KONTRADIKSI
GEJOLAK BI RATE
Setelah beberapa bulan
tingkat suku bunga acuan Bank Indonesia (BI rate) stagnan di angka 7,5%
akhirnya Bank Indonesia menggelar Rapat Dewan Gubernur (RDG) untuk menentukan
kembali tingkat suku bunga acuan. Belum bisa dipastikan apakah Bank Indonesia
akan menaikkan atau menurunkan tingkat suku bunga yang ada. Namun banyak pihak
yang mengaharapkan bank Indonesia akan menurunkun tingkat suku bunga acuan,
teruma dari kalangan pengusaha. Karena tingkat suku bunga acuan yang tinggi
diarasa memberatkan kalangan pengusaha dalam melakukan proses produksi.
Tingginya biaya
produksi pada saat tingkat suku bunga acuan tinggi dikarenakan tingkat suku
bunga ini mempengaruhi nilai riil dari mata uang. Dan ketika membelanjakan
input produksi maka pengusaha harus mengeluarkan uang yang lebih banyak
dikarenakan nilai riil dari uang lebih rendah ketika tingkat suku bunga tinggi.
Hal tersebut tentu saja berpengaruh kepada laba yang akan diperoleh pengusaha,
laba yang diperoleh akan semakin sedikit nilainya. Jika hal tersebut terus
terjadi, maka akan menghambat ekspansi pasar dari sebuah perusahaan. Maka dari
sangat diperlukan penurunan tingkat suku bunga agar kegiatan produksi tidak
mengalami kendala yang berarti.
Dikarenakan biaya
produksi yang mahal, akhirnya perusahaan akan sulit untuk bersaing di pasar
global. Karena biaya operasional untuk bersaing menjadi semakin mahal,
mengingat bahwa modal yang dimiliki oleh perusahaan juga nilai tambahnya akan
semakin menurun dengan adanya biaya operasional yang mahal ini. Akibatnya
produk-produk dalam negeri akan semakin menurun kualitasnya dibandingkan dengan
produk-produk pesaingnya yang semakin memperbaiki kualitasnya. Hal ini tentunya
akan menghambat penjualan dari produk-produk yang dihasilkan. Akibatnya nilai
dari penjualan bisa saja terus menurun.
Jika nilai dari suku
bunga diturunkan, maka perusahaan-perusahaan yang ada di Indonesia akan semakin
kompetitif dan tidak akan kalah bersaing dengan perusahaan lain di pasar
internasioanl. Peningkatan daya saing tersebut tentunya akan semakin
meingkatkan kualitas dari produk yang dihasilkan oleh perusahaan.
Selain itu, tingkat
suku bunga acuan di Negara-negara lain di kawasan ASEAN saat ini nilainya lebih
rendah jika dibandingkan dengan tingkat suku bunga acuan Indonesia. Hal
tersebut tentunya membuat Negara-negara lain di kawasan ASEAN bisa lebih
kompetitif jika dibandingkan dengan Indonesia. Tentunya perusahaan yang ada
Indonesia mengalami tekanan yang cukup berarti dengan adanya tingkat persaingan
yang memojokkan Indonesia.
Yang lebih mencengankan
lagi adalah tingkat suku bunga acuan dari Filipina nilainya separuh dari
tingkat suku bunga acuan Indonesia. Tentu saja ini merupakan nilai yang sangat
fantastis, dan menyebabkan Indonesia memiliki daya saing yang kalah jauh jika
dibandingkan dengan Filipina.
Selain itu perusahaan
juga perlu melakukan kredit modal dengan tujuan ekspansi pasar. Kredit modal
ini tentunya besarnya tergantung dari tingkat suku bunga. Jika tingkat suku
bunga acuan tinggi maka tingkat pengembalian kredit akan semakin tinggi, maka
dari itu ekspansi pasar akan sulit dilakukan. Maka dari itu, perlu adanya
penurunan tingkat suku bunga acuan agar para pengusaha tidak mengalami hambatan
dalam melakukan ekspansi.
0 komentar:
Posting Komentar