Blogroll

Jumat, 10 Juni 2016

KONTRADIKSI GEJOLAK BI RATE



KONTRADIKSI GEJOLAK BI RATE

Setelah beberapa bulan tingkat suku bunga acuan Bank Indonesia (BI rate) stagnan di angka 7,5% akhirnya Bank Indonesia menggelar Rapat Dewan Gubernur (RDG) untuk menentukan kembali tingkat suku bunga acuan. Belum bisa dipastikan apakah Bank Indonesia akan menaikkan atau menurunkan tingkat suku bunga yang ada. Namun banyak pihak yang mengaharapkan bank Indonesia akan menurunkun tingkat suku bunga acuan, teruma dari kalangan pengusaha. Karena tingkat suku bunga acuan yang tinggi diarasa memberatkan kalangan pengusaha dalam melakukan proses produksi.
Tingginya biaya produksi pada saat tingkat suku bunga acuan tinggi dikarenakan tingkat suku bunga ini mempengaruhi nilai riil dari mata uang. Dan ketika membelanjakan input produksi maka pengusaha harus mengeluarkan uang yang lebih banyak dikarenakan nilai riil dari uang lebih rendah ketika tingkat suku bunga tinggi. Hal tersebut tentu saja berpengaruh kepada laba yang akan diperoleh pengusaha, laba yang diperoleh akan semakin sedikit nilainya. Jika hal tersebut terus terjadi, maka akan menghambat ekspansi pasar dari sebuah perusahaan. Maka dari sangat diperlukan penurunan tingkat suku bunga agar kegiatan produksi tidak mengalami kendala yang berarti.
Dikarenakan biaya produksi yang mahal, akhirnya perusahaan akan sulit untuk bersaing di pasar global. Karena biaya operasional untuk bersaing menjadi semakin mahal, mengingat bahwa modal yang dimiliki oleh perusahaan juga nilai tambahnya akan semakin menurun dengan adanya biaya operasional yang mahal ini. Akibatnya produk-produk dalam negeri akan semakin menurun kualitasnya dibandingkan dengan produk-produk pesaingnya yang semakin memperbaiki kualitasnya. Hal ini tentunya akan menghambat penjualan dari produk-produk yang dihasilkan. Akibatnya nilai dari penjualan bisa saja terus menurun.
Jika nilai dari suku bunga diturunkan, maka perusahaan-perusahaan yang ada di Indonesia akan semakin kompetitif dan tidak akan kalah bersaing dengan perusahaan lain di pasar internasioanl. Peningkatan daya saing tersebut tentunya akan semakin meingkatkan kualitas dari produk yang dihasilkan oleh perusahaan.
Selain itu, tingkat suku bunga acuan di Negara-negara lain di kawasan ASEAN saat ini nilainya lebih rendah jika dibandingkan dengan tingkat suku bunga acuan Indonesia. Hal tersebut tentunya membuat Negara-negara lain di kawasan ASEAN bisa lebih kompetitif jika dibandingkan dengan Indonesia. Tentunya perusahaan yang ada Indonesia mengalami tekanan yang cukup berarti dengan adanya tingkat persaingan yang memojokkan Indonesia.
Yang lebih mencengankan lagi adalah tingkat suku bunga acuan dari Filipina nilainya separuh dari tingkat suku bunga acuan Indonesia. Tentu saja ini merupakan nilai yang sangat fantastis, dan menyebabkan Indonesia memiliki daya saing yang kalah jauh jika dibandingkan dengan Filipina.
Selain itu perusahaan juga perlu melakukan kredit modal dengan tujuan ekspansi pasar. Kredit modal ini tentunya besarnya tergantung dari tingkat suku bunga. Jika tingkat suku bunga acuan tinggi maka tingkat pengembalian kredit akan semakin tinggi, maka dari itu ekspansi pasar akan sulit dilakukan. Maka dari itu, perlu adanya penurunan tingkat suku bunga acuan agar para pengusaha tidak mengalami hambatan dalam melakukan ekspansi.

0 komentar:

Posting Komentar