INFLASI DAN TINGKAT PENGANGGURAN
Apa itu inflasi ? Di
setiap negara pasti memiliki masalah
dengan yang namanya inflasi ini. Jika inflasi di suatu negara mengalami
kenaikan dari yang ditargetkan Bank Sentral maka ini akan berakibat pada
kondisi perekonomian negara tersebut.
Inflasi adalah naiknya
harga-harga bahan pangan secara terus menerus dari waktu ke waktu. Penyebab
inflasi ini sangat beragam. Teradapat dua tarikan yaitu tarikan permintaan yang
berakibat lancarnya likuiditas akan uang sehingga jumlah uang yang beredar di
masyarakat meningkat. Selanjutnya tarikan produksi yang menyebabkan naiknya
biaya produksi sehingga harga bahan pangan mengalami peningkatan.
Indonesia pernah
mengalami krisis ekonomi pada tahun 1998. Ini disebabkan oleh beberapa faktor
yaitu :
1.
Stok hutang luar negeri Indonesia sangat
besar dan bersifat jangka pendek yang dilakukan oleh pihak swasta melalui
pinjaman sehingga tercipta ketidakstabilan akan posisi keuangan negara. Pihak
pemerintah (menteri dibidang ekonomi) maupun memiliki rasa percaya diri yang
berlebih sehingga mengabaikan seberapa besar hutang yang dilaukan oleh pihak
swasta, juga tidak adanay pengawasan yang dilakukan oleh pemerintah. Akibatnya
hutang luar negeri Indonesia yang berasal dari pinjaman swasta meningkat. Ini
karena kreditur asing bersemangat memberikan pinjaman modal kepada perusahan
(swasta) yang di negaranya memiliki tingkat inflasi yang rendah, memiliki
surplus anggaran, memiliki jumlah tenaga kerja terdidik yang besar, adanya
sarana dan prasarana yang memadai dan menerapkan sistem pergadangan terbuka.
Berdasarkan
total utang luar negeri Indonesia per Maret 1998 sebesar 138 miliar dollar AS,
dan sekitar 72,5 miliar dollar AS merupakan hutang pihak swasta yang du
pertiganya merupakan hutang jangka pendek, sedangkan yang jatuh tempo pada tahun
1998 sekitar 20 miliar dollar AS. Namun cadangan devisa Indonesia pada saat itu
menunjukkan sekitar 14,44 miliar dollar AS.
2.
Adanya krisis kepercayaan masyarakat
terhadap pemerintahan Presiden Soeharto. Ini disebabkan oleh ketidakpastian
suksesi kepemimpinan Presiden Soeharto, sikap yang kurang tegas dan plin plan
pemerintah dalam memutuskan suatu kebijakan, situasi perdaganagn internasional
yang kurang menguntungkan sehingga mengakibatkan kondisi kesehatan Presiden
Soeharto memburuk pada awal tahun 1998. Dan lengser dari jabatannya.
Pada tahun 1997 nilai
rupiah menyentuh level 4.850/dollar AS dan mengalami pelemahan yang signifikan
pada 22 Januari 1998 yaitu menyentuh level 17.000/dollar AS. Nilai rupiah
sangat terdepresiasi. Inflasi pun tak terelakkan.
Dampak yang ditimbulakan
dengan kejadian krisis ini adalah banyak sekali perusahaan-perusahaan yang
melakukan Pemutusan Hubungan Kerja (PHK) karena harga-harga mengalami kenaikan
yang cukup drastis. Dengan krisis ini terdapat sektor yang paling merasakan dampaknya
yaitu sektor konstruksi, sektor manufaktur dan sektor perbankan. Akibatnya
terjadi peningkatan angka kemiskinan. Yang menyengsarakan rakyat kecil. Krisis
kepercayaan di dunia Internasional karena pihak swasta Indonesia tidak bisa
membayar hutang luar negerinya yang sudah jatuh tempo. Indonesia mengalami
defisit neraca pembayaran, biaya sekolah di luar negeri mengalami pelonjakan,
peredaran persediaan bahan pokok semakin menipis sehingga memicu naiknya harga
barang-barang tersebut.
