Blogroll

Jumat, 10 Juni 2016

PILIH INFLASI ATAU PENGANGGURAN ?

PILIH INFLASI ATAU PENGANGGURAN ?
Oleh : Shella Elly Sritrisniawati (130810101093)
Jurusan Ilmu ekonomi Studi Pembangunan angkatan 2013, Konsentrasi Ekonomi Moneter, Fakultas Ekonomi Universitas Jember

Inflasi merupakan suatu masalah yang sudah tak asing lagi di telinga kita, inflasi selalu menjadi bahan pembicaraan yang tidak akan pernah habis atau usang. Inflasi memang sangat erat dalam dunia ekonomi, sampai semua masalah – masalah dalam perekonomian dapat dikaitkan dengan inflasi. Inflasi yang rendah dapat menjadi sahabat dalam perekonomian, sedangkan inflasi yang terlalu tinggi dapat menjadi musuh dalam masyarakat. Ternyata banyak sekali faktor – faktor yang dapat menyebabkan terjadinya inflasi di suatu negara. Misalnya saja kenaikan harga bahan bakar minyak, atau kenaikan harga – harga barang yg lain. Menurut beberapa sumber media cetak memaparkan inflasi yang terjadi pada bulan februari yang lalu memberikan dampak terhadap kenaikian harga sembaku yaitu pada harga beras. Jika inflasi terhadap bahan sembako yang merupakan sumber utama dalam kebutuhan hidup, pasti secara tidak langsung akan mempengaruhi kenaikan pada harga barang lain. Dengan hal tersebut pemerintah harus campur tangan dalam mengendalikan harga komoditas tertentu.
             Kenaikan harga barang lain yang dapat menjadi dampak dari inflasi yaitu barang- barang matang seperti makanan, minuman, dan barang atau komoditas sekunder lainnya. Inflasi memang tidak semata – mata merugikan tetapi ada sisi positif terjadinya inflasi, misalnya jika terjadi inflasi seorang produsen dapat menambah jumlah faktor produksinya dalam menaikkan penawaran kepada pasar. Tetapi biasanya jika inflasi tidak terlalu tinggi tidak ada pengaruh yang signifikan terhadap itu semua.
            Pemerintah dalam menjaga tingkat inflasi agar pda bulan – bulan selanjutnya juga memberikan stimulus dalam perekonomian. Dengan begitu diharapkan inflasi pada bulan maret tingkat inflasi dapat dikendalikan oleh pemerintah pusat maupu pemerintah daerah.
            Inflasi memang sangat terasa bagi masyarakat yang mempunyai pendapatan yang berada di bawah rata-rata. Dalam memenuhi kebutuhan pokoknya mereka juga harus memberikan intensif untuk subsidi yang tepat sasaran bagi masyarakat.Inflasi memang tidak dapat dipastikan dalam fluktuasinya. Dalam satu bulan aja tingkat inflasi dapat berubah ubah. Tergantung dengan bagaimana cara pandang masyarakat dalam ekonomi.
            Inflasi dapat dikendalikan jika stock dari barang atau komoditas produksi mempunyai stock barang yang cukup, sehingga tidak terdapat kelangkaan akan barang tersebut, maka dari itu inflasi lama kelamaan akan mereda seiring dengan perkembangan sumber – sumber informasi yang dapay diperoleh dari produsen atau konsumen.
            Usaha pemerintah dapat mengendalikan inflasi yaitu dengan cara :
a. Pemberian intensif kepada karyawan dalam meingkatkan produksi
b. Memberikan presepsi yang positif terhadap pola pikir masyarakat.
c. Pemerintah dapat membuka arus “kran” dari luar negeri untuk menjaga tingkat inflasi tersebut untuk bulan yang akan datang.
            Dengan dibukanya kran import dari barang – barang luar negeri dapat menstabilkan harga – harga barang – barang atau komoditas. Tetapi dengan ada nya kebijakan menambah jumlah import akan meningkatkan daya saing yang tinggi terhadap komoditas yang ada di dalam negeri. Jika pemerintah menentukan kebijakan ini sebaiknya diperhatikan kuantitas import dan komoditi apa saja yang diperlukan. Sehingga tidak akan membebani atas produk dalam negeri.
