Blogroll

Minggu, 12 Juni 2016

LAJU INFLASI JELANG RAMADHAN 2016



LAJU INFLASI JELANG RAMADHAN 2016
Oleh : Shella Elly Sritrisniawati (130810101093)
Jurusan Ilmu ekonomi Studi Pembangunan angkatan 2013, Konsentrasi Ekonomi Moneter, Fakultas Ekonomi Universitas Jember

            Kenaikan harga merupakan suatu hal yang membuat masyarakat selalu waspada akan mengelola hasil pendapatannya dalam mengonsumsi barang dan jasa. Kenaikan harga yang sangat tinggi dapat menjadi permasalahan masyarakat yang cukup serius dalam memenuhi kebutuhan. Kenaikan harga yang terus menerus dapat berakibat pada naiknya harga barang lain atau yang disebut dengan inflas. Hal tersebut dapat terjadi secara nasional maupun dalam lingkup regional. Pergerakan inflasi secara nasional menurut data inflasi dari Bank Indonesia pada bulan april 2016 berada pada tingkat 3,60 persen. Tingkat tersebut cukup rendah jika dibandingkan dengan tingkat inflasi pada awal tahun sampai dengan bulan maret yang lalu. Tingkat inflasi disetiap daerah juga berada pada tingkat yang rendah. Berdasarkan data dari Badan Pusat Statistik Jawa Timur pada bulan april 2016 kemarin, beberapa wilayah di Jawa Timur mengalami deflasi sebesar 0,25 persen. Deflasi tersebut terjadi pada 8 kota di Jawa Timur. Kota tersebut termasuk kebupaten Banyuwangi, Jember, Kediri, Malang, Sumenep, Probolinggo, Surabaya dan Madiun. Tingkat deflasi terendah terjadi pada kota madiun sebesar 0,08 persen.
            Tingkat deflasi tersebut disebabkan oleh beberapa macam faktor dari sektor riil. Hal tersebut diantaranya adalah kelompok transportasi dan komunikasi, kebutuhan rumah seperti air, lstrik, gas, bahan bakar, dll, kelompok pendidikan dan rekreasi, dan kebutuhan sembilan bahan pokok (sembako). Komoditas atau jasa tersebut selalu menjadi kebutuhan masyarakat dan termasuk kebutuhan primer yang harus terpenuhi. Sehingga tingkat harga sangat menentukan tentang pola konsumsi dan kesejahteraan masyarakat.
            Penyumbang tingkat inflasi yang rendah dalam lingkup nasional maupun regional juga terkait dengan kebijakan pemerintah yang berkaitan dengan penurunan harga Bahan Bakar Minyak, sehingga berpengaruh terhadap tarif transportasi umum dan biaya kendaraan pribadi. Dengan hal tersebut pastinya juga dapat berpengaruh terhadap komoditas lain. Berkaitan dengan kebutuhan pokok yaitu sembako yang sangat riskan terhadap tingkat inflasi pada bulan april dan diperkirakan akan dapat terkendali sampai bulan juni nanti.
            Kekhawatiran masyarakat akan naiknya tingkat harga pada awal bulan juni, dimana bulan tersebut berkaitan dengan event bulan ramadhan yang mana kebutuhan akan bahan pokok akan meningkat dua kali lipat dari bulan – bulan biasanya. Hal tersebut yang menjadi masalah jika inflasi akan sulit untuk dikendalikan dan menyebabkan harga – harga komoditas yang sangat agresif terhadap kenaikan yaitu cabai, beras, ayam potong, daging sapi, bawang merah, telur, dan harga barang kebutuhan lain mengalami kenaikan yang cukup signifikan. Ditambah lagi pada bulan Juni – Juli bertepatan dengan Ramadhan, Lebaran dan Tahun Ajaran baru dalam dunia pendidikan, dimana hal tersebut pastinya menyebabkan pengeluaran yang sangat meningkat tajam dibandingkan bulan – bulan sebelumnya. Jika tidak diantisipasi dengan jumlah pendapatan yang cukup pasti akan menyebabkan ketidakmampuan masyarakat untuk memenuhi kebutuhan. Sehingga tingkat inflasi harus dikendalikan dan ditahan pada level tertentu.
            Dengan agenda besar pada bulan yang akan datang harus disikapi dengan lebih tanggap dalam bertindak. Salah satu cara yang dapat dilakukan dalam mengendalikan kenaikan tingkat harga tersebut dapat dengan memperbanyak stock atau cadangan akan barang komoditas yang menjadi kebutuhan pokok yang mengalami gejolak yang sangat cepat seperti bahan sembako. Menambah kuantitas dari komoditas yang mudah mengalami kenaikan harga sehingga penawaran dan permintaan akan komoditas tersebut menjadi seimbang sehingga harga yang ada di pasar dapat ditekan. Dengan persediaan cadangan komoditas yang cukup dalam beberapa bulan yang akan datang pertumbuhan laju inflasi dapat dikendalikan, khususnya untuk wilayah Jawa timur.
            Dalam melaksanakan tanggung jawab tersebut perlu partisipasi dari semua pihak, tidak hanya dilakukan oleh pemerintah pusat maupun daerah. Sebuah Tim yang dibentuk oleh pemerintah daerah yaitu Tim Pengendali Inflasi Daerah yang harus menjalankan tugasnya dalam mengawasi dan mengontrol laju inflasi yang ada di daerah dapat memberikan strategi- strategi dalam menangani masalah inflasi. Pemerintah dapat melakukan suatu kebijakan untuk membuka dan menutup aliran komoditas import dalam menstabilkan harga didalam negeri. Bukan hanya itu saja, tetapi semua elemen juga harus ikut berperan didalamnya.
            Sebagai masyarakat dan sebagai konsumen kita juga harus berpartisipasi dalam menekan tingkat inflasi khususnya pada bulan – bulan mendatang  yang mana mempunyai agenda – agenda besar dan dapat memicu terjadinya inflasi jika kita salah dalam melangkah. Hal yang dapat kita lakukan sebagai masyarakat yaitu dengan mengubah pola konsumsi kita dalam menggunakan barang dan jasa. Dengan pola konsumsi yang teratur dapat menciptakan kondisi yang lebih baik dalam mendapatkan barang kebutuhan. Membeli barang komoditas dengan jumlah dan kuantitas sesuai dengan yang kita butuhkan. Membeli barang atau komoditas tidak secara berlebihan untuk cadangan di masa yang akan datang. Berkaitan dengan hal tersebut, dapat mencegah kelangkaan akan komoditas tertentu.  Jadi tindakan spekulatif dalam hal ini dapat mengakibatkan kenaikan tingkat harga di pasar. Memenuhi kebutuhan secukupnya dapat membantu pemerintah dalam menstabilkan harga komoditas. Perubahan presepsi masyarakat dalam mengonsumsi barang dapat menyebabkan naiknya tingkat inflasi. Sehungga diharapkan masyarakat dapat melakukan konsumsi seperti hari biasanya, sehingga kenaikan harga dapat stabil.
Sinergitas antara pemerintah, masyarakat, pedagang dan semua pihak yang baik dapat menunjang dalam mempengaruhi melonjaknya harga kebutuhan.


0 komentar:

Posting Komentar