PILIH
INFLASI ATAU PENGANGGURAN ?
Oleh
: Shella Elly Sritrisniawati (130810101093)
Jurusan
Ilmu ekonomi Studi Pembangunan angkatan 2013, Konsentrasi Ekonomi Moneter,
Fakultas Ekonomi Universitas Jember
Inflasi merupakan suatu masalah yang sudah
tak asing lagi di telinga kita, inflasi selalu menjadi bahan pembicaraan yang
tidak akan pernah habis atau usang. Inflasi memang sangat erat dalam dunia
ekonomi, sampai semua masalah – masalah dalam perekonomian dapat dikaitkan
dengan inflasi. Inflasi yang rendah dapat menjadi sahabat dalam perekonomian,
sedangkan inflasi yang terlalu tinggi dapat menjadi musuh dalam masyarakat.
Ternyata banyak sekali faktor – faktor yang dapat menyebabkan terjadinya inflasi
di suatu negara. Misalnya saja kenaikan harga bahan bakar minyak, atau kenaikan
harga – harga barang yg lain. Menurut beberapa sumber media cetak memaparkan
inflasi yang terjadi pada bulan februari yang lalu memberikan dampak terhadap
kenaikian harga sembaku yaitu pada harga beras. Jika inflasi terhadap bahan
sembako yang merupakan sumber utama dalam kebutuhan hidup, pasti secara tidak
langsung akan mempengaruhi kenaikan pada harga barang lain. Dengan hal tersebut
pemerintah harus campur tangan dalam mengendalikan harga komoditas tertentu.
Kenaikan harga barang lain yang dapat menjadi
dampak dari inflasi yaitu barang- barang matang seperti makanan, minuman, dan
barang atau komoditas sekunder lainnya. Inflasi memang tidak semata – mata
merugikan tetapi ada sisi positif terjadinya inflasi, misalnya jika terjadi
inflasi seorang produsen dapat menambah jumlah faktor produksinya dalam
menaikkan penawaran kepada pasar. Tetapi biasanya jika inflasi tidak terlalu
tinggi tidak ada pengaruh yang signifikan terhadap itu semua.
Pemerintah
dalam menjaga tingkat inflasi agar pda bulan – bulan selanjutnya juga
memberikan stimulus dalam perekonomian. Dengan begitu diharapkan inflasi pada
bulan maret tingkat inflasi dapat dikendalikan oleh pemerintah pusat maupu
pemerintah daerah.
Inflasi
memang sangat terasa bagi masyarakat yang mempunyai pendapatan yang berada di
bawah rata-rata. Dalam memenuhi kebutuhan pokoknya mereka juga harus memberikan
intensif untuk subsidi yang tepat sasaran bagi masyarakat.Inflasi memang tidak
dapat dipastikan dalam fluktuasinya. Dalam satu bulan aja tingkat inflasi dapat
berubah ubah. Tergantung dengan bagaimana cara pandang masyarakat dalam
ekonomi.
Inflasi
dapat dikendalikan jika stock dari barang atau komoditas produksi mempunyai
stock barang yang cukup, sehingga tidak terdapat kelangkaan akan barang
tersebut, maka dari itu inflasi lama kelamaan akan mereda seiring dengan
perkembangan sumber – sumber informasi yang dapay diperoleh dari produsen atau
konsumen.
Usaha
pemerintah dapat mengendalikan inflasi yaitu dengan cara :
a. Pemberian intensif kepada karyawan
dalam meingkatkan produksi
b. Memberikan presepsi yang positif
terhadap pola pikir masyarakat.
c. Pemerintah dapat membuka arus “kran”
dari luar negeri untuk menjaga tingkat inflasi tersebut untuk bulan yang akan
datang.
Dengan
dibukanya kran import dari barang – barang luar negeri dapat menstabilkan harga
– harga barang – barang atau komoditas. Tetapi dengan ada nya kebijakan
menambah jumlah import akan meningkatkan daya saing yang tinggi terhadap
komoditas yang ada di dalam negeri. Jika pemerintah menentukan kebijakan ini
sebaiknya diperhatikan kuantitas import dan komoditi apa saja yang diperlukan.
Sehingga tidak akan membebani atas produk dalam negeri.
Inflasi tidak hanya dipantau dari
sisi keseluruhan seperti negara saja, tetepi inflasi juga dapat dilihat dari
pergerakan inflasi setiap daerah. Inflasi di berbagai daerah mempunyai
pergerakan yang berbeda- beda tergantung pada kondisi perekonomian daerah
tersebut. Biasanya daerah yang mempunyai tingkat pertumbuhan yang pesat dapat
mempengaruhi daerah yang mungkin kurang berkembang. Berdasarkan pemaparan dari
Bank Indonesia pada Sindo.news edisi
selasa, 9 februari 2016 bahwa inflasi yang relatif tinggi terjadi di berbagai
negara terutama daerah yang terletak di Indonesia Timur seperti NTT, NTB, Papua
dan daerah timur lainnya. Hal tersebut terjadi karena daerah tersebut berada
dijauh dari pusat kegiatan ekonomi ddan jauh dari distribusi barang maupun
komoditas, maka semakin tingginya perbedaan harga antar wilayah. Adanya kesenjangan
yang cukup signifikan antara sulitnya distribusi terhadap tingkat inflasi yang
relatif tinggi.