            Inflasi tidak hanya dipantau dari sisi keseluruhan seperti negara saja, tetepi inflasi juga dapat dilihat dari pergerakan inflasi setiap daerah. Inflasi di berbagai daerah mempunyai pergerakan yang berbeda- beda tergantung pada kondisi perekonomian daerah tersebut. Biasanya daerah yang mempunyai tingkat pertumbuhan yang pesat dapat mempengaruhi daerah yang mungkin kurang berkembang. Berdasarkan pemaparan dari Bank Indonesia pada Sindo.news edisi selasa, 9 februari 2016 bahwa inflasi yang relatif tinggi terjadi di berbagai negara terutama daerah yang terletak di Indonesia Timur seperti NTT, NTB, Papua dan daerah timur lainnya. Hal tersebut terjadi karena daerah tersebut berada dijauh dari pusat kegiatan ekonomi ddan jauh dari distribusi barang maupun komoditas, maka semakin tingginya perbedaan harga antar wilayah. Adanya kesenjangan yang cukup signifikan antara sulitnya distribusi terhadap tingkat inflasi yang relatif tinggi.
Akibat dari adanya kesenjangan distribusi yang kurang merata di seluruh daerah – daerah negara Indonesia dari sabang sampai merauke menyebabkan pengiriman barang sampai pada tempat yang dituju memakan waktu yang cukup lama sehingga biaya pengiriman jadi lebih mahal, maka dari itu terjadi perbedaan harga antar daerah. Dengan adanya permasalahan tersebut, pemerintah saat ini sedang menggalakkan pembangunan yang berkaitan dengan infrastruktur. Pemerintah pada dekade ini meningkatkan pembangunan akses – akses jalan yang dapat menjadi media dalam memeratakan distribusi tersebut. Sehingga pengiriman komoditi antar daerah menjadi lebih mudah dan tidak memakan waktu yang cukup lama.
            Pemerintah melalui Departemen Kebijakan Ekonomi dan Moneter Bank Indonesia lebih mengintensifkan untuk menekan biaya pengiriman (Logistik) yang hal tersebut dapat mempengaruhi tingkat inflasi, terutama pada komoditi kebutuhan pokok seperti bahan pangan. Pemerintah saat ini juga menetapkan kebijakan untuk meningkatkan produksi pangan yang ada di dalam negeri, dimana yang kita ketahui bahwa negara Indonesia merupakan salah satu negara yang unggul akan agrikultur. Wilayah Indonesia yang subur lebih cocok untuk lahan pertanian, perkebunan, perhutanan dan sektor agrikultur yang lain.
            Kebijakan pemerintah melalui paket – paket ekonomi yang telah dibentuk bertujuan untuk meningkatkan perbaikan infrastruktur dalam upaya – upaya pembangunan yang berkelanjutan. Pembenahan sistem pengiriman logistik dalam lingkup nasional dalam beberapa tahun kedepan agar kegiatan perdagangan domestik dapat berjalan dengan mudah dan lancar.
            Pembangunan jalur transportasi dari sabang sampai merauke jika terlaksana dengan baik maka akan mempengaruhi pendapatan dalam produk domestik bruto (PDB) menjadi lebih efisien dan efektif. Dengan jalur yang lebih mudah dapat menciptakan kestabilan harga didaerah – daerah yang inflasinya relatif tinggi, dengan demikian akan mendukung upaya pemerintah dalam mencapai sasaran yaitu inflasi secara nasional.
            Bukan hanya perbaikan infrastruktur yang hanya menjadi fokus pemerintah, tetapi dalam hal meningkatkan kapasitas produksi juga harus diperhatikan. Sesuai dengan teori yang dikemukakan oleh Harrod Domar bahwa investasi tidak hanya memberikan pertumbuhan ekonomi tetapi juga akan menambah kapasitas produksi. Investasi dalam pembangunan memang perlu ditingkatkan sehingga dapat menciptakan ekonomi yang lebih baik. Jadi dengan pemerintah memberikan investasi yang cukup dalam pembangunan secara tidak langsung memberikan dampak pada pertumbuhan ekonomi domestik.
            Inflasi memang dapat menjadi musuh dalam perekonomian, tetapi inflasi juga dapat bersahabat untuk mengembangkan perekonomian. Semenjak tingkat inflasi berada pada inflasi yang normal itu yang akan menguntungkan bagi dunia perekonomian, jika berada pada hiperinflation itu yang sangat merugikan dan sulit untuk disembuhkan. Misalnya saja pada tahun ’98 dimana negara Indonesia mengalami krisis yang kronis karena tingkat inflasi yang berada pada tingkat hiperinflation.
