Blogroll

Minggu, 26 Juni 2016

Memahami Jurus Baru Bank Indonesia Perkuat Operasi Moneter



Memahami Jurus Baru Bank Indonesia Perkuat Operasi Moneter

Bank Indonesia (BI) akan menggumumkan kebijakan baru terkait penguatan operasi moneter. Penguatan operasi moenter ini di sebut akan mengubah acuan suku bunga BI Rate ke Instrumen lainnya yang lebih mencerminkan kondisi pasar. Menurut Meteri Koordinator Perekonomian mengatakan penguatan operasi moneter sebelumnya pernah dibahas oleh bank sentral. Kenyataannya, BI rate dengan tingkat inflasi terpaut jauh. Ketika inflasi berada di level 3,5 persen, Bi Rate malah berada di posisi 6,75 persen.
Seharusnya sebenarnya, BI Rate tidak jauh dengan tingkat inflasi. Kalau ini terus menerus terjadi, maka BI Rate akan selalu tertekan oleh capital outflow dan kurs. Sejumlah bankir dan pengamat, akhirnya mengubah suku bunga acuan akan berkiblat pada bunga reverse repurchase tuju hari (repo). Kebjakan moneter yang baru ini lebih mencerminkan pada kondisi pasar yang terjadi. Sehingga, jarak antara PUAB, bunga spesial deposito dan lending facility BI tidak terpaut jatuh.
Riset Deutsche Bank menyebutkan, tingkat suku bunga acuan BI Rate sudah tidak kredibel lagi dalam mencerminkan kondisi pasar saat rupiah mengalami pergerakan, dan suku bunga acuan BI Rate justru tetap relatis stagnan. Overnight rate justru lebih relevan.
Menurut saya, jurus baru yang dikeluarkan oleh Bank Indonesia untuk mengubah kebijakan moneter yang berupa suku bunga acuan BI Rate menjadi suku bunga BI 7-Day Reserse Repo Rate merupakan suatu keputusan yang tepat untuk menjaga transmisi kebijakan moneter.
Dalam hal ini, BI Rate adalah suatu kebijakan suku bungan yang mencerminkan sikap kebijakan moneter yang telah di tetapkan oleh Bank Sentral yaitu Bank Indonesia. BI Rate ini selalu rutin diumumkan oleh Dewan Gubernur BI Setiap Rapat Dewan Gubernur secara bulanan dan diimplementasikan pada operasi moneter melalui pengelolaan simpanan likuiditas di pasar uang. Tujuannya utamanya yaitu mencapai sasaran operasional kebijakan moneter.
Sasaran operasional kebijakan moneter suku bunga acuan tersebut dicerminkan pada perkembangan yang terjadi di suku bunga Pasar Uang Antar Bank (PUAB) atau overnight (O/N). Pergerakan suku bunga Pasar Uang Antar Bank (PUAB) diharapkan akan diikuti oleh perkembangan di suku bunga deposito dan pada gilirannya juga diikuti oleh suku bunga kredit perbankan.
Dalam hal ini, BI Rate merupukan suatu indikasi level dalam suku bunga jangka pendek yang di inginkan oleh Bank Indonesia dalam upaya untuk mencapat target tingkat inflasi yang di harapkan. Dalam operasi moneter, penggunaan Bi Rate adalah untuk mengarahkan agar tingkat suku bungan Sertifikan Bank Indonesia (SBI) yang di lelang di Operasi Pasar Terbuka (OPT) oleh Bank Indoensia berada di sekitar BI Rate.
Menurut wikipedia, Sertifikat Bank Indonesia (SBI) adalah surat berharga yaitu yang dikeluarkan oleh Bank Indoensia sebagai pengakuan utang berjang waktu pendek (1-3 bulan) dengan sistem dikonto/bunga. Sertifikat Bank Indonesia (SBI) merupakan salah satu mekanisme yang digunakan Bank Indoensia untuk mengontrol kestabilan nilai Rupiah, Dengan menjual Sertifikat Bank Indonesia (SBI), Bank Indonesia dapat menyerap kelebihan uang kartal yang beredar di masyarakta.