Akibat
dari adanya kesenjangan distribusi yang kurang merata di seluruh daerah –
daerah negara Indonesia dari sabang sampai merauke menyebabkan pengiriman
barang sampai pada tempat yang dituju memakan waktu yang cukup lama sehingga
biaya pengiriman jadi lebih mahal, maka dari itu terjadi perbedaan harga antar
daerah. Dengan adanya permasalahan tersebut, pemerintah saat ini sedang
menggalakkan pembangunan yang berkaitan dengan infrastruktur. Pemerintah pada
dekade ini meningkatkan pembangunan akses – akses jalan yang dapat menjadi
media dalam memeratakan distribusi tersebut. Sehingga pengiriman komoditi antar
daerah menjadi lebih mudah dan tidak memakan waktu yang cukup lama.
Pemerintah melalui Departemen
Kebijakan Ekonomi dan Moneter Bank Indonesia lebih mengintensifkan untuk
menekan biaya pengiriman (Logistik) yang hal tersebut dapat mempengaruhi
tingkat inflasi, terutama pada komoditi kebutuhan pokok seperti bahan pangan.
Pemerintah saat ini juga menetapkan kebijakan untuk meningkatkan produksi
pangan yang ada di dalam negeri, dimana yang kita ketahui bahwa negara
Indonesia merupakan salah satu negara yang unggul akan agrikultur. Wilayah
Indonesia yang subur lebih cocok untuk lahan pertanian, perkebunan, perhutanan
dan sektor agrikultur yang lain.
Kebijakan pemerintah melalui paket –
paket ekonomi yang telah dibentuk bertujuan untuk meningkatkan perbaikan
infrastruktur dalam upaya – upaya pembangunan yang berkelanjutan. Pembenahan
sistem pengiriman logistik dalam lingkup nasional dalam beberapa tahun kedepan
agar kegiatan perdagangan domestik dapat berjalan dengan mudah dan lancar.
Pembangunan jalur transportasi dari
sabang sampai merauke jika terlaksana dengan baik maka akan mempengaruhi
pendapatan dalam produk domestik bruto (PDB) menjadi lebih efisien dan efektif.
Dengan jalur yang lebih mudah dapat menciptakan kestabilan harga didaerah –
daerah yang inflasinya relatif tinggi, dengan demikian akan mendukung upaya
pemerintah dalam mencapai sasaran yaitu inflasi secara nasional.
Bukan hanya perbaikan infrastruktur
yang hanya menjadi fokus pemerintah, tetapi dalam hal meningkatkan kapasitas
produksi juga harus diperhatikan. Sesuai dengan teori yang dikemukakan oleh
Harrod Domar bahwa investasi tidak hanya memberikan pertumbuhan ekonomi tetapi
juga akan menambah kapasitas produksi. Investasi dalam pembangunan memang perlu
ditingkatkan sehingga dapat menciptakan ekonomi yang lebih baik. Jadi dengan pemerintah
memberikan investasi yang cukup dalam pembangunan secara tidak langsung
memberikan dampak pada pertumbuhan ekonomi domestik.
Inflasi
memang dapat menjadi musuh dalam perekonomian, tetapi inflasi juga dapat
bersahabat untuk mengembangkan perekonomian. Semenjak tingkat inflasi berada
pada inflasi yang normal itu yang akan menguntungkan bagi dunia perekonomian,
jika berada pada hiperinflation itu yang sangat merugikan dan sulit untuk
disembuhkan. Misalnya saja pada tahun ’98 dimana negara Indonesia mengalami
krisis yang kronis karena tingkat inflasi yang berada pada tingkat
hiperinflation.