            Lembaga otoritas moneter seperti Bank Indonesia juga memprediksi pada bulan maret 2016 Indeks Harga Konsumen (IHK) akan mengalami inflasi. Hal tersebut berdasarkan survei pada pekan pertama bulan maret 2016, survei tersebut tentang pemantauan harga yang dilaksanakan oleh bank sentral. Berdasarkan pernyataan Gubernur Bank Indonesia dalam (Kompas, Jum’at 4 maret 2016), didasarkan pada survei yang dilakukan sampai dengan pekan pertama bulan maret ini, ternyata IHK sudah menunjukkan kenaikan pada kisaran 0,05 persen dibandingkan dengan bulan – bulan sebelumnya. Peningkatan inflasi tersebut harus tetap terkontrol dengan baik, jika tidak, kenaikan tersebut dapat menimbulkan permasalahan. Yang telah kita ketahui inflasi dapat berhubungan dengan tingkat pengangguran, dimana jika inflasi yang tinggi dalam jangka waktu tertentu akan menurunkan tingkat pengangguran, sedangkan sebaliknya jika inflasi yang rendah akan menaikkan tingkat pengangguran. Jadi antara kedua permasalahan ekonomi tersebut tidak dapat menjadi suatu pilihan untuk Trade off (meniadakan salah satu). Seperti yang dipaparkan oleh ekonom terdahulu new keynesian dalam kurva philips dimana ada masalah yang sama – sama tidak dapat diobati, jika diobati salah satu maka masalah tersebut akan memperparah masalah yang satunya. Atau jika kita perumpamakan seperti penyakit diabetes melitus. Maka hal yang dapat dilakukan adalah dengan menjaga dengan baik agar proporsi dari keduanya dapat terpenuhi demi pertumbuhan ekonomi. Tetapi penelitian tentang kurva philips tidak berhenti sampai disitu saja, tetapi ada pembaharuan – pembaharuan dalam mengatasi masalah inflasi dan pengangguran. Hybrid new keynesian philips curve merupakan pengembangan dari teori new keynesian, dimana inflasi masa kini tidak hanya dipengaruhi oleh trend inflasi terdahulu tetapi juga dapat disebabkan oleh variabel – variabel ekonomi lain.
            Berdasarkan grafik Perkembangan BI Rate, Inflasi Inti, dan inflasi umum Januari 2015 – januari 2016 (dalam persen) dari (Kompas, Jum’at 4 maret 2016), menunjukkan bahwa besarnya nilai inflasi inti stabil dalam tingkat 4,87 – 4,83 dari bulan januari sampai bulan november 2015, sedangkan pada awal tahun 2016 mengalami penurunan pada titik 3,62. Kebijakan terhadap tingkat BI Rate awalnya berada pada titik 7,75 diturunkan menjadi 7,5 dari bulan februari – akhir tahun 2015, pada awal tahun kebijakan BI untuk menurunkan tingkat BI Rate bulan januari 2016 berada pada level 7,25 dan pada februari turun lagi menjadi 7 persen.
Sedangkan yang terakhir yaitu tingkat inflasi umum, dimana grafik tingkat inflasi ini mengalami fluktuasi yang sangat ekstrim yaitu awal tahun 2015 berada pada kisaran level 6,77 persen, mengalami resesi dan recovery pada titik tertingginya pada bulan juni – juli pada titik 7.07 dan mengalami resesi dasyat pada desember menjadi 3,33 persen yang menjadi titik terendahnya, dan recovery lagi menjadi 4,42 pada wal tahun 2016.
            Menurut Gubernur BI, inflasi tersebut pada kisaran 0,05 persen dari pekan pertama bulan ini, maka diprediksi secara tahunan (year on year / yoy), inflasi akan diperkirakan berada pada kisaran titik 4,3 persen pada tahun 2016. Tingkat inflasi tersebut masih sesuai dengan target yang direncanakan oleh bank sentral pada tahun 2016 ini. Selain itu, juga menerangkan bahwa target inflasi Indonesia berada di 4 plus minus 1 persen dalam tahun ini.
            Fash back ke hari – hari sebelumnya bahwa Badan Pusat Statistik (BPS) juga telah menyatakan bahwa penurunan tingkat suku bunga acuan oleh bank sentral yaitu Bank Indonesia dan fluktuasi harga BBM (Bahan Bakar Minyak) akan berdampak pada peningatan laju inflasi pada bulan maret 2016. Harga bahan bakar minyak merupakan objek pemerintah yang dikaitkan dalam menurunkan ataupun menaikkan inflasi. Karena BBM merupakan kebutuhan utama yang sangat diperlukan untuk melakukan kegiatan oleh masyarakat Indonesia. Jika harga BBM mengalami kenaikan maka secara tidak langsung akan mempengaruhi tingkat harga barang – barang yang lain mengalami kenaikan. Misalnya harga kebutuhan pokok, harga ongkos transportasi, dan harga – harga barang yang lain. Dengan hal tersebut dapat menimbulkan spekulasi bahan bakar yang ada dimasyarakat. Sehingga timbul kelangkaan bahan bakar minyak tersebut. Hal tersebut juga merupakan salah satu faktor internal domestik yang dapat meningkatkan inflasi dimasyarakat. 

0 komentar:

Posting Komentar