Setelah mengalami
guncangan perekonomian di tahun 2015, inflasi saat memasuki tahun 2016 sampai
saat ini di nilai cukup membaik dan stabil. Pemerintah mencanangkan inflasi di
tahun ini tetap stabil dengan kisaran dari 3-5%. Target inflasi tahun 2016
inflasi year of year di proyeksikan
mencapai 4,7%. Bank Indonesia telah melakukan survei terhadap harga bahan
pangan pada februari lalu yang ternyata mengalami deflasi sebesar 0,13%. Hasil
survei ini cenderung menurun di banding dengan hasil survei pada awal minggu
pertama bulan februari terjadi deflasi sebesar 0,15% dan pada minggu ketiga
februari sebesar 0,14%. Inflasi yang terjadi pada bulan – bulan berikutnya akan
dipengaruhi oleh ada atau tidaknya stok bahan makanan yang ada di Indonesia.
Ketika stok bahan makanan tetap terbilang stabil maka inflasi juga akan
bergerak kea rah stabil, namun sebalikya jika stok bahan makanan terpenuhi
inflasi akan di proyeksikan tetap dalam kedaan rendah. Selain itu inflasi juga
si pengaruhi oleh perkembangan harga minyak dunia yang turun, dimana inflasi
juga bisa di kendalikan jika kebijakan pemerintah mengenai bahan bakar minyak
ini harganya juga bisa di turunkan. Sehingga inflasi juga akan mengikuti
turunnya harga minyak dunia. Jika harga minyak dunia terus jatuh maka
pemerintah harus mengeluarkan kebijakan tarif transportasi pasca kenaikan harga
minyak dunia. Ketika tarif transportasi yang di tetapkan rendah maka akan
mempengaruhi inflasi di beberapa daerah. Tentunya di daerah – daerah kepulauan
yang distribusi bahan pangannya yang susah. Pemerataan harga di daerah
kepulauan tersebut jauh ditas rata – rata harga di kota – kota besar di
Indonesia lainnya. Ketika tarif transportasi rendah, maka inflasi di daerah
tujuan distribusi barang tersebut juga rendah sebab biaya transportasi atas
distribusi barang juga akan turun.
Stabilitas harga bahan
pangan tentu berperan penting bagi inflasi. Dimana ketika harga bahan pangan
dapat di kendalikan maka inflasi akan cenderung terkontrol dan daya beli
masyarakat maupun konsumsi dari rumah tangga akan tumbuh lebih baik lagi. Dan
dengan konsumsi dari masyarakat maupun rumah tangga pemerintah dapat menambah
anggaran belanja negara untuk memeperbaiki pertumbuhan ekonominya. Sebab,ketika
daya beli meningkat maka retribusi pajak dari barang akan bertambah, pemerintah
tentu juga akan mendapat pendapatan yang besar sehingga bisa mengembalikan
perekonomian yang di proyeksikan pada tahun ini bisa lebih dari 5%. Maka dari
itu, penstabilan harga bahan pangan tentu merupakan suatu priorotas yang akan
mendukung terjadinya perekonomian Indonesia menjadi lebih baik. Kedepannya,
penstabilan harga pangan diharapkan tidak merugikan petani – petani yang ada.
Dimana tugas utama dari kementrian pertanian
ke depan adalah lebih memfokuskan dalam peningkatan ksejahteraan petani
dengan memperhatikan distribusi bahan – bahan maupun obat – obat untuk
membentuk hasil panen menjadi lebih baik. Seperti dengan menjamin adanya
distribusi pupuk yang berkualitas dengan harga yang murah serta benih,
pestisida, teknologi, serta saluran irigasi yang lebih baik dari sebelumnya.
Langkah untuk
mengendalikan inflasi dari sektor bahan pangan adalah dengan perbaikan
infrastruktur jalur transportasi distribusi bahan pangan yang perlu di buat
seefektif dan seefisien mungkin. Sehingga, distribusi bahan pangan bisa
memenuhi permintaan konsumen sehingga tidak terjadi inflasi sebab ketika
permintaan akan bahan pangan itu meningkat maka kenaikan harga juga akan
berpotensi lebih tinggi. Seperti yang dijelaskan oleh teori permintaan dimana
ketika permintaan akan barang yang diminta naik dan penawaran tetap maka harga
barang tersebut akan naik. Pembasmian kepada pihak atau oknum – oknum tertentu
yang sengaja menimbun bahan pangan untuk di jualnya lagi dengan harga yang
lebih mahal ketika barang yang diminta banyak juga harus di tumpas. Karena
oknum ini juga berperan terhadap kenaikan barang – barang yang mana akan memicu
kenaikan inflasi. Ketika barang – barang yang di timbun oleh praktik – praktik
kartel ini maka harga yang akan mereka jual pada saat bahan pangan ini
mengalami keterlambatan dalam pendistribusian barang maka harga akan cenderung
terus meningkat dan inflasi juga akan terus meningkat.
Ketika harga komoditas
dunia yang menurun, di Indonesia yang terjadi justru sebaliknya. Harga
komoditas Indonesia tidak terkontrol, peningkatan harga dari bahan pangan di
Indonesia justru bergejolak dan cederung ke arah yang tinggi meskipun saat ini
inflasi negeri ini cukup rendah (3,35%). Kenaikan harga bahan pangan ini yang
pertama tentu beras,dimana sejak beberapa tahun terakhir stok panen beras di
Indonesia tidak mencukupi kebutuhan konsumtif negaranya sendiri sehingga di
perlukan impor untuk memenuhi kebutuhan pangan akan beras. Harga beras medium
saja sejak maret 2016 tercatan mengalami kenaikan sebesar 13,2% dan ini berarti
harga beras medium ini saja sudah mencapai 4 kalinya dari inflasi di Indonesia.
Ketika pada tahun 2014, inflasi yang terjadi tinggi yaitu sebesar 8,36%(yoy)
dan ketika inflasi yang tercatat cukup tinggi namun impor akan bahan pangan
terutama beras tidak setinggi saat ini.
Pergerakan harga bahan
pangan di landasi oleh beberapa faktor yang memicu terjadinya perubahan harga
dari bahan pangan itu sendiri,beberapa faktor utama yang melandasi peubahan
hharga tersebut adalah : (1) Stok konsumsi bahan pangan ; stok yang ada akan
mempengaruhi harga pada bulan selanjutnya akan mengalami kenaikan atau tidak.
Karena keterbatasan bahan pangan ini akan tentu berdampak pada harga yang
tentunya akan cenderung naik sebab bahan pangan yang tersedia terbatas. (2)
Harga minyak bumi ; Seperti yang telah di jelaskan di atas bahwa biaya
transportasi untuk mengirim barang produksi tentu akan mempengaruhi harga yang
akan di jual dari barang tersebut karena ongkos biaya transportasi termasuk ke
dalam biaya produksi. (3) Nilai tukar mata uang ; inflasi tentu ditandai dengan
adanya kenaikan harga barang umum secara terus menerus, tinggi dan rendahnya
infasi di dalam suatu negara tentu juga akan mempengaruhi nilai tukar di negara
tersebut. Dalam hal ini, nilai tukar suatu negara yang lemah, maka harus
mengeluarkan uang yang lebih banyak dalam bertransaksi di perdagangan
internasional atu impor. Nilai tukar ini akan mempengaruhi pada biaya yang
harus di bayarkan oleh negara importer yang tentu akan besar sebab nilai mata
uang importer yang rendah, serta pada biaya masuk atau bea cukai dan pajak.
0 komentar:
Posting Komentar