Tingkat suku bunga yang berlaku pada setiap penjualan Sertifikat Bank Indonesia (SBI) ditentukan oleh mekanisme pasar yang berdasarkan sistem lelang dengan masyarakat. Sejak awal Juli 2005, Bank Indonesia menggunakan mekanisme BI Rate, yaitu Bank Indoenisa menggumumkan target suku bunga Sertifikat Bank Indonesia (SBI) yang diiginkan oleh Bank Indonesia untuk pelelangan pada masa periode tertentu. Bi Rate ini kemudia yang digunakan sevafai acuan pada pelaku pasar dalam mengikuti pelelangan di pasar uang.
 Bank Indonesia akan selalu mengubah kebijakan moneternya sesuai dengan perubahan yang terjadi di perekonomian. Bank Indonesia akan menaikan tingkat suku bunga jika tingkat inflasi di Indonesia di perkirakan melampaui sasaran yang telah di targetkan oleh Bank Indonesia. Kebijakan moneter adalah sebuah kebijakan yang bertujuan untuk meningkatkan pendapatan nasional dengan cara mengubah jumlah uang yang beredar di masyarakat.
Dalam hal ini, jika di suatu perekonomian terjadi deflasi (penurunan harga-harga secara serentak di masyarakat), maka Bank Indonesia akan mengubah kebijakan moneternya untuk menurunkan tingkat Bi Rate, karena inflasi yang di harapkan di masa yang akan datang berada pada dibawah sasaran yang telah ditargetkan oleh Bank Indoneisa.
Respon kebijakan moneter yang di nyatakan oleh Bank Indonesia dengan perubahan BI Rate secara konsisten dan bertahap dalam kelipatan 25 basis poin (bps). Dalam kondisi untuk menunjukkan intensi Bank Indonesia yang lebih besar terhadap pencap;aian sasaran inflasi, penurunan suku bunga Bi Rate dapat dilakukan lebih dari 25 bps. Namun, tetap dalam kelipatan 25 bps.
Sebagai sebuah mekanisme transmisi kebijakan moneter, Bank sentral memiliki tujuan dalam melakukan penyesuain terhadap suku bunga BI Rate. Salah satunya, yaitu untuk menjaga agar tingkat inflasi tetap stabil dan sesuai dengan target yang telah di tentukan. Jika terjadi kondisi yang diramalkan akan mengakibatkan lonjakan pada tingkat inflasi, seperti kenaikan bahan bakar minyak (BBM). Dengan adanya kenaikan bahan bakar minyak (BBM) maka akan diikuti dengan kenaikan harga-hara komditas di seluruh daerah. Walaupun dampak kenaikan harga komoditas tidak terjadi secara langsung tapi secara bertahap-tahap. Hal ini akan menyebabkan jumlah uang yang beredar di masyarakat akan semakin meningkat. Dalam hal ini pun, Bank Indonesia membuat kebijakan untuk meningkatkan tingkat suku bunga BI Rate untuk memperketat jumlah uang yang beredar di masyarakat. Dengan cara seperti, tingkat gejolak inflasi dapat ditahan.
Dalam rangkai untuk mencapai sasaran akhir kebijakan moneter, Bank Indonesia menerapkan kebijakan moneter melalui pengendalian tingkat suku bunga. Mekanisme transmisi kebijakan moneter menggambarkan tindakan Bank Indonesia melalui perubahan-perubahan instrumen moneter dan target operasionalnya akan mempengaruhi berbagai variabel ekonomi dan keuangan sebelum akhirnya berpengaruh ke tujuan akhir inflasi. Mekanisme tersebut terjadi melalui interaksi antara Bank Sentral, perbankan, dan sektor keuangan, serta sektor rill. Perubahan suku bunga BI Rate mempengaruhi inflasi melalui berbagai jalur, diantaranya jalur suku bunga, jalur kredit, jalur nilai tukar, jalur harga aset, dan jalur ekspetasi.
Melalui jalur suku bunga, perubahan yang terjadi BI Rate mempengaruhi suku bunga deposito dan suku bunga kredit perbankan. Apabila perekonomian sedang mengalami kelesuan atau pelemahan, Bank Indonesia dapat menggunakan kebijakan moneter yang ekspansif melalui penurunan suku bunga untuk mendorong aktifitas ekonomi. Penurunan suku bunga Bi rate akan menurunkan suku bunga kredit sehingga permintaan akan kredit dari perusahaan dan rumah tangga akan meningkat.


0 komentar:

Posting Komentar