari 1998 yaitu menyentuh level 17.000/dollar AS. Nilai rupiah
sangat terdepresiasi. Inflasi pun tak terelakkan.
Dampak yang ditimbulkan
dengan kejadian krisis ini adalah banyak sekali perusahaan-perusahaan yang
melakukan Pemutusan Hubungan Kerja (PHK) karena harga-harga mengalami kenaikan
yang cukup drastis. Dengan krisis ini terdapat sektor yang paling merasakan
dampaknya yaitu sektor konstruksi, sektor manufaktur dan sektor perbankan.
Akibatnya terjadi peningkatan angka kemiskinan. Yang menyengsarakan rakyat
kecil. Krisis kepercayaan di dunia Internasional karena pihak swasta Indonesia
tidak bisa membayar hutang luar negerinya yang sudah jatuh tempo. Indonesia
mengalami defisit neraca pembayaran, biaya sekolah di luar negeri mengalami
pelonjakan, peredaran persediaan bahan pokok semakin menipis sehingga memicu
naiknya harga barang-barang tersebut.
Dalam mengatasi
permasalahan ini, pemerintah Indonesia melakukan perjanjian atau kesepakatan
dengan IMF yang ditandatangani bersama dan terdiri atas 50 butir kebijakan
mencakup bidang ekonomi makro (sektor moneter dan sektor fiskal), adanya
rekstrukturisasi sektor keuangan, dan reformasi struktural.
Itulah kondisi krisis
yang pernah dialami Indonesia dengan peningkatan inflasi yang sangat
signifikan.
Pada saat ini nilai
inflasi Indonesia adalah 4,42%. Ini masih dalam batas wajar yang ditetapkan
oleh Bank Indonesia (BI) sebagai Bank Sentral Indonesia. Penyumbang terbesar
inflasi ini adalah naiknya harga-harga bahan pokok seperti cabe merah, cabe
kriting dan bawang merah. Ini bisa disebabkan karena persediaan di pasar tidak
mencukupi kebutuhan masyarakat. Jumlah permintaan akan barang tersebut lebih
banyak dari pada jumlah barang yang ditawarkan. Bisa saja karena kegagalan
panen yang dialami oleh para petani cabe dan petani bawang merah yang
disebabkan oleh misalnya bencana alam banjir, gunung meletus ataupun hama yang
menyerang tanaman tersebut.
Bank Indonesia (BI)
melakukan Survei Pemantauan Harga (SPH) untuk memprediksi nilai inflasi yang
akan datang. Peningkatan inflasi ini bisa disebabkan karena akan menjelang
bulan Ramadhan dan Hari Raya Idul Fitri. Pada momen ini kebanyakan harga bahan
pokok akan mengalami kenaikan secara signifikan jika dibandingkan dengan
bulan-bulan lainnya. Ini karena permintaan atau konsumsi masyarakat meningkat.
Untuk itu Bank Indonesia (BI), pemerintah pusat dan pemerintah daerah harus
melakukan koordinasi dan kerjasama untuk mengawasi dan mengendalikan tingkat inflasi
agar tidak melebihi target yang ditentukan dan tidak menyengsarakan rakyat.
Berdasarkan Kurva
Phillip, inflasi ini memiliki hubungan negatif dengan tingkat pengangguran.
Jika tingkat pengangguran turun maka inflasi akan naik, dan jika tingkat pengangguran
naik maka tingkat inflasi akan turun. Sehingga Bank Sentral harus berhati-hati
dalam menentukan tingkat suku bunganya, akankah berdampak pada tingkat inflasi
ataukah tingkat pengangguran.
Dianalogikan bahwa saat
terjadi inflasi yaitu kenaikan harga barang secara terus menerus akan
mengurangi konsumsi masyarakat dan menurunnya tingkat produksi perusahaan.
Akibatnya akan terjadi Pemutusan Hubungan Kerja (PHK) agar perusahaan tidak
mengalami kerugian. Dampaknya akan meningkatkan jumlah kemiskinan.
Pengangguran ini terjadi
karena jumlah angkatan kerja atau orang yang mencari kerja tidak sebanding
dengan jumlah lapangan kerja. Jumlah lapangan yang sedikit dan tidak bisa
menampung seluruh angkatan kerja mengakibatkan timbulnya pengangguran. Juga
karena pertumbuhan penduduk yang sangat pesat.
Jika suatu negara
memiliki tingkat pengangguran yang rendah maka bisa dikatakan negara tersebut
berada dalam kondisi kesejahteraan dan negara tersebut adalah negara maju.
Mengapa? Karena dengan rendahnya tingkat pengangguran suatu negara berarti
penduduk negara tersebut memiliki pekerjaan sehingga tidak ada yang menganggur
dan menghasilkan pendapatan. Pendapatan ini lah yang menjadi tolok ukur dari
kesejahteraan masyarakat suatu negara.
0 komentar:
Posting Komentar