Blogroll

Jumat, 10 Juni 2016

KALIBRASI MONETER SELAMATKAN KURS RUPIAH

KALIBRASI MONETER SELAMATKAN KURS RUPIAH
Oleh : Nur Halimah
Perekonomian Indonesia secara kasat mata memang menunjukkan kestabilan, hal tersebut terlihat dari pola konsumsi masyarakat yang tetap tinggi, sedangkan secara makro pertumbuhan ekonomi masih berada di angka 4 % hingga 6 % per tahun. Namun jika dilihat dari lain sisi nilai tukar rupiah terhadap mata uang asing masih berada pada kisaran Rp 13.000 hingga Rp 14.000 per dolar Amerika. Kurs jual rupiah terhadap dolar AS yang teracatat pada bank Indonesia berada di angka Rp 13.297 per dolar AS  (9/6). Kurs rupiah sejak awal tahun 2014 menunujukkan penurunan yang gradual hingga menyentuh angka Rp 14.000. Sejatinya kurs rupiah yang melemah memberikan dua pengertian yang kontras, si satu sisi mata uang Indonesia menjadi mata uang yang dipandang murah namun disisi lain dengan murahnya mata uang tersebut menjadikan para eksportir untuk meningkatkan volume penjualannya.
Bila merujuk pada teori ekonomi, jika suatu nilai tukar mata uang satu negara dengan negara lain melemah maka hal tersebut akan meningkatkan ekspor karena negara lain menganggap bahwa harga barang-barang yang ditawarkan lebih murah dan kompetitif sehingga menguntungkan bagi negara peng-ekspor dan peng-impor. Namun kenyataannya, sejak penurunan nilai tukar rupiah terhadap dolar AS, nilai ekspor Indonesia justru tidak menunjukkan hal baik, bahkan nilai ekspor sempat mengalami penurunan di tahun 2014 dan tahun 2015 berdasarkan data yang dilansir bank Indonesia. Hal tersebut mengindikasikan bahwa Indonesia hanya mendapatkan 2 kerugian yaitu dari segi pelemahan rupiah dan penurunan ekpor. Oleh karena kalibrasi moneter sangat diperlukan untuk mengembalikan kedigjayaan kurs rupiah Indonesia serta menjaga kestabilan perekonomina. Jika kalibrasi ekonomi adalah adalah melakukan penyesuaian ekonomi dengan kondisi yang ada maka kalibrasi moneter lebih ditujukan dengan penyesuaian dengan apa yang seharusnya terjadi.
Sudah saatnya rupiah berjaya dengan kalibrasi moenter yang dapat dilakukan melalui langkah-langkah apresiasi nilai tukar seperti menurunkan tingkat suku bunga acuan BI rate dengan catatan melihat kondisi dan memutuskan kebijakan yang tepat dan berani. Dengan menurunkan BI rate maka akan ada selisih suku bunga negara Indonesia dan suku bunga negara lain yang akan membuat investor mengambil keputusan apakah tetap menanamkan uangnya di Indonesia dengan ekspektasi kedepan yang lebih baik atau menanamkan modalnya di negara lain dengan asumsi mendapatkan keuntungan karena selisih suku bunga yang lebih tinggi. Hal tersebut tentu akan mengurangi jumlah devisa negara Indonesia, menurut harian ekonomi neraca (6/1/15) menyatakan bahwa 2/3 dari nilai devisa negara adalah berasal dari surat berharga dan valas. Padahal kita tau bahwa investasi surat-surat berharga asing yang ditanamkan di Indonesia akan menghasilkan hot money yang sangat rentan terhadap guncangan.
Oleh sebabnya, pola investasi sudah waktunya dirubah ke ranah yang lebih riil menghasilkan keuntungan Indonesia pada jangka panjang salah satunya adalah meningkatkan sektor pariwisata yang menjadi daya tarik besar bagi Indonesia, dengan keindahan alam Indonesia sudah sepantasnya bangsa ini mendapatkan keuntungan. Kalibrasi moneter dapat diletakkan untuk turut membantu meningkatkan sektor pariwisata dari segi pengelolaan dan pembiayaan. Instrumen credit selectiv dan persuasi dari bank sentral kepada bank komersial dan bank negara untuk mengarahkan pembiayaan yang berbasis biaya murah pada kota-kota yang memiliki sektor wisata unggulan yang dapat menarik minat warga asing untuk datang ke Indonesia dan menyumbang devisa bagi negara. Selain itu credit selectiv juga harus diarahkan pada UKM yang berpotensi untuk ekspor sehingga investasi riil dapat terwujud, devisa dapat terjaga, kurs rupiah akan kembali menguat.


0 komentar:

Posting Komentar