Dalam mengatasi permasalahan
ini, pemerintah Indonesia melakukan perjanjian atau kesepakatan dengan IMF yang
ditandatangani bersama dan terdiri atas 50 butir kebijakan mencakup bidang
ekonomi makro (sektor moneter dan sektor fiskal), adanya rekstrukturisasi
sektor keuangan, dan reformasi struktural.
Itulah kondisi krisis
yang pernah dialami Indonesia dengan peningkatan inflasi yang sangat signifikan.
Pada saat ini nilai
inflasi Indonesia adalah 4,42%. Ini masih dalam batas wajar yang ditetapkan
oleh Bank Indonesia (BI) sebagai Bank Sentral Indonesia. Penyumbang terbesar
inflasi ini adalah naiknya harga-harga bahan pokok seperti cabe merah, cabe
kriting dan bawang merah. Ini bisa disebabkan karena persediaan di pasar tidak
mencukupi kebutuhan masyarakat. Jumlah permintaan akan barang tersebut lebih
banyak dari pada jumlah barang yang ditawarkan. Bisa saja karena kegagalan
panen yang dialami oleh para petani cabe dan petani bawang merah yang
disebabkan oleh misalnya bencana alam banjir, gunung meletus ataupun hama yang
menyerang tanaman tersebut.
Bank Indonesia (BI)
melakukan Survei Pemantauan Harga (SPH) untuk memprediksi nilai inflasi yang
akan datang. Peningkatan inflasi ini bisa disebabkan karena akan menjelang
bulan Ramadhan dan Hari Raya Idul Fitri. Pada momen ini kebanyakan harga bahan
pokok akan mengalami kenaikan secara signifikan jika dibandingkan dengan
bulan-bulan lainnya. Ini karena permintaan atau konsumsi masyarakat meningkat.
Untuk itu Bank Indonesia (BI), pemerintah pusat dan pemerintah daerah harus
melakukan koordinasi dan kerjasama untuk mengawasi dan mengendalikan tingkat
inflasi agar tidak melebihi target yang ditentukan dan tidak menyengsarakan
rakyat.
Berdasarkan Kurva
Phillip, inflasi ini memiliki hubungan negatif dengan tingkat pengangguran.
Jika tingkat pengangguran turun maka inflasi akan naik, dan jika tingkat
pengangguran naik maka tingkat inflasi akan turun.
Dianalogikan bahwa saat
terjadi inflasi yaitu kenaikan harga barang secara terus menerus akan
mengurangi konsumsi masyarakat dan menurunnya tingkat produksi perusahaan.
Akibatnya akan terjadi Pemutusan Hubungan Kerja (PHK) agar perusahaan tidak
mengalami kerugian. Dampaknya akan meningkatkan jumlah kemiskinan.
Pengangguran adalah orang
yang tidak memiliki pekerjaan atau sedang mencari pekerjaan atau sedang
berusaha mendapatkan pekerjaan yang layak. Pengangguran ini terjadi karena
jumlah angkatan kerja atau orang yang mencari kerja tidak sebanding dengan
jumlah lapangan kerja. Jumlah lapangan yang sedikit dan tidak bisa menampung
seluruh angkatan kerja mengakibatkan timbulnya pengangguran. Juga karena
pertumbuhan penduduk yang sangat pesat.
Pengangguran dapat digolongkan menjadi :
1.
Pengangguran terselubung, yaitu
pengangguran yang tidak kelihatan. Ia bekerja tetapi tidak optimal
menjalankannya.
2.
Pengangguran setengah menganggur, yaitu
tenaga kerja yang bekerja kurang dari 35 jam dalam seminggu. Ini berarti ia
tidak bekerja secara optimal.
3.
Pengangguran terbuka, yaitu tenaga kerja
yang benar-benar tidak mempunyai pekerjaan.
Jika suatu negara
memiliki tingkat pengangguran yang rendah maka bisa dikatakan negara tersebut
berada dalam kondisi kesejahteraan dan negara tersebut adalah negara maju.
Mengapa? Karena dengan rendahnya tingkat pengangguran suatu negara berarti
penduduk negara tersebut memiliki pekerjaan sehingga tidak ada yang menganggur
dan menghasilkan pendapatan. Pendapatan ini lah yang menjadi tolok ukur dari
kesejahteraan masyarakat suatu negara.
0 komentar:
Posting Komentar