Pengaruh Investasi Portofolio dan
Siklus Bisnis Terhadap Perekonomian
Sebagian masyarakat sudah
mengenal apa itu investasi, namun tidak sedikit pula yang belum mengenal apa
itu investasi. Terutama masyarakat kelas menengah kebawah yang berada pada
daerah dengan akses informasi yang kurang serta tingkat pendidikan yang rendah
menjadi penyebab masyarakat tidak mempunyai pengetahuan tentang apa itu
investasi.
Investasi merupakan
penanaman modal yang dilakukan individu maupun golongan dalam bentuk aktiva
dalam jumlah satu aktiva maupun lebih yang memiliki jangka waktu tertentu dan
diharapkan akan memberikan keuntungan berlipat dimasa yang akan datang. Aset
disini bisa berupa saham, obligasi, deposito dan sebagainya. Semakin tinggi
tingkat bunga maka keuntungan dari investasi akan semakin meningkat.
Peningkatan terhadap investasi ini memberikan peningkatan terhadap pendapatan
nasional.
Terdapat pula investasi
portofolio. Sebelumya kita harus mengetahui apa itu portofolio. Dalam konsep
investasi, definisi portofolio adalah pengelolaan aset finansial minimal dua
jenis investasi. Pemilik dana melakukan investasi pada minimal dua instrumen
investasi. Misalnya, investasi saham dengan obligasi, investasi deposito dengan
obligasi dan sebagainya. Apabila, pemilik dana berinvestasi pada dua saham
sejenis seperti misalnya pada saham Ciputra Development dan Jaya Real Property,
maka sudah bisa dikatakan dapat mengelola portofolio.
Portofolio bisa diartikan
sebagai kepemilikan minimal dua aset, baik dalam satu instrumen investasi
maupun berbagai instrumen obligasi.
Terdapat dua jenis
pengelolaan portofolio. Pertama, portofolio antarinstrumen investasi atau aset
finansial (between portfolio). Ini berarti seorang pemilik dana memiliki dua
rekening giro pada bank yang berbeda atau dua rekening giro pada satu bank,
atau memiliki berbagai saham. Kedua, portofolio di dalam instrumen investasi
(within portfolio). Yang berarti bahwa invesatasi dapat berupa obligasi dengan
saham, atau obligasi dengan deposito, atau deposito dengan saham, atau deposito
dengan properti, atau obligasi dengan properti. Berdasarkan jenis tersebut
pemilik portofolio memiliki jenis aset finansial atau aset riil.
Aset finansial atau aset
riil dapat dikelompokkan menjadi produk tabungan, investasi, dan spekulasi.
Serta terdapat produk lain yang disebut gambling (judi). Dari keempat produk
tersebut memiliki tingkat resiko yang berbeda-beda. Tabungan memiliki tingkat
resiko yang lebih rendah dari pada investasi dan investasi memiliki tingkat
resiko yang lebih rendah daripada spekulasi serta spekulasi memiliki tingkat
resiko yang lebih rendah daripada gambling (judi). Oleh karena itu, investasi
properti dan komoditas seperti emas maupun jenis barang berharga lainnya termasuk
valuta asing sangat diperlukan untuk meminimalisir resiko.
Portofolio yang dimiliki oleh pemilik dana
bisa berupa beragam tabungan diberbagai bank atau deposito dengan berbagai
jangka waktu jatuh tempo (bulanan, triwulan, semianual, dan tahunan). Namun,
jika investor memiliki properti, pemilik dana mempertimbangkan dari segi jenis
properti dan lokasi dari properti tersebut. Pertimbangan antara jenis properti
dengan lokasi yang strategis sangat berpengaruh terhadap keinginan dalam
melakukan investasi. Jenis properti yang sedang marak di pasar sekarang antara
lain, rumah, ruko, reor, apartemen, town house, mal, hotel, perkantoran,
pergudangan, dan sebagainya.
Dalam melakukan
portofolio, pemilik dana mengurangi resiko atas portofolio yang dikelolanya atau
disebut diversifikasi resiko. Jika pemilik dana hanya menginvestasikan satu
aset nya maka resiko nya akan lebih tinggi daripada memiliki dua aset
investasi. Oleh karena itu, semakin banyak jumlah aset investasi maka semakin
kecil resiko yang akan ditanggung dan bisa dikatakan berkorelasi negatif. Untuk
mengurangi resiko dan meningkatkan pengembalian maka korelasi negatif tersebut
harus tercapai. Aset properti dengan saham perbankan merupakan bentuk
portofolio yang memiliki resiko yang kecil. Karena jika tingkat suku bunga
mengalami kenaikan, akan mengakibatkan kenaikan pada saham perbankan, sedangkan
saham properti akan mengalami penurunan sehingga biaya bunga bank dari aset
properti akan meningkat.
Oleh karena itu, dalam
melakukan portofolio harus teliti agar resiko yang ditimbulkan kecil namun
dengan pengembalian yang tinggi.
Setiap negara pasti
menginginkan berada dalam kondisi perekonomian yang terus menerus meningkat
dari waktu ke waktu. Ini bisa dilihat dari tingkat pertumbuhan ekonomi negara
tersebut. Dampak yang harapkan jika perekonomian mengalami pertumbuhan yang
terus meningkat dari watu ke waktu adalah stabilitas harga dan kesempatan
bekerja dengan jumlah lapangan kerja yang semakin meningkat. Namun,
kenyataannya suatu perekonomian tidak mungkin diam atau statis, pasti mengalami
gejolak atau fluktuasi. Ini bisa dilihat dari perkembangan output dan harga
suatu barang. Fluktuasi atau naik turunnya aktivitas ekonomi ini relatif sering
terjadi berulang-ulang dengan rentang waktu yang bervariasi. Pergerakan naik
turunnya aktivitas ekonomi ini disebut dengan siklus bisnis (The Business
Cycle).
Siklus bisnis ini dapat
terjadi dalam jangka pendek, jangka menengah, atau jangka panjang, tergantung
dari sistem ekonomi yang dianut suatu negara dan penyebab penyebab siklus dalam
suatu negara. Dalam siklus bisnis ini dapat digambarkan sebagai gelombang naik
turun aktivitas ekonomi. Menurut Dornbusch, et.al., 2008), siklus bisnis ini
terdiri atas empat elemen, yaitu : (1) Gerakan Menaik (Recovery), (2) Titik
Puncak (Peak), (3) Gerakan Menurun (Recession), dan (4) Titik Terendah (Trough).
Pada saat kondisi menaik
akan menyebabkan peningkatan pertumbuhan ekonomi sehingga memicu peningkatan
daya beli masyarakat. Inflasipun bergerak naik pada titik puncak dan mencapai
titik optimum dan akan menurun seiring dengan penurunan inflasi dan daya beli
masyarakat. Sedangkan gerakan menurun berimplikasi pada peningkatan
pengangguran dan deflasi atau penurunan harga-harga barang dan jasa secara
umum.
Perekonomian akan tetap
dalam kondisi stabil jika pengaruh antar siklus bisnis terhadap inflasi dan
pengangguran pada siklus tergolong ringan. Tetapi jika penurunan terjadi dalam
jangka waktu yang lama maka akan berakibat pada peningkatan jumlah pengangguran
dan jika siklus mengalami kenaikan begitu lama maka menyebabkan inflasi
sehingga terjadi gejolak dalam perekonomian.
0 komentar:
Posting Komentar