Lembaga
otoritas moneter seperti Bank Indonesia juga memprediksi pada bulan maret 2016
Indeks Harga Konsumen (IHK) akan mengalami inflasi. Hal tersebut berdasarkan
survei pada pekan pertama bulan maret 2016, survei tersebut tentang pemantauan
harga yang dilaksanakan oleh bank sentral. Berdasarkan pernyataan Gubernur Bank
Indonesia dalam (Kompas, Jum’at 4 maret
2016), didasarkan pada survei yang dilakukan sampai dengan pekan pertama
bulan maret ini, ternyata IHK sudah menunjukkan kenaikan pada kisaran 0,05
persen dibandingkan dengan bulan – bulan sebelumnya. Peningkatan inflasi
tersebut harus tetap terkontrol dengan baik, jika tidak, kenaikan tersebut
dapat menimbulkan permasalahan. Yang telah kita ketahui inflasi dapat
berhubungan dengan tingkat pengangguran, dimana jika inflasi yang tinggi dalam
jangka waktu tertentu akan menurunkan tingkat pengangguran, sedangkan
sebaliknya jika inflasi yang rendah akan menaikkan tingkat pengangguran. Jadi
antara kedua permasalahan ekonomi tersebut tidak dapat menjadi suatu pilihan
untuk Trade off (meniadakan salah satu). Seperti yang dipaparkan oleh ekonom
terdahulu new keynesian dalam kurva philips dimana ada masalah yang sama – sama
tidak dapat diobati, jika diobati salah satu maka masalah tersebut akan
memperparah masalah yang satunya. Atau jika kita perumpamakan seperti penyakit
diabetes melitus. Maka hal yang dapat dilakukan adalah dengan menjaga dengan
baik agar proporsi dari keduanya dapat terpenuhi demi pertumbuhan ekonomi.
Tetapi penelitian tentang kurva philips tidak berhenti sampai disitu saja,
tetapi ada pembaharuan – pembaharuan dalam mengatasi masalah inflasi dan
pengangguran. Hybrid new keynesian philips curve merupakan pengembangan dari
teori new keynesian, dimana inflasi masa kini tidak hanya dipengaruhi oleh
trend inflasi terdahulu tetapi juga dapat disebabkan oleh variabel – variabel
ekonomi lain.
Berdasarkan
grafik Perkembangan BI Rate, Inflasi Inti, dan inflasi umum Januari 2015 –
januari 2016 (dalam persen) dari (Kompas,
Jum’at 4 maret 2016), menunjukkan bahwa besarnya nilai inflasi inti stabil dalam tingkat 4,87 – 4,83 dari bulan januari
sampai bulan november 2015, sedangkan pada awal tahun 2016 mengalami penurunan
pada titik 3,62. Kebijakan terhadap tingkat BI Rate awalnya berada pada titik 7,75 diturunkan menjadi 7,5 dari
bulan februari – akhir tahun 2015, pada awal tahun kebijakan BI untuk
menurunkan tingkat BI Rate bulan januari 2016 berada pada level 7,25 dan pada
februari turun lagi menjadi 7 persen.
Sedangkan yang terakhir yaitu tingkat
inflasi umum, dimana grafik tingkat inflasi ini mengalami fluktuasi yang sangat
ekstrim yaitu awal tahun 2015 berada pada kisaran level 6,77 persen, mengalami
resesi dan recovery pada titik tertingginya pada bulan juni – juli pada titik
7.07 dan mengalami resesi dasyat pada desember menjadi 3,33 persen yang menjadi
titik terendahnya, dan recovery lagi menjadi 4,42 pada wal tahun 2016.
Menurut
Gubernur BI, inflasi tersebut pada kisaran 0,05 persen dari pekan pertama bulan
ini, maka diprediksi secara tahunan (year on year / yoy), inflasi akan
diperkirakan berada pada kisaran titik 4,3 persen pada tahun 2016. Tingkat
inflasi tersebut masih sesuai dengan target yang direncanakan oleh bank sentral
pada tahun 2016 ini. Selain itu, juga menerangkan bahwa target inflasi
Indonesia berada di 4 plus minus 1 persen dalam tahun ini.
Fash back ke hari – hari sebelumnya bahwa Badan Pusat
Statistik (BPS) juga telah menyatakan bahwa penurunan tingkat suku bunga acuan
oleh bank sentral yaitu Bank Indonesia dan fluktuasi harga BBM (Bahan Bakar
Minyak) akan berdampak pada peningatan laju inflasi pada bulan maret 2016.
Harga bahan bakar minyak merupakan objek pemerintah yang dikaitkan dalam menurunkan
ataupun menaikkan inflasi. Karena BBM merupakan kebutuhan utama yang sangat
diperlukan untuk melakukan kegiatan oleh masyarakat Indonesia. Jika harga BBM
mengalami kenaikan maka secara tidak langsung akan mempengaruhi tingkat harga
barang – barang yang lain mengalami kenaikan. Misalnya harga kebutuhan pokok,
harga ongkos transportasi, dan harga – harga barang yang lain. Dengan hal
tersebut dapat menimbulkan spekulasi bahan bakar yang ada dimasyarakat.
Sehingga timbul kelangkaan bahan bakar minyak tersebut. Hal tersebut juga
merupakan salah satu faktor internal domestik yang dapat meningkatkan inflasi
dimasyarakat.
0 komentar:
Posting Komentar