LAJU
INFLASI JELANG RAMADHAN 2016
Oleh :
Shella Elly Sritrisniawati (130810101093)
Jurusan
Ilmu ekonomi Studi Pembangunan angkatan 2013, Konsentrasi Ekonomi Moneter,
Fakultas Ekonomi Universitas Jember
Kenaikan
harga merupakan suatu hal yang membuat masyarakat selalu waspada akan mengelola
hasil pendapatannya dalam mengonsumsi barang dan jasa. Kenaikan harga yang
sangat tinggi dapat menjadi permasalahan masyarakat yang cukup serius dalam
memenuhi kebutuhan. Kenaikan harga yang terus menerus dapat berakibat pada
naiknya harga barang lain atau yang disebut dengan inflas. Hal tersebut dapat
terjadi secara nasional maupun dalam lingkup regional. Pergerakan inflasi
secara nasional menurut data inflasi dari Bank Indonesia pada bulan april 2016
berada pada tingkat 3,60 persen. Tingkat tersebut cukup rendah jika
dibandingkan dengan tingkat inflasi pada awal tahun sampai dengan bulan maret
yang lalu. Tingkat inflasi disetiap daerah juga berada pada tingkat yang rendah.
Berdasarkan data dari Badan Pusat Statistik Jawa Timur pada bulan april 2016
kemarin, beberapa wilayah di Jawa Timur mengalami deflasi sebesar 0,25 persen.
Deflasi tersebut terjadi pada 8 kota di Jawa Timur. Kota tersebut termasuk
kebupaten Banyuwangi, Jember, Kediri, Malang, Sumenep, Probolinggo, Surabaya
dan Madiun. Tingkat deflasi terendah terjadi pada kota madiun sebesar 0,08
persen.
Tingkat
deflasi tersebut disebabkan oleh beberapa macam faktor dari sektor riil. Hal
tersebut diantaranya adalah kelompok transportasi dan komunikasi, kebutuhan
rumah seperti air, lstrik, gas, bahan bakar, dll, kelompok pendidikan dan
rekreasi, dan kebutuhan sembilan bahan pokok (sembako). Komoditas atau jasa
tersebut selalu menjadi kebutuhan masyarakat dan termasuk kebutuhan primer yang
harus terpenuhi. Sehingga tingkat harga sangat menentukan tentang pola konsumsi
dan kesejahteraan masyarakat.
Penyumbang
tingkat inflasi yang rendah dalam lingkup nasional maupun regional juga terkait
dengan kebijakan pemerintah yang berkaitan dengan penurunan harga Bahan Bakar
Minyak, sehingga berpengaruh terhadap tarif transportasi umum dan biaya
kendaraan pribadi. Dengan hal tersebut pastinya juga dapat berpengaruh terhadap
komoditas lain. Berkaitan dengan kebutuhan pokok yaitu sembako yang sangat
riskan terhadap tingkat inflasi pada bulan april dan diperkirakan akan dapat
terkendali sampai bulan juni nanti.
Kekhawatiran
masyarakat akan naiknya tingkat harga pada awal bulan juni, dimana bulan
tersebut berkaitan dengan event bulan ramadhan yang mana kebutuhan akan bahan
pokok akan meningkat dua kali lipat dari bulan – bulan biasanya. Hal tersebut
yang menjadi masalah jika inflasi akan sulit untuk dikendalikan dan menyebabkan
harga – harga komoditas yang sangat agresif terhadap kenaikan yaitu cabai,
beras, ayam potong, daging sapi, bawang merah, telur, dan harga barang
kebutuhan lain mengalami kenaikan yang cukup signifikan. Ditambah lagi pada
bulan Juni – Juli bertepatan dengan Ramadhan, Lebaran dan Tahun Ajaran baru
dalam dunia pendidikan, dimana hal tersebut pastinya menyebabkan pengeluaran
yang sangat meningkat tajam dibandingkan bulan – bulan sebelumnya. Jika tidak
diantisipasi dengan jumlah pendapatan yang cukup pasti akan menyebabkan
ketidakmampuan masyarakat untuk memenuhi kebutuhan. Sehingga tingkat inflasi
harus dikendalikan dan ditahan pada level tertentu.
Dengan
agenda besar pada bulan yang akan datang harus disikapi dengan lebih tanggap
dalam bertindak. Salah satu cara yang dapat dilakukan dalam mengendalikan
kenaikan tingkat harga tersebut dapat dengan memperbanyak stock atau cadangan
akan barang komoditas yang menjadi kebutuhan pokok yang mengalami gejolak yang
sangat cepat seperti bahan sembako. Menambah kuantitas dari komoditas yang
mudah mengalami kenaikan harga sehingga penawaran dan permintaan akan komoditas
tersebut menjadi seimbang sehingga harga yang ada di pasar dapat ditekan.
Dengan persediaan cadangan komoditas yang cukup dalam beberapa bulan yang akan
datang pertumbuhan laju inflasi dapat dikendalikan, khususnya untuk wilayah
Jawa timur.
Dalam
melaksanakan tanggung jawab tersebut perlu partisipasi dari semua pihak, tidak
hanya dilakukan oleh pemerintah pusat maupun daerah. Sebuah Tim yang dibentuk
oleh pemerintah daerah yaitu Tim Pengendali Inflasi Daerah yang harus
menjalankan tugasnya dalam mengawasi dan mengontrol laju inflasi yang ada di
daerah dapat memberikan strategi- strategi dalam menangani masalah inflasi.
Pemerintah dapat melakukan suatu kebijakan untuk membuka dan menutup aliran
komoditas import dalam menstabilkan harga didalam negeri. Bukan hanya itu saja,
tetapi semua elemen juga harus ikut berperan didalamnya.
Sebagai
masyarakat dan sebagai konsumen kita juga harus berpartisipasi dalam menekan
tingkat inflasi khususnya pada bulan – bulan mendatang yang mana mempunyai agenda – agenda besar dan
dapat memicu terjadinya inflasi jika kita salah dalam melangkah. Hal yang dapat
kita lakukan sebagai masyarakat yaitu dengan mengubah pola konsumsi kita dalam
menggunakan barang dan jasa. Dengan pola konsumsi yang teratur dapat
menciptakan kondisi yang lebih baik dalam mendapatkan barang kebutuhan. Membeli
barang komoditas dengan jumlah dan kuantitas sesuai dengan yang kita butuhkan.
Membeli barang atau komoditas tidak secara berlebihan untuk cadangan di masa
yang akan datang. Berkaitan dengan hal tersebut, dapat mencegah kelangkaan akan
komoditas tertentu. Jadi tindakan
spekulatif dalam hal ini dapat mengakibatkan kenaikan tingkat harga di pasar.
Memenuhi kebutuhan secukupnya dapat membantu pemerintah dalam menstabilkan
harga komoditas. Perubahan presepsi masyarakat dalam mengonsumsi barang dapat
menyebabkan naiknya tingkat inflasi. Sehungga diharapkan masyarakat dapat
melakukan konsumsi seperti hari biasanya, sehingga kenaikan harga dapat stabil.
Sinergitas antara pemerintah,
masyarakat, pedagang dan semua pihak yang baik dapat menunjang dalam
mempengaruhi melonjaknya harga kebutuhan.
0 komentar:
Posting Komentar